SAYA MULAI belajar ilmu-ilmu perdukunan sejak masih Tsanawiyah. Tawuran yang menjadi tren ketika itu, membuat tekad saya untuk mempelajari ilmu klenik semakin kuat. Di sebuah pesantren, saya memulai belajar dengan puasa patigeni dan selametan pakai ayam jago. Hatinya saya yang makan, dagingnya yang makan kyainya. Wah, saya diakali thok...Kalau gitu yanayamul (Bahasa Arema: lumayan) buat kyainya (Tertawa). Kemudian disuruh puasa 40 hari. Setelah itu, untuk mengetahui sah tidaknya puasa dites. Tesnya dengan cara membaca wirid dulu. Salah satu wiridnya adalah: Ya maliki ya maliku, iyyaka nakbudu waiyyaka nastain. Jarum ditusukkan dan kulit saya disilet. Aneh, tidak ada darah yang keluar sedikitpun, walaupun adabekasnya. Pertanda puasa saya sah. Saya lulus.
Padahal saya melanggar aturan guru. Karena saya hanya sanggup puasa selama 7 hari. Baru dapat beberapa hari, BAB saya berwarna putih. "Waduh, bisa bisa mati saya," pikir saya. Saya memang berbakat untuk urusan ilmu-ilmu seperti ini. Kata orang, saya ini keturunan Joko Tingkir, jadi dzikirnya bisa pamungkasan (ampuh). Cirinya adalah panjang depa kedua tangan saya lebih panjang dari panjang badannya. Sementara teman-teman yang puasa genap 40 hari lengkap ada yang disuruh mengulang karena tidak lulus.
Belajar ilmu seperti itu ada urutannya. Pertama, ilmu Karamah.Selanjutnya, ilmu tenaga
dalam. Kalau orang cuma belajar tenaga dalam tanpa karamah biasanya
tidak kuat. Ilmu tenaga dalam itu mudah. Beli juga bisa. Diisi langsung bisa di tempat. Nah, di tenaga dalam inilah nanti setiap dukun itu mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri. Ada ilmu kebal, pelet, santet dan sebagainya. Tanpa dua ilmu ini, berarti itu dukun bohongan. Setelah kedua ilmu tersebut berikutnya adalahlelakon yang berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan.
Cara mendapatkan ilmu karamah dengan membaca shalawat, kemudian puasa beberapa hari. Selanjutnya mewiridkan: Ya Allah, Ya Rasulullah, Ya Syekh Abdul Qadirjaelani, Ya Allah kulonyuwun karamahipun Syekh Abdul Qadirjaelani (Ya Allah, saya minta karamahnya Syekh Abdul Qadir Jaelani). Sambil dipancing dengan gerakan-gerakan untuk kemudian gerak sendiri tanpa bisa dikendalikan. Setelah itu minta gerakan apa saja, langsung bisa sendiri.
Setelah selesai mempelajari ilmu karamah di Malang, baru saya mengembara dari kota ke kota mencari ilmu pengisian. Yang cukup lama di Lumajang, selama 2 tahun. Di sanalah saya belajar ilmu Cor Wojo (isian untuk kekebalan). Pantangan ilmu ini adalah makan pisang Mas. Tetapiwaktu saya mencoba melanggarnya, tidak ada pengaruhnya buat saya.
Termasuk yang saya pelajari adalah ilmu pasang susuk. Susuknya terbuat dari jarum emas. Caramemasukkannya dengan membaca shalawat dalam jumlah tertentu kemudian membaca:udkhuluha bisalamin aminin (masuklah dengan selamat lagi aman, ayat).
Di Kediri, saya meneruskan perburuan ilmu. Saya diajari shalawat tertentu yang dibaca dalam jumlah yang cukup banyak. Baru membaca beberapa kali saja, sudah muncul hasilnya. Jin datangdengan wajah mirip guru saya. Bahkan namanya pun menggunakan nama guru saya.
Tidak puas sampai di situ, saya mengejar ilmu yang lebih tinggi dari Cor Wojo yaitu ilmu Sungai Raja. Madura tujuan saya. Termasuk di dalamnya ada pembelajaran jurus Wali Songo. Mewiridkan sembilan asmaul husna, tetapi sebenarnya salah satunya bukan nama Allah: Ya hayyu, ya ali, ya mali, ya wafi, ya waqi, ya qowi, ya ghoni, ya wall, ya baqi (Mali bukan nama Allah). Dibaca sembilan kali tanpa nafas. Tapi nampaknya saya kurang sukses. Selanjutnya, saya lebih banyak mengembangkan sendiri dengan membaca dari buku-buku dan diskusi.
DAN BANYAK ORANG YANG TERTIPU...
Tahun 1986 saya sudah mulai praktik setamat dari Aliyah. Hanya dari mulut ke mulut, saya semakin dikenal banyak orang. Puncaknya tahun 1988 waktu saya di semester satu IAIN.Pelanggan saya orang-orang besar. Di antara mereka ada para dosen saya sendiri. Belum lagi para dosen itu membawa teman-temannya lagi. Makanya mereka semua sangat sangat hormat kepada saya. Sampai pernah, ketika saya mbisu (puasa bicara) saat diskusi kelas. Para dosen tidak ada yang menegur, yang ada malah semakin hormat. Mereka hanya bilang, "Gus Wachid lagi mbisu."
Kecuali satu orang yang masya Allah.., Abu Bakar Muhammad namanya, dosen hadits orang Bima, beliau sangat benci saya. Kalau masuk kuliah, laki perempuan dipisah. Resikonya, beliauadalah dosen hadits yang paling tidak laku. Tapi saya selalu mengambil beliau. Hanya beliau yang tidak terpengaruh saya.
Setelah itu, dari mulut ke mulut orang ramai datang ke saya untuk minta bantuan. Saya waktu itu punya majlis Shalat Tasbih dan dzikir setiap malam Jumat Legi. Dan setelah itu saya adakantaubatan (mandi di kolam). Saya dulu punya kolam untuk memandikan orang. Itu sebenarnya kolam ikan mungkin malah ada ularnya juga. Semua ini sebenarnya hanya mengarang. Tanparujukan atau bisikan.
Beberapa nama besar bahkan para akademisi agama pernah saya mandikan. Pernah suatu saat datang seorang profesor kepada saya karena kasus anaknya yang nakal, kurang wibawa dalam memimpin, anak buahnya mulai ada yang berontak dan mulai adanya saingan. Saya mandikan, mandi taubat, kata saya. Sebelum mandi, saya si ram sebanyak 3 kali. Saya siramkan air di kepalanya yang botak sambil saya katakan, "Istighfar ya pak. Istighfar ya pak!" Sebenarnya saya ingin tertawa dengan apa yang saya lakukan itu. Karena saya sendiri tidak yakin dengan apa yang saya lakukan. Kok yo goblok temen (kok ya bodoh sekali). Kalau angin duduk bisa mati nih orang, kata hati saya. Jadi, kayak saya jadikan hiburan saja.
Ada peristiwa yang lebih menggelikan. Pada suatu malam, seorang atasan yang jadi pasien saya sedang saya mandikan di pinggir sumur. Tiba-tiba datang salah seorang anak buahnya yang juga perlu bantuan saya. Melihat bawahannya datang, dia blingsatan dan sangat malu kemudian minta saya sembunyikan.
Sebenarnya saya lebih dikenal sebagai pemasang susuk. Terutama susuk kekebalan. Pernah sayamengisi satu pasukan yang mau berangkat bertugas ke Timor Timur. (Gus Wachid diam sejenak dan mengucap perlahan: Astaghfirullahal adzim...).
Pengisian masal seperti itu tidak hanya terjadi sekali. Tahun
1993 waktu saya KKN di Malang Selatan, semua anak peserta KKN saya isi.
Laki-laki dan perempuan semuanya saya suruh menelan pelor. Tujuannya untuk jaga-jaga karena tempat KKN nya adalah basis orang Kristen.
Solusi yang saya berikan kepada para pasien terkadang hanya pakai feeling saja. Dengan konsentrasi sebentar kemudian datang solusi. Kalau sedang bingung mencari solusi, saya pura-pura masuk ke kamar dulu. Sebenarnya jujur, waktu itu buat mikir dulu apa yang harus sayalakukan. Maka, terus terang saya ragu kepada para dukun yang katanya selalu dapat bisikan saat menyelesaikan masalah pasiennya.
Saya bukan tipe dukun yang suka dengan bantuan jin, walupun saya punya. Jin saya yang paling akrab namanya Abdul Qowi (Karena sesuatu hal, nama jin pun harus disamarkan, Red). Sayamemanfaatkan dia hanya untuk mengobati orang yang sedang kesurupan saja. Dengan membaca salah satu model shalawat sebanyak tiga kali, dia sudah langsung hadir.
Saya tidak terlalu suka dengan jin saya itu. Tetapi biar pun begitu, dia sering hadir. Yang terlihat oleh saya, Abdul Qowi tidak ada fisiknya dan tidak bisa dipegang. Kadang datang seperti bayangan, kadang seperti kaca. Tetapi terkadang juga hadir dalam mimpi. Pernah saya di ajak jalan-jalan ke kawan-kawannya. Kawan-kawannya seperti ulat kepompong bergelantungan di pohon.
Kalau datang dia menasehati saya. Tetapi tidak berani yang aneh-aneh. Karena dia tahu kalau saya punya ilmu agama. Dia tidak pernah memerintahkan saya menyembelih binatang, karena saya tahu itu haram jika untuk persembahan jin. Paling hanya nyuruh saya shadaqah sir (rahasia) dan amal lain yang tidak terlihat melanggar syariat.
Dalam mengobati orang kesurupan, sangat sering saya dan Abdul Qowi harus mengeluarkan jin yang lebih kuat. Tetapi saya lawan lagi, lawan lagi. Sampai keringat becucuran. Kalau sudah lelahbegitu, saya berdoa dengan ilmu karamah, "Ya Allah kembalikan kekuatan saya." Tiba-tiba kembali kuat.
Selain Abdul Qowi, ada satu
jin lainnya yang beberapa kali datang membantu saya. Kalau jin-jin yang
lainnya banyak yang datang kemudian pergi. Jin yang beberapa kali
datang itu namanya Sumo. Awal saya kenal Sumo adalah saat saya mengobati orang yang kesurupan. Melalui lisanorang itu, Sumo berkata, "Kulo tumut dadi santri jenengan (Saya iku jadi santri Anda)." Setelah itu, dia datang berkali-kali waktu saya mengobati orang kesurupan. Saya suruh dia masuk ketubuh orang yang kesurupan itu dan keluarlah suara Sumo yang pernah saya kenal dulu.
Tapi, tidak semua pengalaman perdukunan itu menyenangkan. Saya pernah dikerjai
oleh Abdul Qowi. Malam itu jam menunjukkan pukul 22.00. Saat saya
mulai mewiridkan sesuatu. Mencobailmu supaya bisa pergi ke Mekah dalam
waktu sejenak. Abdul Qowi datang dan mengajak saya pergi ke suatu tempat
dalam keadaan saya seperti tidak sadarkan diri. Dalam pekatnya malam,
saya terus berjalan hingga saya sadar Abdul Qowi telah meninggalkan
saya. Gelap sekali. Saya tidak tahu di mana. Saya coba tenangkan diri.
Lihat kanan-kiri dan barulah saya tahu bahwa saya sedang ada di suatu
candi di Batu Malang. Waktu itu Batu malang masih belum
banyakpenduduknya. Pagi harinya, kaki saya penuh duri dan celana saya
kotor oleh rumput dan duri.
Sejak saat itu kebencian saya kepada mereka semakin bertambah. Maka ketika saya mulai taubat, jin Abdul Qowi saya ludahi agar dia pergi.
BEBURU BARANG GHAIB
Saat saya masih aktif di perdukunan, saya sering mengambil barang-barang ghaib dengan tirakatan dan amalan tertentu. Pernah suatu hari saya bersama seorang tokoh agama terkenal di Malang dan seorang dukun dari Pasuruan yang juga guru saya belajar ilmu susuk, mengadakan ritual untuk mengambil batu mirah. Sebelumnya, kami telah menerawangnya dengan ilmu karamah dan dzikir. Hasilnya, tempat keberadaan batu mirah dan waktu keluarnya sudah kami dapatkan. Di Malang Selatan.
Malam semakin larut. Malam itu adalah malam ketiga kami mengadakan tirakatan
di tempat itu. Tiba-tiba sebongkah batu besar menggelinding begitu
saja. Merah menyala. Kedua orang yang bersama saya, justru lari. Katanya
mereka melihat ular besar sekali. Tetapi saya tidak melihatnya. Yang
saya lihat hanya batu mirah saja. Saya ambil batu mirah itu dan langsung
saya bungkus dengan lawon (kain kafan yang belum dipakai). Dan
kami bawa pulang. Barang ghaib seperti itu tidak boleh langsung
dimanfaatkan sebelum diselameti terlebih dahulu. Batu mirah yang
terbungkus kain kafan itu saya masukkan ke peti dan diselameti dengan
ayam putih. Petiterkunci rapat. Saya sendiri yang menjaganya. Jika
malam tiba, saya tidur di atas peti itu. Tetapi anehnya,
ketika tirakatannya selesai dan peti kami buka ternyata batu mirah
berubah menjadi tanah.
Pernah juga saya dapat uang satu peti dalam pecahan sepuluh ribuan. Kalau yang ini perlu waktu lima malam untuk mengambilnya. Hanya, saya
ikut malam yang terakhir saja. Tempat mengambilnya di pembakaran batu
bata yang kata orang angker. Di kampung itu ada orangtua yang diimpeni (mendapat mimpi) bahwa batu batanya tidak boleh diambil, karena disenangi oleh makhluk halus untuk membangun istananya. Sudah bertahun-tahun batu bata itu tidak ada yang berani mengambilnya. Katanya itu istana jin. Dan katanya lagi, tempat itu bisa memberiuang. Maka, kami kembali mengadakan lelaku dengan tirakatan dan mengadakan selametan dengan penduduk sekitar. Pada malam ke lima. Kedua teman saya tidur, sementara saya masih terus melek. Dan tiba-tiba peti itu muncul. Saya bangunkan mereka dan saya suruh mereka yang mengambil, karena saya tidak berani mengambilnya. Dibuka, isinya uang. Untuk meyakinkankeaslian uang itu, diambillah satu lembar. Esoknya dibelanjakan oleh salah satu santri dan laku. Tetapi uang tetap harus diselameti dulu sebelum dimanfaatkan. Kembali saya yang menjaganya. Pada hari terakhir tirakatan dan selametan, kita buka petinya dan semua uangnya telah berubah menjadi kertas.
JALAN PANJANG PERTAUBATAN
Tahun 1991 saya masih kuliah di IAIN. Waktu itu saya sudah mulai kenal agama. Saya mulai kenal Darul Arqom, Jamaah Tabligh, senang baca kitab sendiri. Keraguan saya terhadap dunia yang selama ini saya geluti semakin kuat. Apalagi saya kecewa berat terhadap dunia perdukunan ini. Niat besar saya bukan harta. Tetapi berdakwah kepada masyarakat dengan ilmu-ilmu
tersebut. Anak-anak muda yang senang mabuk dan tawuran mau kumpul
kepada saya karena saya punyai ilmu perdukunan. Kemudian saya
nasehati. Benar, mereka mau berhenti sesaat. Tetapi setelah itu balik
lagi. Bahkan ada dua murid saya yang saling bacok-bacokan. Saya gagal dalam berdakwah dengan cara seperti itu. Tidak ada hasilnya.
Perjalanan taubat saya sangat panjang. Tidak bisa langsung tuntas. Banyak hal yang membuat pertaubatan sangat sulit. Di antaranya popularitas. Banyak orang yang sudah terlanjur kagum dan percaya kepada saya. Jadi sekali waktu, ketika ada yang datang meminta bantuan, saya masih menunjukkan kemampuan saya di hadapan orang tersebut. Semua orang segan kepada saya. Sehingga tidak ada yang berani menegur saya. Juga karena saya sudah mempelajari semua ini sejak kecil. Sudah mendarah daging.
Saya terus merenung dan mengkaji. Saya mulai meragukan kebenaran ilmu karamah. Logika saya berkata, karena karamah ini bisa mendatangkan gerakan apapun yang kita minta, maka kita minta gerakan menggitar layaknya pemusik ternama pun bisa. Tapi kan tidak mungkin Allah memberikan jurus menggitar. Berarti ilmu ini bukan dari Allah seperti yang saya yakini selama ini.
Saya juga bertanya kepada para kyai dan ulama yang benar.
Mereka sangat berjasa besar dalam pertaubatan saya. Walaupun, suatu
saat saya pernah kecewa pada seseorang yang pernah belajar di Mekah. Waktu saya tanya apa hukumnya susuk, dia katakan boleh asal untukpengobatan membantu orang lain. Padahal saya sedang membutuhkan jawaban yangberdasarkan dalil.
Sampai akhirnya saya menikah tahun 1995. Allah menganugerahi saya istri yang sangat shalehah. Dialah orang yang sangat besar jasanya mengembalikan saya ke jalan yang benar. Tanpa menggurui dan dengan sabar, istri terus mengingatkan saya, "Sampeyan itu mas, begini ini apa dasarnya?" Saya pun segan. Ritual perdukunan saya lakukan diam-diam. Hingga suatu hari saya katakan bahwa saya mau taubat, istri saya gembira luar biasa. Setelah itu setiap ada pasien yangmenelepon, istri saya langsung memarahinya.
Proses taubat belum selesai. Tahun 1997 Allah menganugerahi pada kami buah hati, perempuan. Tapi cobaan itu datang. Anak saya ada masalah pada sebagian anggota tubuhya. Perasaan saya ketika itu berkata, "Ini teguran dari Allah dan mungkin gangguan dari jin yang tidak rela melihat saya taubat."
Selanjutnya giliran jin yang berulah. Saya sakit parah dan lama tahun 1997 itu. Tidak bisa buang air kecil. Sakitnya luar biasa. Seorang ustadz meruqyah saya. Seketika itu saya langsung bisa kencing. Tapi kencing darah banyak sekali.
Bukan hanya sekali itu saya merasakan gangguan jin. Suatu saat ada orang gila datang ke tempat saya sambil membawa pedang berteriak-teriak. Katanya dia seperti itu gara-gara dulu disusuk oleh Gus Wachid. Tetangga-tetangga semua dengar. Mungkin jin bermaksud agar saya minta bantuan mereka lagi. Tetapi tidak. Saya ambil wudhu baca al-Qur'an, saya baca: lailaha illallah wahdahu la syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syaiin qodir. Saya keluar membawa tongkat. Dan alhamdulillah saya bisa menaklukkannya kemudian disuntik dokterdengan obat penenang.
Adapun untuk berani menyatakan bahwa semua ini adalah haram belum lama. Yaitu setelah saya kenal dengan kawan-kawan dari Ghoib Ruqyah Syar’iyyah. Saya
jadi sering menangis kalau memikirkan kesalahan di masa lalu. Sangat
menyesal. Saya pernah menebus kesalahan itu dengan puasa Dawud dalam
rentang waktu yang sangat lama. Sebagai bentuk pernyataan taubat,
sekarang ini di mana-mana, di pengajian umum, di pertemuan ribuan orang
yangbanyak~dihadiri para kyai dalam sebuah acara saya bicara lantang,
"Saya dulu tidak mengajak dakwah kepada Allah. Dakwah saya dulu adalah
dakwah untuk fanatik kepada saya. Saya dulu pernah mengisi susuk,
ternyata itu haram. Saya dulu pernah memandikan orang malam-malam,
ternyata itu salah. Saya bertaubat kepada Allah."
Saya juga mendatangi mantan para pasien saya dulu. Meminta maaf kepada mereka. Tangapan mereka macam-macam tetapi semuanya baik-baik saja. Karena saya dulu tidak pernah memeras mereka. Ada yang mencoba menghibur saya, "Saya tahu kok kalau Gus itu dulu cuma main-main." Tapi ada juga yang bilang, "Sebenarnya gak apa-apa kok Gus, kalau untuk kebaikan."
MEMBONGKAR KEBOHONGAN RAJAH DAN DUKUN
Sesuai dengan pengalaman saya dulu, ternyata rajah-rajah dalam kitab Syamsul Ma'arif Kubraitu gedabrus kabeh (omong kosong semua). Saya pernah mempraktikkan macam-macam petunjuknya, tetapi tidak ada yang bisa. Bukan cuma saya, banyak orang yang telah mencobanyadan gagal. Saya pikir rajah-rajah itu hanyalah bisikan jin yang ngarang saja. Mungkin ampuh buat pengarang buku itu atau yang serius banget. Sebenarnya rajah-rajah itu berfungis agar ada ain(benda nyatanya) saja. Intinya adalah mengisinya dengan tenaga dalam.
Saya sendiri pernah datang ke seorang ahli rajah paling terkenal di Malang sini. Pelanggannya datang dari berbagai tempat sampai dari Jakarta pun ada, termasuk para pejabat tinggi negara. Dia punya majlis setiap malam Jumat Legi. Dengan menyembelih sapi. Pengajian itu diisi oleh 40 kyai gantian. Saya rutin datang waktu itu. Saya pernah cek dia dengan ilmu karamah saya, ternyata dia itu tidak ada isinya. Menjelang saya taubat, saya pernah kerjain dia. Saya berteriak-teriak
pura-pura kemasukan roh memanggil nama dia di depan rumahnya. Kemudian
saya diajak masuk, didudukkan di tempat duduknya sambil ketakutan.
Jadi gak ada apa-apanya, dia gak tahu kalau saya bohongi.
Saya terus berdakwah kepada para kyai dan teman-teman perdukunan dulu. Salah seorang teman saya mengaku bisa pergi ke Mekah dalam sesaat dan shalat di Masjidil haram. Saya datangi dia. Saya bilang itu adalah jin. Dan saya perkuat dengan penjelasan ilmiah. Saya jelaskan waktu dia berangkat shalat Jumat ke Mekah jam I 1.00 waktu Malang, di Mekah masih jam 07.00 pagi. Jadi belum ada shalat Jumat. "Mosok gitu Gus?" kata dia yang kemudian bertaubat. Alhamdulillah.
Sekarang ini, yang saya incar adalah dukun-dukun yang berbuat kriminal. Kalau ada yang begitu, di mana saja tak parani (saya datangi) langsung tapi prosedural. Seperti belum lama ini saya sendirian, sebenarnya saya sudah mengajak teman-teman tetapi berhalangan. Saya mendatangi perguruan di Ngawi yang menawarkan ilmu menghilang. Caranya dengan menyembelih kucing,kemudian dikubur di tempat yang tidak terkena sinar matahari dan setelah empat puluh satu hari diambil dengan puasa selama itu. Ada sebelas tulang yang harus diambil. Sebelum mencoba ilmu itu, ada mandi dan ritual lainnya. Diusahakan dipaskan ritual hari terakhir itu pada malam bulan purnama. Terus ambil cermin. Sambil melihat cermin, disuruh untuk menggigit satu persatu 11 tulang itu. Mana tulang yang digigit dan wajahnya tidak terlihat di kaca, maka tulangitulah yang dibawa dan digunakan untuk menghilang kapan dia mau.
Ada tetangga saya yang ikut perguruan itu dan jadi gila. Bapaknya datang ke saya. Dan saya datang langsung ke Ngawi. Saya bawa polisi dan ikut menggerebeknya. Dia pun dipenjara. Sayangnya, bapaknya takut waktu digertak dukun itu. Akhirnya dia mencabut laporannya daripolisi dan dia dikeluarkan lagi dari penjara. Yang
paling seru, pengejaran dukun dua tahun lalu. Adik kawan saya ditipu
dalam bisnisnya 200 juta. Akhirnya dia datang ke dukun-dukun top
untukmenggandakan uang. Dia datang ke Situbondo. Sebelum meminta uang
dalam jumlah besar para dukun itu menyihirnya terlebih dahulu dengan air
minum atau cara lainnya.
Saya dan teman-teman membongkar sindikat penipuan ini. Jaringannya dari Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan berujung di Madura. Saya
datangi yang di Pasuruan. Orangnya menyeramkan, kukunya panjang sekali.
Saya masuk ke rumahnya. Rajah-rajahnya saya sobeki, termasuk
ayat-ayat yang ditempel di WC. Saya bilang, "Saya ini Gus Wahid. Kamu
ini sesat, penipu." Polisi menangkapnya. Walaupun saya dengar sudah
dikeluarkan lagi.
Selanjutnya saya ke Probolinggo. Ternyata yang di Probolingo ini adalah ustadz yang lugu. Hanya diiming-imingi uang saja oleh para dukun itu. Saya nasehati dia baik-baik. Saya tidak tega marah, karena waktu saya bicara, anaknya yang kecil mengintip. "Sampeyan itu salah. Aqidah jadi rusak!" kata saya. Penggerebekan
berlanjut ke Situbondo. Saya beserta lurah dan masyarakatsetempat
menggerebeknya. Sayangnya, si dukun lari dan tidak tertangkap.
Dan akhirnya ke Madura. Dukun paling top itu tidak bisa ditangkap. Pasalnya yang tahu tentang dukun ini adalah yang di Situbondo. Sementara dukun Situbondo tidak bisa tertangkap. Jadi, tidak ada bukti yang kuat untuk menangkapnya. Masyarakat
kita punya masalah yang komplek. Saya pernah menulis bahwa di negeri
ini ada tiga permasalahan penting yang harus segera diatasi. Pertama,
tidak ada standarisasi ulama. Kedua, ketidakjelasan kurikulum pesantren.
Ketiga, tidak ada editing syariat untuk buku dan tayangan
televisi. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang bertaqwa.
Ruqyah majalah Ghoib Dan Bekam 021-70374645
Majalah GHOIB Edisi Khusus “Dukun-Dukun Bertaubat”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar