Sabtu, 02 Desember 2023

Menunjuk Ke Arah Kuburan, Jemari Jadi Kitheng (Bertumpuk)

               Sesuatu yang hanya 'Katanya', yang tidak ada dalil syar'i yang menjelaskan kebenarannya, sudah sekian banyak tersebar di tengah-tengah masyarakat kita. Sesuatu yang pada awalnya hanyalah sebuah katanya itupun lambat laun mengendap bersama dengan akidah masyarakat Islam. Dan pada akhirnya, katanya pun berubah menjadi keyakinan yang mengotori kemurnian akidah Islam.

            Maka dari itu, katanya pun harus dikaji dan dilihat dengan benar, agar iman kita tidak bercampur dengan noda-noda kesyirikan.

            Ada satu hal yang masih katanya, tapi diyakini oleh sebagian masyarakat kita. Yaitu, larangan untuk menunjuk ke arah kuburan dengan jari telunjuk kita. Bila dilakukan, maka akan fatal akibatnya. Bisa-bisa jari jemari pelakunya akan saling bertumpuk dan berdempetan antara satu sama lain. Atau dalam bahasa Jawa kita mengenal dengan istilah 'kitheng'.

            Benarkah keyakinan seperti itu?

            Tentu saja tidak! Inilah salah satu bentuk salah kaprahnya orang-orang yang terlalu mengkeramatkan kuburan. Mereka menganggap kuburan adalah tempat paling angker, sehingga sekedar menunjuk ke arahnya dengan menggunakan telunjuk saja akan berakibat tidak baik bagi yang melakukannya. Atau dalam istilah lainnya kuwalat. Pada akhirnya, tidak sedikit dari orang-orang yang mengkeramatkan kuburan itu kemudian melakukan ritual-ritual setan di sana.

            Apalagi kalau kuburan tersebut adalah kuburan orang yang shalih semasa hidupnya di dunia. Contohnya seperti kuburan para wali, baik wali lokal maupun wali-wali yang namanya sudah dikenal banyak orang, seperti wali songo. Banyak orang-orang yang mengkeramatkannya, lalu melakukan ritual-ritual yang keluar dari ajaran Rasulullah Saw. Memang Rasulullah Saw tidak melarang ummatnya untuk berziarah kubur. Tapi tentunya ziarah yang di dalamnya tidak ada unsur-unsur yang merusak kesucian akidah.

            Kalau kita tahu, bahwasanya sebab awal terjadinya kemusyrikan di muka bumi adalah pengagungan orang-orang shalih yang berlebihan. Itu pertama kali dilakukan oleh kaum Nabi Nuh. Dan akhirnya model kemusyrikan semisal ini masih tetap ada hingga hari ini.

            Dalam Islam memang ada adab-adab bagaimana saat kita memasuki kuburan. Bahkan Rasulullah Saw mengajarkan doa saat memasukinya atau melewatinya. Tapi itu semua bukan berarti sampai pada tingkatan pengagungan kuburan atau mengeramatkannya.