Minggu, 20 Oktober 2013

Syetan Dibelenggu di Bulan Ramadhan?


Alhamdulillah wal hamdulillah, was sholatu was salamu ‘ala Rosulillah.

Muqoddimah
Ramadhan adalah bulan mulia dan penuh berkah bagi siapa saja yang mau mengisi siangnya dengan berpuasa, dan menghidupkan malamnya dengan berbagai aktifitas ibadah yang telah diajarkan Rasulullah.
Dalam menjelaskan betapa mulianya bulan Ramadhan, ada banyak hadits Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh para shahabat, diantaranya adalah hadits dibelenggunya syetan ketika Ramadhan datang.
Berkaitan denga hadits tersebut, banyak orang yang menyimpulkan bahwa jika syetan-syetan dibelenggu di bulan Ramadhan, pasti tidak akan terjadi kemaksiatan di bulan tersebut yang dilakukan anak manusia, karena provokator kemaksiatan telah diikat. Tapi realitanya, maksiat masih banyak. Lalu bagaimana kita memadukan hadits tersebut dengan realita yang ada.
Makna Syetan
Syetan itu sifat, berasal dari kata “Syathona-yasythunu”, yang artinya jauh, lawan dari dekat. Maksudnya, jauh dari kebenaran dan rahmat Allah. Ada juga yang mengatakan bahwa syetan berasal dari kata “Syatho-yasythu”, yang artinya hancur atau binasa. Imam al-Azhari rahimahulloh (370 H) berkata, “Pendapat yang pertama adalah pendapat mayoritas ulama’.” (Lihat Kamus Tahdzibul Lughoh dan Lisanul Arob).
Allah berfirman, “Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am: 112).
Di ayat lain, “Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 4-6).
Namun jika kalimat syetan disebut tersendiri, seperti ‘Syetan’, maka yang dimaksud adalah syetan dari golongan jin, bukan syetan dari golongan manusia. Seperti dalam lafazh Isti’adzah yang sering kit abaca, yaitu: A’uudzu billlaahi minasy syaithoonir rojiim.

Dalil Dibelenggunya Syetan
Rasulullah bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan kepada kalian untuk puasa di dalamnya, pada bulan itu dibukalah pintu-pintu surga, dan pintu-pintu neraka ditutup, serta para pembesar syetan dibelenggu.” (HR. Ahmad dan Nasa‘i, dan dishahihkan Syekh al-Albani di Shahihil Jami‘, no. 55).
Rasulullah bersabda, “Apabila telah datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syetan-syetan dibelenggu.” (HR. Nasa‘i, dan dishahihkan Syekh al-Albani di Shahihil Jami‘, no. 470).
Rasulullah bersabda, “Apabila telah masuk bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu Jahannam, dan syetan-syetan dirantai.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Komentar Para Ulama’
Berkenaan dengan riwayat di atas, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahulloh dalam kitabnya menukil pendapat dua ulama‘ pakar hadits untuk menjelaskan maksud dari hadits tersebut:
Imam al-Hulaimi rahimahulloh berkata, “Yang dimaksud dengan syetan pada hadits tersebut adalah syetan-syetan pencuri berita dari langit. Mereka dibelenggu pada malam Ramadhan, siangnya tidak.”
Maksud dari hadits tersebut adalah syetan lebih sulit untuk mengganggu kaum muslimin dibanding pada bulan-bulan lainnya, karena mereka tengah puasa yang berfungsi melemahkan nafsu, dan karena sibuknya mereka tilawah al-Qur‘an dan dzikir.”
Imam al-Qodhi ‘Iyadh rahimahulloh berkata, “Maksud hadits tersebut sesuai dengan makna tekstualnya. Itu sebagai pertanda datangnya para malaikat karena masuknya bulan Ramadhan. Karena keagungan dan kemuliaanya, syetan-syetan dihalang untuk mengganggu kaum muslimin.”
Hadits tersebut mengisyaratkan akan banyaknya pahala dan ampunan, dan godaan syetan mengecil seperti layaknya orang-orang yang terbelenggu. Sebagaimana pernyataan teks hadits, “pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup“ yang artinya kran-kran ketaatan dibuka lebar-lebar, sedangkan celah perbuatan maksiat dipersempit.” (Kitab Fathul Bari: 4/ 114).

Kok Maksiat Masih Banyak?
Katanya dalam bulan Ramadhan, syetan-syetan pada dibelenggu. Tapi kenapa masih banyak orang berbuat maksiat? Bagaimana cara kita memahami hadits tersebut dengan realita yang ada, yaitu masih banyaknya kemaksiatan yang terjadi?
Imam al-Qurthubi rahimahulloh menjawabnya dengan beberapa kemungkinan:
Kaum muslimin yang kualiatas puasanya baik, hasrat untuk berbuat maksiat jadi minim, bahkan akan tereliminasi dalam kesehariannya.
Atau yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah sebagian syetan, bukan semuanya dibelenggu, seperti yang diriwayatkan Imam Ahmad.
Atau maksudnya adalah makin minimnya jumlah kemaksiatan di bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya.
Yang perlu diketahui, penyebab seseorang terjerumus dalam kemaksiatan tidak hanya akibat godaan syetan jin, terkadang disebabkan juga oleh syetan manusia, busuknya jiwa dan adat serta prilaku jahiliyah yang masih marak. (Kitab Fathul Bari: 4/ 114).

Kesimpulan
Yang dimaksud dengan “Syetan Dibelenggu di Bulan Ramadhan“ adalah:
1. Yang dibelenggu hanya sebagian syetan, bukan keseluruhannya.
2. Syetan diikat, itu kiasan dari melemahnya godaan syetan bagi orang yang puasa, dan hal itu sangat kita rasakan dalam bukan Ramadhan..
3. Diikatnya syetan, berarti mengecil atau menurunnya kadar kemaksiatan dan kejahatan. Memang realitanya, kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih dikit, disbanding di bulan-bulan lainnya, meskipun tidak sirna semuanya.
4. Yang diikat syetan jin, tapi syetan manusia tidak, mereka bebas berkeliaran.
5. Sumber kejahatan selain syetan adalah nafsu ammaroh yang ada dalam diri kita masing-masing. Ini yang harus kita waspadai juga.

Tindakan Syetan yang Harus Ditinggalkan
Berikut ini tindakan-tindakan syetan di bulan Ramadhan yang harus kita jauhi, atau malah ditinggalkan. Agar kita tidak menjadi syetan manusia, terutama di bulan Ramadhan.
1. Tidak mau berpuasa. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

2. Berpuasa tapi tidak sesuai tuntunan. Rasulullah bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi ia tidak mendapat dari puasanya itu selain lapar dan haus.“ (HR. Nasa‘i dan Ibnu Majah, dan dishahihkan Syekh al-Albani, no. 3490).

3. Mubadzir dalam makanan dan minuman. Allah berfirman, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).

4. Menunda-nunda kebaikan dan ketaatan. Rasulullah bersabda, “Dua nikmat yang sering melenakan kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari).

5. Malas dalam beribadah. Rasulullah bersabda, “Bila Ramadhan datang, berserulah malaikat, ‘Wahai para pemburu kebaikan, bersegeralah. Dan wahai para pelaku kemaksiatan, berhentilah. Dan setiap malam, Allah memberikan kebebasan dari neraka bagi yang berhak.” (HR. Tirmidzi dan dihasankannya).

Penutup
Abdullah telah bertanya ke bapaknya (Imam Ahmad bin Hanbal): “Syetan dibelenggu pada bulan Ramadhan, tapi kenapa masih ada orang yang dijangkiti was-was dan kerasukan syetan di bulan itu“? Imam Ahmad menjawab, “Begitulah yang dikabarkan dalam hadits.“ (Kitab Ahkamul Jan: 1/ 158).
Allah berpesan, “Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya syetan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. (QS. Al-Baqarah: 168-169).
Al-Qur’an mengabadikan pernyataan Nabi Yusuf ’alaihissalam: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).
Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar