Oleh Ustadz Agung Al - Mumtazy
“Bersikaplah qana’ah-lah
(menerima) kalian karena sesungguhnya sikap tersebut merupakan harta yang tak
akan pernah habis.” (HR. Ath-Thabrani)
Apakah
itu qana’ah? Qana’ah mengandung lima perkara :
1.
Menerima
dengan rela apa yang ada.
2.
Memohon
kepada Allah SWT tambahan yang pantas diiringi usaha.
3.
Menerima
dengan sabar akan ketentuan-Nya.
4.
Bertawakkal
kepada Sang Pencipta.
5.
Tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.
Orang yang memiliki sifat qana’ah sesungguhnya
ia telah mencukupi hartanya sekedar apa yang dalam genggamannya dan tidak
menjalar pikirannya kepada yang lain. Meskipun begitu, ia tetap mencari
penghasilan yang halal, bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Karena
manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah, sedangkan mencari rezeki serta
bekerja juga termasuk ibadah. Namun ia bekerja bukan semata-mata berorientasi
pada uang dan penghasilan akan tetapi ia ingin berbuat sesuatu untuk dirasakan
manfaatnya oleh sebanyak-banyaknya manusia.
Sebaik-baik
obat untuk menghilangkan segala keraguan dalam hidup adalah dengan berikhtiar
dan percaya kepada takdir. Sehingga apapun ujian dan musibah yang datang, ia
tetap tegar dan berprasangka baik kepada Allah SWT. Ia tidak terlarut dalam
bahagia tanpa batas ketika mendapat keuntungan dan tidak pula sedih
berkepanjangan ketika ditimpa kerugian. Siapa yang tidak qana’ah maka sungguh
ia tidak percaya kepada takdir, tidak sabar dan tidak tawakkal. Berapa banyak
manusia di luar sana ketika tidak memperoleh sesuatu yang diinginkannya,
pikirannya stress, emosi tak terkendali, terserang penyakit-penyakit psikis dan
mental yang aneh, bahkan ada yang gila, hilang akal dan berujung dengan bunuh
diri karena putus asa dalam hidupnya.
Bagi
orang yang benar-benar qana’ah, dia akan selalu berada dalam bimbingan Allah
SWT, sehingga dia ridha menerima apa pun yang sudah menjadi ketentuan-Nya. Jika
ditimpa kesusahan hidup, ia tetap tenang bahkan itu dijadikan sebagai pengingat
kelemahan dirinya dan memohon kekuatan dari Rabbnya. Jika dihujani rahmat, ia
bersyukur dan tidak menjadi sombong karenanya. Orang yang qana’ah begitu
percaya dengan takdir-Nya sehingga apa saja yang terjadi di dunia ini pasti
baik menurut pandangan Allah dan pasti banyak hikmah positif yang bisa diambil dari
kejadian tersebut.
Qana’ah
adalah pangkal kekayaan sejati. Gelisah adalah kemiskinan yang sebenarnya. Maka
tidaklah dapat disamakan antara tenang dan gelisah, kesusahan dan kebahagiaan,
kemenangan dan kekalahan, putus asa dan optimis. Keadaan-keadaan yang terpuji
itu terletak pada qana’ah dan semua yang tercela itu terletak pada gelisah.
Karena qana’ah-lah yang menyebabkan generasi awal umat ini mendapatkan
keberhasilan dan kemenangan dalam menyebarkan Islam secara luas. Mereka
berkorban dan berjuang di berbagai medan pertempuran, tak takut dan tak gentar
ketika menghadapi musuh. Tujuan mereka hanyalah
satu, agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi dari segala-galanya.
Oleh sebab itu mereka pandang murah nilai harta benda, rumah, kendaraan bahkan keluarga.
Semua itu mereka tinggalkan demi membela dan menjunjung tinggi kalimat Allah
SWT.
Dari
penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa qana’ah itu adalah
menempatkan Allah di atas segala sesuatu. Lantas, apakah ini berarti manusia
tidak perlu bekerja? Hidupnya cukup dengan berdekatan dengan Allah saja?
Tidaklah begitu yang Islam kehendaki. Justru qana’ah adalah modal penghidupan,
prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang muslim dan muslimah. Bukan
seperti yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa qana’ah itu melemahkan hati,
memalaskan pikiran dan mengajak berpangku tangan. Yang benar adalah Islam
mengajak pengikutnya untuk sukses dalam hidup, menyuruh umatnya maju dan tampil
terdepan dalam perjuangan dengan gagah perkasa serta dibarengi dengan sikap
qana’ah dan bersahaja. Maka pertanyaannya adalah, Dapatkah menjadi kaya tanpa
usaha? Dapatkah menjadi alim tanpa belajar? Dapatkah mencapai kemuliaan tanpa
menempuh jalannya? Begitulah, kapal laut pun tak dapat dilayarkan di daratan!
Yang
diinginkan dari sikap qana’ah adalah untuk menjaga kesederhanaan hidup, agar
hati selalu tentram dan tidak tenggelam dalam gelombang dunia yang melalaikan.
Orang yang qana’ah tidak hanya berpikir tentang uang dan harta benda saja.
Karena ia berkeyakinan bahwa rezeki itu datangnya dari Allah, telah dibagi-bagi
secara tepat dan tak mungkin tertukar. Jika banyak harta bendanya, ia tetap
pada prinsip untuk selalu bersyukur dan hidup bersahaja. Banyaknya harta itu
tidak menjadikan ia lalai beribadah kepada Rabbnya. Jika sedikit harta
bendanya, ia tetap terlihat tenang dan merasa cukup dengan yang ada. Tidak ada
hasad dan dengki dalam dirinya dari apa yang ada pada tangan orang lain. Dan
kekayaan hati ini, hanya dapat kita temui pada teladan orang-orang yang
qana’ah. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar