Senin, 05 April 2021

Adab Marah


Kemarahan itu tidak ada gunanya. Ia menjadi salah satu pintu masuknya syetan ke dalam diri seseorang. Bahkan bisa dikatakan, kemarahan itu menjadi pintu gerbangnya. Pintu utama masuknya syetan.

Karena itu, sudah sewajarnya bila kita harus hati-hati, kala tanda-tanda kemarahan mulai merasuk ke dalam jiwa. Redam dan lumerkan kemarahan itu, sebelum ia menguasai diri kita dan menghancurkan segalanya. Sebelum terjebak dalam perangkap kemarahan, perhatikanlah beberapa tips berikut ini.

 

1. Jangan biarkan diri Anda terbawa emosi.

Suatu ketika Rasulullah, melewati sekelompok orang yang sedang adu gulat. Ada beberapa petarung di sana. Di antara mereka ada yang selalu memenangkan pertarungan. Rasulullah bertanya kepada salah seorang shahabat, "Apa yang terjadi?". "Tak seorang pun lawan yang maju, kecuali dikalahkannya ….," jawab shahabat.

Dalam pandangan umum, petarung yang selalu mengalahkan lawannya adalah orang hebat. Secara fisik, dapat dipastikan ia orang yang kuat. Hasil dari latihan yang berkesinambungan. Tapi Rasulullah memiliki pandangan lain dalam mendifinisikan orang yang kuat itu.

"Maukah kalian kutunjukkan orang yang lebih kuat dari 'petarung' yang hebat itu?" sebuah pertanyaan yang menggugah rasa penasaran. Rasulullah melanjutkan, bahwa orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah lantaran dicerca maupun dihardik orang lain. Dengan itu ia bisa mengalahkan dirinya, mengalahkan syetan yang menggodanya serta dapat mengalahkan syetan yang menguasai orang yang mencelanya." Imam Ibnu Hajar al-Asyqalani mengatakan bahwa sanad hadits riwayat Bazar ini hasan. (Fathul Bari 10/519)

orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah. Ia mampu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang menyakitkan. Juga dapat mengekang tangan dan kakinya dari tindakan yang tidak diperlukan.

 

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. متفق عليه

"Orang yang kuat itu bukanlah seorang petarung yang selalu memenangkan pertarungan, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Di atas telah disinggung bahwa kemarahan merupakan pintu gerbang bagi masuknya syetan. Dengan kata lain, orang yang berhasil mengalahkan nafsu amarah dalam dirinya, berarti dia berhasil mengalahkan syetan. Tindak-tanduknya selalu terkontrol dan tidak terbawa emosi.


Merekalah orang-orang yang berhak mendapatkan surga. Imam Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda' dengan dua sanad. Satu dari dua sanad itu shahih. Seseorang bertanya kepada Rasulullah, "Tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang bisa mengantarkanku ke surga."

 

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

"Jangan marah, maka berhak masuk surga," jawab Rasulullah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ada seseorang yang meminta nasehat kepada Rasulullah. Rasulullah menjawabnya dengan satu kalimat. "Laa taghdhab" jangan marah. Orang tersebut mengulangi pertanyaannya. Rasulullah tetap menjawab dengan kalimat yang sama.

Dalam riwayat Ahmad ada tambahan, "Lelaki yang bertanya itu mengatakan, ketika Rasulullah menjawabnya demikian (mengulang jawabannya), maka aku berpikir semua keburukan itu terkumpul pada sifat pemarah.

 

2. Bacalah Ta'awudz

Bila Anda sudah berusaha sedemikian rupa menahan marah, tapi tetap tidak terbendung laksana air bah yang menerjang, maka redamlah hawa amarah itu dengan ta'awudz. Dengan demikian, berarti Anda berlindung kepada Dzat yang menciptakan manusia dan juga syetan. Dzat yang Maha Kuasa untuk menaklukkan makhluk ciptaan-Nya.

Sulaiman bin Shurad meriwayatkan. Dua orang saling mencela di hadapan Rasulullah. Satu dari dua orang itu marah hingga wajahnya memerah. Urat-uratnya membesar. Rasulullah melihat orang itu, lalu berkata, "Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat. Seandainya dia mengucapkannya, niscaya kemarahannya akan mereda. "A'uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)"

Salah seorang yang mendengar sabda Rasulullah bangkit. Ia mendekati orang yang sedang marah lalu berkata, "Apakah kamu tahu apa yang baru disampaikan Rasulullah?" "Tidak," jawabnya. " Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat. Seandainya dia mengucapkannya, niscaya kemarahannya akan mereda. "A'uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim," kata lelaki itu. orang yang marah itu kemudian berkata, "Apakah kamu melihatku sudah gila?" (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar