Jumat, 04 April 2014

Hidup Tidak Mengenal Siaran Tunda

Oleh Ust.  Ahmad Zairofi AM.
“Dalam segala kepahitan harus ada keputusan”
 
                Alangkah cepatnya hidup ini. Berganti dari satu warna ke warna yang lain. Seperti di Madinah saat itu. Baru saja Rasulullah dan kaum Muslimin pulang dari Makkah membawa kemenangan, kesulitan yang baru sudah datang menghadang. Rasanya belum begitu lama mereka menikmati kemenangan itu. Saat sepuluh ribu pasukan Muslim menaklukkan Mekkah tanpa pertumpahan darah. Saat Rasulullah menundukkan kepalanya, di atas untanya, begitu rendah dan sangat rendah, sebagai tanda syukur mendalam kepada Allah. Saat itu manusia berbondong-bondong masuk Islam. Segala kenangan pahit yang mendera Rasulullah dan kaum Muslimin seakan sirna, dan kebahagiaan pun menyelimuti kaum Muslimin.
             Tetapi alangkah cepatnya hidup berganti warna. Di tengah suasana bahagia itu, justru sebuah ancaman baru tengah mengintai. Ancaman dari Romawi, negeri kekaisaran dengan kekuatan militer terbesar pada jaman itu. Maka, kehidupan kaum Muslimin kembali tercekam. Bahkan Umar sang pemberani pun merasakan suasana ini. Keadaan itu diperparah dengan musim kemarau yang sangat panas dan kering, plus bala bantuan Nasrani untuk Romawi yang sudah berjumlah 40 ribu orang.
Dalam setiap keadaan yang sulit harus ada sikap. Inilah diantara prinsip-prinsip kehidupan yang Rasulullah ajarkan kepada kita. Apakah menghadapi kesulitan atau membiarkan kesulitan itu melibas apa saja. Setelah mengkaji secara mendalam, Rasulullah memutuskan untuk menghadapi Romawi. Dengan tigapuluh ribu pasukan, Rasulullah berangkat, ke Tabuk. Suasana begitu sulit. Musim kering merontokkan pertahanan fisik. Untuk delapan belas orang hanya ada satu unta. Begitupun, kadang mereka harus menyembelih unta untuk mengambil persediaan air. Kadang mereka hanya memakan dedaunan, hanya untuk membasahi bibir. Di Tabuk Rasulullah membangun kamp. Selama 20 hari. Beliau memompa semangat juang dan hidup kaum muslimin. Menjelaskan tentang harapan, memberi peringatan dan kabar gembira. Sementara itu, Romawi justru menjadi ketakutan, banyak kabilah Arab yang kemudian membuat perjanjian damai dengan Rasulullah.

            Begitulah, fragmen Tabuk memberikan kita satu catatan penting. Bahwa hidup adalah pergiliran. Bahwa segalanya bisa berubah. Dari gelap ke terang, dari terang ke gelap. Maka masalah utamanya bukanlah pada kesulitan atau kemudahan itu semata. Melainkan, bagaimana kita bersikap. Di saat sulit maupun mudah. Fragmen Tabuk mengajarkan kita bahwa guncangan dan hempasan badai kesulitan tidak boleh merusak jati diri kita. Seorang Mukmin mengerti apa arti sebuah kesulitan. Sebagai ketetapan Allah, sebagai keniscayaan sejarah, sebagai ujian, sebagai tangga menuju penghargaan kualitas diri, juga sebagai siklus pergantian masa yang pasti terjadi didalam hidup.
            Peristiwa Tabuk hanya sebagian dari serial suka duka Rasulullah dan kaum Muslimin dalam menjalani hidup. Sekaligus kumpulan serial bagaimana mereka bisa menaklukkan kesulitan demi kesulitan. Dengan cara mereka yang elegan, terhormat dan holistik. Elegan, karena mereka tidak lari dari kesulitan. Justru mereka hadang kesulitan itu, tanpa arogansi dan menantang-nantang. Terhormat, karena mereka menundukkan kesulitan itu dengan cara yang fair, tidak menjilat, tidak menjual jati diri, apalagi bersengkongkol dengan para pengkhianat. Dan holistik, karena mereka menyelesaikan kesulitan secara keseluruhan, untuk manfaat yang lebih luas.
            Kepada Allah kita memohon ketahanan. Dalam do’a dan pengaduan yang total, lalu dengan usaha kita sendiri, dalam kebersamaan yang terkecil sekalipun, kita hadapi badai kesulitan itu. Agar ia tidak membunuh jati diri kita.
Ruqyah Majalah Ghoib Dan Bekam 081511311554 abu adzky
http://ruqyahmajalahghoib.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar