Rabu, 31 Agustus 2022

Berbakti Kepada Orangtua Setelah Tiada



 Meninggalnya orangtua bukan berarti mengakhiri masa bakti kita kepada mereka. Karena masih banyak hal yang bisa dilakukan seorang anak untuk menunjukkan rasa baktinya kepada kedua orangtua, meski mereka telah meninggal dunia. Seperti yang terungkap dalam sebuah hadits.

Abu Usaid berkata, “Ketika saya sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba ada orang Anshar datang lalu bertanya, “Ya Rasulullah apakah masih ada yang bisa saya lakukan untuk berbakti kepada kedua orangtua saya setelah mereka meninggal?” Rasulullah menjawab, “Ya. Ada empat (sifat) hal yang bisa kamu lakukan yaitu berdoa dan memohonkan ampun untuk orangtua, melaksanakan janji orangtua, memuliakan teman kedua orangtua dan menyambung silaturahim (atas orang yang) yang tidak ada jalan bagimu kecuali dari kedua oangtuamu. Itulah bakti kepada orangtua yang bisa kamu lakukan setelah mereka meninggal.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Abu Dawud).

Sungguh indah ajaran Islam itu. lantaran itu, beberapa hal berikut seyogyanya terus kita lakukan untuk menunjukkan bakti kita kepada orangtua. Di saat mereka telah meninggal.

 

1. Berdoa dan beristighfar untuk orangtua

Saat manusia telah meninggal, memang dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menambah pundi-pundi amalnya. Tinggallah menunggu apa yang bisa didapatkan dari sisa-sisa perbuatannya dulu, saat masih hidup. Sementara hari pembalasan adalah suatu kepastian yang tidak bisa ditolak.

Keberuntungan hanya berpihak kepada orang-orang tertentu yang telah mempersiapkan diri menyambut kematian. Bukan dengan sekadar mengumpulkan dan menumpuk uang untuk anak cucunya. Tapi yang lebih penting adalah membelanjakannya pada hal-hal yang bermanfaat untuk terus menambah kadar kebaikannya.

 

Setidaknya ada tiga pintu yang bisa ditembus untuk terus menambah pundi amal, di saat badan sudah berkalang tanah, yaitu ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariyah, dan anak shalih.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bila seseorang telah meninggal, maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara yaitu shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan orangtuanya.” (HR. Muslim)

Di sinilah, seorang anak menemukan ruang dan kesempatan yang luas untuk selalu berdoa dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kedua orangtuanya. Agar timbangan kebaikan mereka terus bertambah dan seiring dengan itu menaikkan derajat mereka. Seperti yang disampaikan Rasulullah, “Derajat orang yang meninggal masih ditinggikan lagi derajatnya. Kemudian orang yang telah meninggal itu bertanya, “Ya Rabb, apakah ini?” Maka dikatakan kepadanya, “Anakmu, memintakan ampunan untukmu.” (HR. Ibnu Majah dan Malik dalam kitab Muwatha’)

 

2. Memuliakan teman kedua orangtua

Pada sisi lain, setiap orang tentu memiliki teman yang tinggal di tempat yang jauh, seorang teman yang mungkin hanya diketahuinya sendiri. Sementara anak-anaknya tidak mengenal mereka. Dan tidak tahu bahwa dia adalah teman karib dari ayahnya.

Demikianlah pengalaman Abdullah bin Umar dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan teriakan orang yang tidak dikenalnya. “Bukankah kamu anaknya fulan?” Abdullah bin Umar menoleh. Ternyata yang memanggilnya adalah seorang arab badui. “Ya, benar. Saya anaknya Umar bin Khathab,” jawab Abdullah menghilangkan keraguan orang tersebut.

Sedetik kemudian mereka bercakap-cakap. Entah apa yang dikatakan oleh arab badui itu sehingga Abdullah bin Umar tergerak hatinya untuk memberinya hadiah. Seekor keledai pun diserahkan kepadanya. Lalu Abdullah melepas imamah-nya dan memberikannya kepada si arab badui.

Orang-orang yang bersama Abdullah keheranan. Mereka masih belum menyadari apa yang terjadi, sehingga mereka pun menegur Abdullah. ”Bukankah cukup bagimu dengan memberinya dua dirham?”

 Teguran itu dijawab Abdullah bin Umar bahwa sudah seharusnya ia melakukan itu untuk menunjukkan baktinya kepada ayahnya, Umar bin Khathab. “Rasulullah bersabda, ‘Peliharalah tali silaturrahim yang telah dijalin orangtuamu. Jangan kau putuskan bila kamu tidak ingin Allah memadamkan cahayamu.” (HR. Ahmad)

 

3. Menyambung tali silaturahim yang dimulai orangtua

Demikian pula halnya dengan teman orangtua yang juga kita kenal. Sudah sewajarnya bila kita menghormati mereka seperti halnya orangtua kita menghormati mereka. Seperti yang dilakukan oleh Amr bin Utsman yang saat itu sedang duduk bersama teman-temannya. Pada saat ia melihat Abdullah bin Salam yang berjalan dengan dipapah oleh keponakannya.

Amr bin Utsman segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Abdullah bin Salam lalu memeluknya.

Itulah cara shahabat dan generasi sesudah mereka dalam menghormati dan memuliakan orang yang menjadi sahabat orangtuanya. Karena itu adalah bukti dari bakti seorang anak kepada orangtuanya. “Sesungguhnya sebaik-baik berbakti kepada orangtua adalah orang yang menyambung silaturrahim dengan orang yang dicintai orangtuanya setelah mereka meninggal.” (HR. Muslim)

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar