Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Ustadz, saya seorang gadis berumur
21 tahun. Saya pernah berobat ruqyah ke paranormal untuk mengobati penyakit
medis dan non medis. Kata peruqyahnya, saya mengidap penyakit komplikasi, dan
ada yang mengikuti, yaitu seorang kakek. Sebelum diruqyah saya berwudhu
terlebih dahulu. Dan saat diruqyah, saya dibolehkan untuk tidak tutup aurat.
Peruqyah laki-laki itu memegang telapak tangan, sehingga kulit saya bersentuhan
dengan kulitnya. Saya disuruh berdzikir: ‘Ya Lathif’ terus menerus.
Sebelum ia membaca bacaan ruqyah,
ia menyebut nama saya dan kedua orangtua, lalu ia membaca surat al-Fatihah.
Lalu ia mengerahkan tenaga dalam untuk mengambil dan membuang energi negatif
yang ada dalam tubuh saya. Setelahnya, saya disuruh minum air yang bercampur
bunga mawar. Kemudian saya disuruh mandi air yang telah ia do’akan bercampur
minyak bunga mawar dengan niat membersihkan badan. Malamnya, jam satu, saya
disuruh shalat taubat, tahajjud dan hajat. Lalu baca Istighfar , Shalawat,
Ya Alloh Ya Qodim, Ya Lathif, Ya Hayyu Ya Qoyyuum bi Rohmatika Astaghits,
masing-masing dibaca 100 kali, serta ayat Kursi 13 kali.
Yang ingin saya tanyakan; bolehkah
saya mengamalkan amalan tersebut? Kata peruqyah itu, tubuh saya sudah berlubang
sehingga harus ditutup agar jin tidak mengganggu lagi, benarkah itu? Berdosakah
saya, karena telah minta diruqyah ke paranormal? Apa yang harus saya lakukan?
Terima kasih atas jawabannya.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Atit, Batang Jawa Tengah.
Wa’alaikum salam wr. wb.
Bismillah wal hamdulillah, was
sholatu was salamu ‘ala Rosulillah, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man walah.
Apa kabar para pembaca Majalah Al-Iman bil Ghoib semuanya? Senang
sekali rasanya bisa menyapa Anda meskipun hanya melalui rubrik konsultasi ini.
Semoga para pembaca semua, terutama saudari Atit yang ada di Batang selalu
dalam lindungan Allah yang Maha Perkasa.
Wirid dan dzikir adalah bagian dari
ibadah. Jika ingin ibadah mahdhoh kita diterima oleh Allah, maka kita harus
mendasarinya dengan 3 landasan. Pertama, iman yang benar atau lurus. Kedua,
niat yang ikhlas. Ketiga, mengikuti apa yang telah dicontohkan
Rasulullah.
Bunyi wirid yang disebutkan oleh
saudari Atit benar adanya. Hanya saja jumlah 100 kali dalam membaca wiridwirid
tersebut tidak ada tuntunannya dari Rasulullah. Termasuk membaca asma-ul husna
dengan memilih kalimat tertentu. Ada pasien ruqyah yang wirid: ‘Ya Lathif’
ribuan kali, malah kerasukan jin yang mengaku bernama Abdul Lathif. Alasannya
sepele, karena ia merasa dipanggil-panggil.
Pelaksanaan ibadah yang menyimpang,
tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, hakikatnya tidak akan mendekatkan
pelakunya kepada Tuhan (Allah), tapi malah mendekatkannya kepada syetan. Maka
dari itu, tinggalkanlah segala bentuk penyimpangan dalam ibadah. Allah
memerintahkan kita untuk membaca asma-ul husna saat mau berdo’a (sebagai
pengantar do’a), sebagaimana makna ayat berikut, “Dan Allah memiliki nama-nama
yang indah (asmaul husna), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
nama-nama itu…” (QS. al-A’raf: 180).
Para pembaca Majalah Al-Iman
yang tercinta. Tidak serta-merta pengobatan yang menggunakan label ruqyah itu
islami. Karena dalam kajian akidah Islam, praktik ruqyah itu ada dua macam. Ada
ruqyah yang syar’iyyah (sesuai dengan syari’at Islam). Dan ada juga ruqyah yang
syirkiyyah (mengandung kesyirikan). Rasulullah telah melarang ruqyah yang
syirkiyyah dan menganjurkan kita untuk melaksanakan ruqyah syar’iyyah. Beliau
pernah bersabda kepada para shahabatnya, “Tunjukkanlah bacaan ruqyah kalian
kepadaku. Praktik ruqyah itu tidak apa-apa selama tidak ada kesyirikan di
dalamnya”. (HR. Muslim).
Kalau kita perhatikan praktik
ruqyah yang telah saudari Atiti jalani, maka praktik ruqyah seperti itu masuk
dalam kategori yang dilarang. Karena di dalamnya terjadi penyimpangan syari’at.
Misalnya, membiarkan pasien tidak menutup auratnya, bersentuhan kulit antara
laki-perempuan yang bukan mahromnya. Penggunaan tenaga dalam untuk mengusir
energi negatif (syetan). Minum atau mandi rendaman bunga mawar. Pelaksanaan
wirid yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah.
Para Pembaca Majalah Al-Iman
yang budiman. Apakah kita berdosa jika mendatangi praktik ruqyah yang seperti
itu? Ya, kita berdosa. Karena kita memanfaatkan jasa pengobatan yang menyimpang
dari pakem syari’at Islam. Praktik pengobatan ruqyah ala Rasulullah tidak
seperti itu. Adapun cara bertaubat dari dosa seperti itu adalah menyesali
perbuatannya, meninggalkannya dan menggantinya denan ruqyah yang syar’iyyah.
Serta perbanyak membaca istighfar.
Karena kedatangan kita ke tempat
pengobatan yang menyimpang, apalagi ke seorang paranormal, dukun atau ‘oran
pintar’, akan merusak pahala shalat kita. Padahal shalat adalah ibadah mahdhoh
yang paling pokok menurut Allah. Kalau shalat kita rusak, maka semua amal
ibadah kita dianggap rusak. Rasulullah juga menegaskan bahwa orang yang
meyakini keabsahan praktik perdukunan menyebabkan ia kufur terhadap al-Qur’an
dan hadits. Dan orang seperti itu, si dukun dan pasiennya, tidak akan diakui
Rasulullah sebagai ummatnya.
Rasulullah telah bersabda, “Barang
siapa yang mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka
shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.” (HR. Muslim). Di riwayat
lain: “Selama empat puluh malam.”(HR. Ahmad).
“Barangsiapa yang mendatangi
peramal atau dukun, lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kufur
terhadap apa yan diturunkan kepada Muhammad (al-Qur’an dan hadits).” (HR.
Hakim dan dishahihkannya).
“Bukan termasuk golongan kami
orang yang melakukan tathayyur (mengadu nasib lewat binatang) atau minta
dilakukan tathayyur untuk dirinya, berpraktik perdukunan atau minta bantuan
dukun, berpraktik sihir atau memanfaatkan jasa mereka. Barang siapa mendatangi
dukun, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa
yang telah diturunkan kepada Muhammad (al-Qur’an dan al-Hadits).” (HR.
al-Bazzar dengan sanad jayyid (bagus)).
Tidak ada keterangan dari
Rasulullah bahwa orang yang pernah diganggu syetan, berarti tubuhnya telah berlubang,
sehingga ia gampang terganggu lagi. Yang jelas benarnya, gangguan syetan itu
akan terus terjadi selama kita masih hidup. Dan kita tidak akan bisa
menghalaunya tanpa pertolongan Allah. Hanya dengan dzikrullah sesuai
yang diajarkan Rasulullah, kita akan aman dari gangguan syetan.
Rasulullah bersabda, “Begitulah, seorang hamba tidak bisa
melindungi dirinya dari (gangguan) syetan, kecuali dengan dzikrullah.”
(HR. Tirmidzi, hadits hasan shahih, no. 2790). Meskipun kita pernah kesurupan,
kita akan aman jika kita banyak berdzikir atau membaca ayat dan do’a
perlindungan. Wallohu A’alam.
sumber
Konsultasi majalah Ghoib edisi 106
Konsultasi majalah Ghoib edisi 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar