Awal Maret 2007. Seorang ibu muda asal Jawa Timur mengirimkan
sebuah surat kepada redaksi Majalah Ghoib. Dalam amplop yang
dikirimkannya itu, terdapat sebuah benda yang selama ini diyakininya sebagai
jimat. Ia meminta agar jimat ini dimusnahkan. Ia juga mengucapkan terima kasih
kepada Majalah Ghoib yang telah menyadarkannya dari kekeliruan.
“Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan kesucian Islam dengan tidak
mengotori kaidah-kaidanya,” tulis ibu muda ini mengawali kisahnya. Selanjutnya
ia menceritakan asal muasal jimat yang didapatkannya tersebut dalam sebuah
tulisan.
Sejak masih gadis, ibu muda ini disukai para
pemuda di kampungnya. Wajahnya boleh dibilang cantik. Di atas rata-rata. Persaingan
untuk mendapatkannya cukup ketat. Walaupun tidak lewat sayembara. Para pemuda
kampung itu, berlomba-lomba mendapatkan cintanya. Mereka seakan berusaha meraih
simpati orangtua ibu muda ini dengan segala barang bawaan yang tidak sedikit
jumlahnya.
Dari sejumlah pemuda yang antri itu, ibu muda
ini jatuh hati kepada seorang pemuda alim anak mantan kepala desa. Pemuda itu
begitu bersahaja, meski hidup dalam kesederhanaan. Sikapnya yang santun,
membuat pertahanan hatinya jebol kepada pemuda ini. Mereka pun menikah.
Mengikat janji seiya sekata, dalam biduk cinta rumah tangga.
Dua tahun pertama, kehidupan mereka berjalan
dengan baik. Bahkan telah dikaruniai seorang anak yang lucu. Suaminya sangat
sayang dan hangat. Memasuki tahun ketiga, kehidupan rumah tangganya mulai
mengalami goncangan. Sang suami berubah drastis. Mudah marah dan tidak sehangat
dulu. Ibu muda ini bingung. Hatinya gundah.
Seorang teman lamanya menganjurkan, agar ia
pergi ke orang pintar. Ibu muda ini awalnya tidak menggubris ajakan tersebut. Lama-kelamaan
setuju juga. Dengan dalih menyelamatkan biduk cinta harmonisnya, ia pergi
menemui seseorang yang sering di panggil Mbah Sakti oleh warga sekitar. Menurut
penerawangan si Mbah, perubahan sikap suaminya iru, disebabkan sihir dari
seorang pemuda yang patah hati karena cintanya pernah ditolak oleh ibu muda
ini. Dengan dimandikan kembang tujuh rupa, tubuh si ibu muda ini diruwat. Agar
segala jenis sihir hilang. Si Mbah juga membekali ibu muda ini sebuah jimat
yang telah didapatkannya melalui pertapaan.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dua
musim rambutan telah dilaluinya. Kehidupan rumah tangganya semakin berantakan.
Mereka akhimya bercerai tanpa sebab yang jelas. Selepas bercerai ibu muda ini
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sampai akhimya ia mengenal Majalah Ghoib,
melalui sang adik yang masih aktif kuliah di Jakarta. Kini ia berharap
mendapatkan ketenangan lewat ibadahnya yang lebih total kepada Allah SWT.
Bentuk Jimat
Jimat ini berasal dari pecahan batu karang laut
yang berwama putih. Beratnya sangat ringan. Pada bagian tengahnya terdapat gompalan-gompalan
yang sengaja dl buat seperti alami. Pada saat dikirimkan, jimat ini
dibungkus dalam sebuah kantong kain berukuran kecil. Bagian luarnya diikat oleh
sehelai benang berwarna-wami.
‘Kesaktian’ Jimat
Menurut Si Mbah
Sakti. Jimat ini memiliki kekuatan untuk merekatkan kembali keharmonisan rumah
tangga. Gairah hubungan suami istri akan semakin bertambah erat. Bahkan hangat
sekali. Jimat ini harus disimpan di bawah kasur, yang harus ditiup setiap malam
Jum’at lewat tengah malam.
Bongkar Jimat
Peristiwa pernikahan bukanlah peristiwa kecil
dihadapan Allah SWT. Akad nikah yang pernah kita laksanakan berdua sama
tingginya dengan perjanjian Bani Israil di bawah Bukit Thur yang bergantung di
atas kepala mereka. Peristiwa akad nikah tidak saja disaksikan oleh orang tua,
saudara+audara, dan sahabat-sahabat kita, tetapi juga disaksikan oleh para
malaikat di langit yang tinggi, dan terutama sekali oleh Allah SWT penguasa
alam semesta. Peristiwa pernikahan seperti ini sangat tidak disukai oleh
syetan, karena itu merupakan perintah Allah. Kebahagiaan dalam rumahtangga
setelah menikah merupakan dambaan setiap keluarga. Ia dalah syurga dunia
bagi siapa pun yang berhasil mendapatkannya. Karenanya, setiap pasangan suami
istri berusaha mendapatkannya dengan berbagai hal.
Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa
waspada akan gangguan syetan yang datang. Karena pada hakikatnya, syetan
tidaklah menyukai perbuatan baik. Apalagi itu adalah titah Allah. Syetan
berusaha memecah belah keutuhan rumahtangga dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan sihir tafriq yaitu sihir yang digunakan untuk memisahkan
dan menjauhkan antar orang yang saling berdekatan dan saling mencintai. Dalam
kasus ibu ini, sang suami terindikasi terkena sihir kiriman dari seseorang. Dan
itu bisa saja terjadi. Masalahnya kemudian adalah penyikapannya.
Pergi ke dukun bukanlah solusi tepat. Malah itu
merupakan tindakan kemusyrikan. Seharusnya kita lebih berusaha menjadi muslim
yang terbaik dan paling dekat dengan Allah dengan cara yang diajarkan-Nya.
Banyak berdoa dan menggantungkan sepenuhnya harapan hanya kepada Allah. Karena
begitulah kita diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sihir akan berkembang pada sebuah masyarakat
atau seseorang yang jauh dari wahyu Allah. Karena mereka kehilangan kendali
sekaligus kehilangan kekuatan maha dahsyat yang mereka perlukan dalam hidupnya.
Mereka jauh dari Tuhan. Untuk memenuhi kekurangan itu mereka mencari kekuatan
yang dianggap mampu menghadirkan kedahsyatan itu, maka mereka terjebak kepada
sihir. Siapapun orang yang mempergunakan ilmu sihir untuk mencelakakan orang
maka ia telah berbuat dosa besar.
Untuk mereka Rasulullah SAW. memberikan hukuman
penggal leher, seperti yang pernah beliau sabdakan dalam sebuah haditsnya.
Karena sihir itu membuat seseorang yang mempelajarinya menjadi keji, rendah dan
hina. Mereka selalu meyakini apa pun yang diyakini tuan mereka, yakni syetan.
Karena itu mereka menjadi musuh orang beriman. Mereka selalu bersedia melakukan
petbuatan bejat, kapan pun syetan menghendaki-nya. Maka sangatlah jelas bahwa
para penyihir itu telah bersekutu dengan syetan.
Kita harus waspada akan tipuan syetan yang
terkutuk dan menjadikannya musuh abadi. Maka tidak ada kata lain, selain terus
mempertebal kualitas keimanan yang kita miliki. “Sesungguhnya syetan itu adalah
musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya
syetan-yetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6).
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 80/4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar