Saya terlahir sebagai anak tunggal. Ayah
meninggal sebelum saya dilahirkan. Ibu menikah lagi ketika saya berumur 9
tahun. Keluarga saya termasuk keluarga yang boleh dikatakan taat beribadah,
tapi untuk masalah klenik sangat kental. Keluarga kami mempercayai seseorang
yang dianggap “pinter”. Sehingga kalau ada sesuatu pasti akan meminta bantuan
padanya. Kami tidak menyebutnya dukun karena dalam prakteknya membawa Islam,
baik tulisan, do’a, maupun bacaannya. Kami menyebutnya sebagai orang yang
ngerti. Karena saya anak tunggal, maka ibu sangat protektif terhadap saya.
Sehingga saya dilarang rekreasi ke tempat yang dianggap wingit/angker, seperti
pantai, sumber air, hutan dan lai-lain. Ibu takut kalau saya jadi korban
mahkluk halus.
Saya masih ingat waktu SD, ketika itu orang
sedang ramai-ramainya membicarakan tentang adanya penculikan terhadap anak
untuk dijadikan “lebon” atau korban persembahan untuk pembangunan jembatan atau
lainnya. Ibu sangat panic. Ibu meminta tolong kepada “orang pinter” tersebut
agar saya selamat. Ibu diberi beberapa macam kembang yang diberi minyak wangi
sehingga baunya sangat menyengat. Saya disuruh meminum kembang tersebut setelah
dicampur dengan air selama beberapa hari. Rasanya mau muntah, tapi saya tidak
bisa menolak karena itu katanya demi keselamatan saya.
Ketika kelas tiga MTs, saya ikut asrama. Baru
beberapa hari di asrama, sebelah mata saya berwarna merah, tapi anehnya saya
tidak merasakat sakit, perih atau ngeres. Kata orang lain mata saya sakit. Ibu
panic, apalagi ibu bermimpi melihat saya sedang dicabik-cabik oleh monyet untuk
dimakan. Kemudian ibu pergi ke “orang pinter” dan katanya penyakit mata saya
itu bukan sakit mata biasa, tapi itu pertanda bahwa saya akan dikadikan korban
persembahan untuk monyet ingon-ingone pemilik asrama. Karena kejadian
itu maka saya langsung disuruh pulang, tidak usah di asrama.
Saya sudah tidak ingat lagi, berapa kali saya
dicarikan jimat. Mungkin sejak membawa jimat-jimat itu pula saya selalu
mengalami kegelisahan/ketakutan waktu tidur. Orang Jawa mengatakannya sebagai kelindihen.
Walaupun saya sudah baca ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a. Saya alami ini +
15 tahun. Kelindihen ini tidak hanya terjadi pada malam hari, tapi
ketika tidur siangpun saya sering mengalaminya. Karena itulah, maka saya selalu
berusaha mencari teman tidur atau tidak mengunci pintu kamar, agar nanti orang
dapat dengan membangunkan saya ketika kelindihen.
Saya juga pernah disuruh makan telur ketika mau
EBTANAS. Telur itupun tak jauh beda dengan air kembang. Telurnya ditulisi
dengan huruf-huruf yang mirip dengan huruf Arab, baunya sangat wangi dan
menyengat. Telur direbus untuk dimakan, sedang cankangnya disimpan di dompet
sebagai tameng keselamatan. Saya pun melakukan karena ketidaktahuan saya. Bahwa
itu adalah salah satu dari kesyirikan.
Ketika kuliah semester VI, saya mencoba melamar
ke sebuah lembaga pendidikan Islam (LPI), dan Alhamdulillah, saya diterima.
Dari LPI inilah saya mendapatkan banyak ilmu agama yang selama ini belum saya
ketahui. Saya mulai mengerti bahwa jimat yang saya bawa selama ini ini bagian
dari kemusyrikan. Jimat yang selama ini saya simpan, saya buang semua, tentu
saja tanpa sepengetahuan ibu. Setelah saya buang jimat-jimat tersebut,
alhamdulilah saya dapat tidur dengan nyenyak. Saya juga jarang mengalami
. Pikiran saya jadi tenang dan hatipun tentram. Dari LPI ini pula saya
mulai tahu Majalah Ghoib. Ketika pertama kali baca, saya langsung tertarik.
Sepertinya Majalah Ghoib bisa membantu saya membersihkan akidah saya yang
kotor, menambah ilmu saya dan orang lain. Amin.
Waktu ada pendaftaran CPNS tahun ini, ibu
sangat berharap saya dapat lolos seleksi. Ibupun ikut berusaha dengan do’a dan
pergi ke “orang pinter”. Kali ini ibu diberi telur. Saya menolak memakannya
dengan alas an saya tidak suka ayam kampong dan baunya sangat wangi. Ibupun
kembali ke o”rang pinter” tersebut dan diganti dengan telur biasa dan tanpa bau
wangi. Saya tetap menolak makan dengan alas an trauma yang dulu, yaitu
muntah-muntah. Mendengar itu ibu sangat marah dengan mengatakan kalau saya
tidak mau mekan telur itu berarti saya ingin membunuh ibu. Saya sangat kaget.
Bagaimana bisa, ibuu mengatakan hal itu, padahal ibu adalah ibu yang paling
sabar, jarang marah dan tidak banyak bicara. Akhirnya malam itu saya makan
dengan ditunggui ibu, karena ibu takut kalau saya tidak makan telur tersebut.
Walaupun cuma sedikit, sebagai syarat. Ketika ibu pergi, saya cepat-cepat
membuang telur tersebut tanpa sepengatahuan ibu. Cangkangnya yang sudah
dibungkus ibu itu langsung saya lempar ke atas lemari. Tapi disini saya sudah
tidak percaya lagi tentang cangkang telur itu.
Bentuk Jimat
Jimat ini adalah
telur ayam biasa, berbentuk bulat oval, yang ditulis dengan huruf-huruf tak
dimengerti, lalu direbus dan isinya dimakan.
“Kesaktian” Jimat
Telur yang telah dibaca-bacakan ini diyakini
bisa menjaga pemakannya dari bahaya, sebagai tameng keselamatan dan bisa
menghasilkan maksud dan tujuan.
Bongkar Jimat
Takut. Semua orang pasti pernah merasakanya.
Takut kalau-kalau kesehatannya tidak kembali seperti semula, takut kalau
keinginannya tak tercapai, takut kalaukeselamatannya terancam, dan rasa takut
lainnya. Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa rasa takut adalah ujian. Allah
berfirman, “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan … “ (QS.
Al-Baqarah: 155)
Seperti ketakutan yang dialami oleh seorang Ibu
yang tinggal di Jawa Timur ini terhadap keselamatan anaknya. Saking takutnya,
sehingga kebebasan sang buah hati dibelenggu. Namun cara antisipasi yang dilakukan
oleh ibu itu tidak tepat bahkan boleh dibilang salah. Bukannya memohon kepada
Allah,malah meminta pertolongan kepada “orang pinter”, yang sama lemahnya
dengan dirinya. Tidak hanya sampai disitu, karena rasa sayangnya terhadap sang
buah hati, sehingga nalar sehatnya sudah tidak tidak dipergunakan lagi, atau
mungkin karena ketidaktahuannya. Anaknya dipaksa meminum air kembang yang
dicampur dengan minyak wangi, yang tentu rasanya tidak enak, dan aromanya
membuat muntah. Itu katanya untuk menjaganya dari marabahaya.
Ataupun ketika anaknya sedang ujian CPNS,
disamping memohon kepada Allah, dia juga meminta bantuan kepada “orang pinter”
untuk memuluskan jalan putrid tercintanya agar diterima menjadi Pegawai Negeri.
Dan cara ini tidak dibenarkan. Mengapa tidak hanya memohon kepada Allah, yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Padahal Allah berjanji, siapa saja yang
berdo’a kepada-Nya, niscaya Dia akan mengabulkan do’a hamba-Nya, siapa yang
meminta-Nya niscaya Dia berikan, siapa yang memohon pertolongan-Nya, niscaya
Dia akan memberikan pertolongan. Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong
kita.
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita,
sehingga tidak mengajrkan kepada putra-putri kita sesuatu yang mengandung
kesyirikan, dan memberi kebaikan pada kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar