Senin, 30 September 2013

Telur “Kesuksesan” Pembawa Sial



Seorang ibu datang ke kantor Majalah Ghoib di penghujung bulan April 2005 untuk diruqyah. Setelah menyaksikan sinetron “Astaghfirullah” di SCTV ia segera menghubungi berbagai pihak untuk mencari tahu tentang terapi Ruqyah Syar'iyyah, seperti yang ditayangkan pada sinetron tersebut. Kedatangannya ke kantor Majalah Ghoib adalah bentuk ikhtiarnya untuk menyembuhkan gangguan yang selama ini dirasakannya dan penyakit yang diderita oleh suaminya tercinta. Sebelumnya, ia pernah mendatangi beberapa “orang pinter” di Jakarta. Selain telah memberikannya beberapa buah jimat, pengobatan yang dilakukannya selama ini berbuah kegersangan hati dah kekosongan jiwa sehingga ia terus mencari penyembuhan yang akan membuatnya lebih dekat dengan Allah sang Maha Penyayang. Melalui telepon ia menceritakan peristiwa demi peristiwa yang selama ini mendera keluarganya dengan penuh semangat. Berikut cerita lengkapnya.
Saya termasuk orang yang sangat kecanduan mendapatkan bantuan dari “orang pinter” kalau sedang dirundung masalah. Sejak bulan Maret 2002, ketika saya mengatami patah tulang tangan karena kecelakaan, saya mulai banyak berhubungan dengan “orang pinter”. Dimulai dari menghubungi “orang pinter” lewat telepon interaktif di televisi sampai mendatangi langsung di tempat prakteknya.
Menurut penerangan “orang pinter” yang pernah saya datangi. Katanya rumah saya, ada yang menggangu dengan menanam benda-benda di sekitar rumah , seperti bangkai, jarum dan rambut. Akhirnya, saya dibekali jimat untuk segera ditanam di pekarangan rumah saya. Namun hingga 4 bulan berselang, tangan saya tak kunjung sembuh, malah pada saat shalat saya tidak bisa sujud. Tangan saya sedikit membaik, ketika saya mendatangi “orang pinter” yang berada di daerah Jakarta Barat. Setelah ada benda seperti beling yang dicabutnya dari pundak saya.

Karena merasa sudah kecanduan dan merasa sudah cocok dengan “orang pinter” yang berada di Jakarta Barat tersebut, ketika suami saya jatuh sakit, saya kembali mendatanginya. Setelah sebelumnya suami saya sudah dibawa ke rumah sakit untuk berobat, namun belum ada perubahan. Setelah diberi air minum, suami saya muntah berwarna hitam dan sangat bau. Menurutnya, suami saya ada yang merasa tersaingi di kantor. Sehingga, harus segera memiliki, jimat agar selalu sukses serta memasang susuk intan, agar lebih aman dari gangguan jahat.
Beberapa waktu setelah memasang susuk dan memiliki jimat ini. suami saya tiba-tiba jatuh dikantornya. Dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Bersamaan dengan itu, ada saudaranya yang hajatan di kampun. Sehingga suami saya harus datang ke kampong nya di daerah JawaTimur. Di kampung halamannya suami saya kembali jatuh dan sakit lagi. Oleh keluarganya, suami saya kemudian di ajak berobat menemui “orang pinter”  setempat yang sudah sangat terkenal dengan sebutan eyang guru.
Di sana suami saya diharuskan memakan bawang merah yang telah di bakar bersama rajah-rajah berbahasa Arab. Persis seperti rajah yang biasa dipakai “orang pinter” di Jakarta. Setelah pulang ke Jakarta, rasa kangen bertemu keluarga begitu terasa. Maklum sudah lama tidak bertemu saya dan anak-anak. Kamipun melakukan hubungan suami istri sebagaimana layaknya sebuah keIuarga. Keesokan harinya. Sekujur tubuh saya dipenuhi oleh benjolan sebesar bawang merah. Rasanya seperti terbakar api dan membuat saya selalu menangis. Semenjak itu, setiap malam Jumat saya selalu kesurupan dan merasa sangat trauma apabila didekati oleh suami saya. Saya kembali mendatangi “orang pinter” langganan saya yang berada di lakarta Barat. Oleh “orang pinter” tersebut penyakit saya ditransfer ke telur ayam negeri, sehingga benjolan yang berada di sekujur tubuh semuanya hilang.
Kesembuhan memang telah saya dapatkan setelah menyambangi “orang pinter” itu. Akan tetapi setelah pulang ke rumah, setiap kali mengerjakan sholat, bacaan saya selalu kacau, tidak bisa berkonsentrasi. Pada saat sedang berdzikir serasa ada yang mengganggu saya. Perasaan sering mual dan merasa sedih berkepanjangan selalu saya rasakan. Pada akhirnya, setelah menyaksikan sinetron “Astaghfirullah”, saya dapat menjalani terapi ruqyah dan menyerahkan jimat yang pernah saya simpan tuntuk segera dimusnahkan. Saya gak mau macam-macam lagi setelah ini, hanya ridha Allah yang saya harapkan.
Bentuk Jimat
Jimat ini berbentuk seperti sebuah telur yang di dalamnya terdapat miniatur semar berwarna emas. Jimat ini dibungkus dengan sebuah kantong kecil berwarna hitam yang bertuliskan rajah-rajah berbahasa Arab.
‘Kesaktian’ Jimat
Jimat ini diyakini memiliki kekuatan untuk mencapai kesuksesan dalam menggapai karir di Tempat bekerja. Dan harus selalu terbungkus kain berajah, agar ‘kesaktiannya’ tetap manjur.
Bongkar Jimat
Menjadi orang pintar, merupakan hal yang diidam-idamkan setiap orang di dunia ini. Dalam ajang olimpiade Fisika Asia yang digelar di Pekanbaru baru-baru ini, beberapa orang pelajar yang merupakan putra-putri terbaik dari seluruh Indonesia mempersembahkan medali emas untuk kontingen Indonesia. Tentu mereka adalah orang pintar yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara.
Namun mendatangi “orang pinter” yang bisa membantu masalah dengan bantuan Jimat dan susuk, merupakan tindakan yang dilarang oleh syari'at. Apalagi ada ritual yang mengharuskan orang untuk memakan bawang yang telah dicampur dengan rajah-rajah. Harapan mendapatkan kesembuhan dan ketenangan dari semua aktivitas tersebut, ternyata membuahkan kesengsaran dan ketidaktenangan yang berkepanjangan. Kesembuhan yang didapatkan pun sifatnya hanya sementara saja. Setelah itu akan timbul gangguan yang lebih fatal seperti tidak bisa khusu’ dalam shalat dan berdikir.
Rasulullah telah berpesan kepada kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh lmam Ahmad, “Barangsiapa mendatangi peramal atau seorang dukun, lalu dia membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh diatelah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
Untuk bisa menyesatkan manusia, maka syetan mengajari dua jenis manusia yang dengan perantaraan keduanya kekufuran dan kesyirikan terhadap Allah bisa ditegakkan. Kedua jenis manusia tersebut adalah tukang sihir dan dukun. Maka sudah sangat jelas, apabila kita masih mendatangi “orang pinter” atau yang lebih kita kenal dengan dukun. Maka kita telah bersekutu dengan antek-antek syetan dalam menyesatkan manusia sehingga kita juga termasuk orang-orang yang telah kafir dari ajaran Muhammad Rasulullah.
Semoga Allah selalu memberikan ketenangan kepada ibu ini dalam menjalankan aktivitas ibadah. Sehingga Ridho Allah akan senantiasa bersamanya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar