Minggu, 20 Oktober 2013

Mengikat Tiang Ketika Angin Kencang

Angin adalah peristiwa alami, tapi penuh misteri. Keberadaannya (berhembus atau tidaknya) bukanlah sebuah kebetulan belaka. Melainkan sudah diatur oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Dahulu, pada masa Rasulullah Saw, ada seorang yang memaki angin. Lantas Rasulullah Saw menegurnya, "Janganlah kamu mencaci maki angin! Karena sesungguhnya ia itu diperintah. Dan barangsiapa melaknat sesuatu yang bukan pada tempatnya maka laknat itu akan kembali pada dirinya!"
Misteri tentang angin itupun melahirkan keyakinan-keyakinan (yang terkadang keluar dari kebenaran) tentangnya. Salah satunya adalah manakala terjadi angin kencang. Katanya kalau angin sedang berhembus kencang, maka kita harus mengikat empat tiang penyangga utama rumah kita itu dengan kain (jarik), biar nggak roboh tertempa hembusannya.
Maksudnya empat tiang penyangga utama adalah sebagaimana yang bisa kita dapati dari model rumah jawa (Joglo ataupun Dorogepak). Empat tiang ini biasanya berada di tengah, sebagai penyangga kuncupnya. Lalu muncul masalah, bagaimana kalau kebetulan rumah kita tidak memiliki tiang sebagaimana yang dimaksud? Apa yang harus kita ikat ketika ada angin kencang?
Lantas, bagaimana solusi imani bila terjadi angin kencang?


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, "Suatu hari terjadi angin kencang di Makkah. Ketika itu Umar sedang berhaji.anginpun berhembus semakin kencang. Lalu Umar berkata kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya, "Apa yang sampai pada kalian (dari hadits Rasulullah) tentang angin?" aku menjawab, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Angin itu dari hembusan ruh Allah, ia membawa rahmat dan adzab. Maka janganlah kalian mencacinya, dan mintalah pada Allah kebaikan darinya, dan berlindunglah pada-Nya dari keburukannya."
Adapun doa permohonan kebaikan dari angin dan perlindungan dari eburukannya dalah sebagaimana riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Saw jika angin berhembus kencang maka beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلك مِنْ خَيْر مَا أُمِرَتْ بِهِ ، وَأَعُوذ بِك مِنْ شَرّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan dari apa-apa yang dibawanya (angin), dan berlindung kepada-Mu dari apa-apa yang dibawanya."
Sedangkan solusi imani lain yang diriwayatkan ibnu Abi Dunya dan ibnu Asakir adalah hadits dari Abu Darda' yang mengatakan, "Jika angin malam berhembus kencang, maka Nabi Saw segera menuju masjid sampai semuanya kembali tenang, dan jika terjadi peristiwa di langit seperti gerhana matahari ataupun rembulan, maka beliau segera melakukan shalat." (ad-Durrul Mantsur oleh Jalaluddin as-Suyuti)
Angin. Terkadang berhembus sebagai rahmat untuk sebuah kaum. Kadang pula bertiup sebagai adzab atas sebagian kaum lainnya. Jika hal itu terjadi, maka tak ada tempat kembali selain kepada Allah Azza Wajalla saja. Lantaran Dialah yang mengutusnya, maka Dia pula yang kuasa untuk mengendalikannya. Jangan malah mengambil sikap yang berhaluan dengan perintah Islam, seperti dengan mengikat empat tiang penyangga utama rumah. Lantaran itu adalah keyakinan yang salah, yang justru malah akan mengundang petaka, bukan menangkalnya.
Ingat! Waspadalah! Waspadalah! Jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar