Seorang ibu datang ke kantor Majalah Ghoib
di penghujung bulan April 2005 untuk diruqyah. Setelah menyaksikan sinetron “Astaghfirullah”
di SCTV ia segera menghubungi berbagai pihak untuk mencari tahu tentang terapi
Ruqyah Syar'iyyah, seperti yang ditayangkan pada sinetron tersebut.
Kedatangannya ke kantor Majalah Ghoib adalah bentuk ikhtiarnya
untuk menyembuhkan gangguan yang selama ini dirasakannya dan penyakit yang
diderita oleh suaminya tercinta. Sebelumnya, ia pernah mendatangi beberapa
“orang pinter” di Jakarta. Selain telah memberikannya beberapa buah jimat,
pengobatan yang dilakukannya selama ini berbuah kegersangan hati dah kekosongan
jiwa sehingga ia terus mencari penyembuhan yang akan membuatnya lebih dekat
dengan Allah sang Maha Penyayang. Melalui telepon ia menceritakan peristiwa
demi peristiwa yang selama ini mendera keluarganya dengan penuh semangat.
Berikut cerita lengkapnya.
Saya termasuk orang yang sangat kecanduan
mendapatkan bantuan dari “orang pinter” kalau sedang dirundung masalah. Sejak
bulan Maret 2002, ketika saya mengatami patah tulang tangan karena kecelakaan,
saya mulai banyak berhubungan dengan “orang pinter”. Dimulai dari menghubungi
“orang pinter” lewat telepon interaktif di televisi sampai mendatangi langsung
di tempat prakteknya.
Menurut penerangan “orang pinter” yang pernah
saya datangi. Katanya rumah saya, ada yang menggangu dengan menanam benda-benda
di sekitar rumah , seperti bangkai, jarum dan rambut. Akhirnya, saya dibekali
jimat untuk segera ditanam di pekarangan rumah saya. Namun hingga 4 bulan
berselang, tangan saya tak kunjung sembuh, malah pada saat shalat saya tidak
bisa sujud. Tangan saya sedikit membaik, ketika saya mendatangi “orang pinter”
yang berada di daerah Jakarta Barat. Setelah ada benda seperti beling yang
dicabutnya dari pundak saya.
Karena merasa sudah kecanduan dan merasa sudah
cocok dengan “orang pinter” yang berada di Jakarta Barat tersebut, ketika suami
saya jatuh sakit, saya kembali mendatanginya. Setelah sebelumnya suami saya
sudah dibawa ke rumah sakit untuk berobat, namun belum ada perubahan. Setelah
diberi air minum, suami saya muntah berwarna hitam dan sangat bau. Menurutnya,
suami saya ada yang merasa tersaingi di kantor. Sehingga, harus segera
memiliki, jimat agar selalu sukses serta memasang susuk intan, agar lebih aman
dari gangguan jahat.
Beberapa waktu setelah memasang susuk dan
memiliki jimat ini. suami saya tiba-tiba jatuh dikantornya. Dan harus segera
dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Bersamaan dengan itu, ada saudaranya yang
hajatan di kampun. Sehingga suami saya harus datang ke kampong nya di daerah
JawaTimur. Di kampung halamannya suami saya kembali jatuh dan sakit lagi. Oleh
keluarganya, suami saya kemudian di ajak berobat menemui “orang pinter”
setempat yang sudah sangat terkenal dengan sebutan eyang guru.
Di sana suami saya diharuskan memakan bawang
merah yang telah di bakar bersama rajah-rajah berbahasa Arab. Persis seperti
rajah yang biasa dipakai “orang pinter” di Jakarta. Setelah pulang ke Jakarta,
rasa kangen bertemu keluarga begitu terasa. Maklum sudah lama tidak bertemu
saya dan anak-anak. Kamipun melakukan hubungan suami istri sebagaimana layaknya
sebuah keIuarga. Keesokan harinya. Sekujur tubuh saya dipenuhi oleh benjolan
sebesar bawang merah. Rasanya seperti terbakar api dan membuat saya selalu
menangis. Semenjak itu, setiap malam Jumat saya selalu kesurupan dan merasa
sangat trauma apabila didekati oleh suami saya. Saya kembali mendatangi “orang
pinter” langganan saya yang berada di lakarta Barat. Oleh “orang pinter”
tersebut penyakit saya ditransfer ke telur ayam negeri, sehingga benjolan yang
berada di sekujur tubuh semuanya hilang.
Kesembuhan memang telah saya dapatkan setelah
menyambangi “orang pinter” itu. Akan tetapi setelah pulang ke rumah, setiap
kali mengerjakan sholat, bacaan saya selalu kacau, tidak bisa berkonsentrasi.
Pada saat sedang berdzikir serasa ada yang mengganggu saya. Perasaan sering
mual dan merasa sedih berkepanjangan selalu saya rasakan. Pada akhirnya,
setelah menyaksikan sinetron “Astaghfirullah”, saya dapat menjalani terapi
ruqyah dan menyerahkan jimat yang pernah saya simpan tuntuk segera dimusnahkan.
Saya gak mau macam-macam lagi setelah ini, hanya ridha Allah yang saya
harapkan.
Bentuk Jimat
Jimat ini berbentuk seperti sebuah telur yang
di dalamnya terdapat miniatur semar berwarna emas. Jimat ini dibungkus dengan
sebuah kantong kecil berwarna hitam yang bertuliskan rajah-rajah berbahasa
Arab.
‘Kesaktian’ Jimat
Jimat ini diyakini memiliki kekuatan untuk
mencapai kesuksesan dalam menggapai karir di Tempat bekerja. Dan harus selalu
terbungkus kain berajah, agar ‘kesaktiannya’ tetap manjur.
Bongkar Jimat
Menjadi orang pintar, merupakan hal yang
diidam-idamkan setiap orang di dunia ini. Dalam ajang olimpiade Fisika Asia
yang digelar di Pekanbaru baru-baru ini, beberapa orang pelajar yang merupakan
putra-putri terbaik dari seluruh Indonesia mempersembahkan medali emas untuk
kontingen Indonesia. Tentu mereka adalah orang pintar yang telah mengharumkan
nama bangsa dan negara.
Namun mendatangi “orang pinter” yang bisa
membantu masalah dengan bantuan Jimat dan susuk, merupakan tindakan yang
dilarang oleh syari'at. Apalagi ada ritual yang mengharuskan orang untuk
memakan bawang yang telah dicampur dengan rajah-rajah. Harapan mendapatkan
kesembuhan dan ketenangan dari semua aktivitas tersebut, ternyata membuahkan
kesengsaran dan ketidaktenangan yang berkepanjangan. Kesembuhan yang didapatkan
pun sifatnya hanya sementara saja. Setelah itu akan timbul gangguan yang lebih
fatal seperti tidak bisa khusu’ dalam shalat dan berdikir.
Rasulullah telah berpesan kepada kita dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh lmam Ahmad, “Barangsiapa mendatangi
peramal atau seorang dukun, lalu dia membenarkan apa yang dikatakannya maka
sungguh diatelah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
Untuk bisa menyesatkan manusia, maka syetan
mengajari dua jenis manusia yang dengan perantaraan keduanya kekufuran dan
kesyirikan terhadap Allah bisa ditegakkan. Kedua jenis manusia tersebut adalah
tukang sihir dan dukun. Maka sudah sangat jelas, apabila kita masih mendatangi
“orang pinter” atau yang lebih kita kenal dengan dukun. Maka kita telah
bersekutu dengan antek-antek syetan dalam menyesatkan manusia sehingga kita
juga termasuk orang-orang yang telah kafir dari ajaran Muhammad Rasulullah.
Semoga Allah selalu memberikan ketenangan
kepada ibu ini dalam menjalankan aktivitas ibadah. Sehingga Ridho Allah akan
senantiasa bersamanya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar