Angin adalah peristiwa alami, tapi penuh misteri. Keberadaannya
(berhembus atau tidaknya) bukanlah sebuah kebetulan belaka. Melainkan
sudah diatur oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Dahulu,
pada masa Rasulullah Saw, ada seorang yang memaki angin. Lantas
Rasulullah Saw menegurnya, "Janganlah kamu mencaci maki angin! Karena
sesungguhnya ia itu diperintah. Dan barangsiapa melaknat sesuatu yang
bukan pada tempatnya maka laknat itu akan kembali pada dirinya!"
Misteri
tentang angin itupun melahirkan keyakinan-keyakinan (yang terkadang
keluar dari kebenaran) tentangnya. Salah satunya adalah manakala terjadi
angin kencang. Katanya kalau angin sedang berhembus kencang, maka kita
harus mengikat empat tiang penyangga utama rumah kita itu dengan kain (jarik), biar nggak roboh tertempa hembusannya.
Maksudnya
empat tiang penyangga utama adalah sebagaimana yang bisa kita dapati
dari model rumah jawa (Joglo ataupun Dorogepak). Empat tiang ini
biasanya berada di tengah, sebagai penyangga kuncupnya. Lalu muncul
masalah, bagaimana kalau kebetulan rumah kita tidak memiliki tiang
sebagaimana yang dimaksud? Apa yang harus kita ikat ketika ada angin
kencang?
Lantas, bagaimana solusi imani bila terjadi angin kencang?
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, "Suatu hari terjadi angin
kencang di Makkah. Ketika itu Umar sedang berhaji.anginpun berhembus
semakin kencang. Lalu Umar berkata kepada orang-orang yang berada di
sekelilingnya, "Apa yang sampai pada kalian (dari hadits Rasulullah)
tentang angin?" aku menjawab, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
"Angin itu dari hembusan ruh Allah, ia membawa rahmat dan adzab. Maka
janganlah kalian mencacinya, dan mintalah pada Allah kebaikan darinya,
dan berlindunglah pada-Nya dari keburukannya."
Adapun
doa permohonan kebaikan dari angin dan perlindungan dari eburukannya
dalah sebagaimana riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
bahwasanya Nabi Saw jika angin berhembus kencang maka beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلك مِنْ خَيْر مَا أُمِرَتْ بِهِ ، وَأَعُوذ بِك مِنْ شَرّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
"Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan dari apa-apa yang dibawanya
(angin), dan berlindung kepada-Mu dari apa-apa yang dibawanya."
Sedangkan
solusi imani lain yang diriwayatkan ibnu Abi Dunya dan ibnu Asakir
adalah hadits dari Abu Darda' yang mengatakan, "Jika angin malam
berhembus kencang, maka Nabi Saw segera menuju masjid sampai semuanya
kembali tenang, dan jika terjadi peristiwa di langit seperti gerhana
matahari ataupun rembulan, maka beliau segera melakukan shalat."
(ad-Durrul Mantsur oleh Jalaluddin as-Suyuti)
Angin.
Terkadang berhembus sebagai rahmat untuk sebuah kaum. Kadang pula
bertiup sebagai adzab atas sebagian kaum lainnya. Jika hal itu terjadi,
maka tak ada tempat kembali selain kepada Allah Azza Wajalla
saja. Lantaran Dialah yang mengutusnya, maka Dia pula yang kuasa untuk
mengendalikannya. Jangan malah mengambil sikap yang berhaluan dengan
perintah Islam, seperti dengan mengikat empat tiang penyangga utama
rumah. Lantaran itu adalah keyakinan yang salah, yang justru malah akan
mengundang petaka, bukan menangkalnya.
Ingat! Waspadalah! Waspadalah! Jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar