Seorang ibu muda datang diawal bulan Juli 2007. Rona wajahnya
nampak masih diselimuti kesedihan mendalam. Wajah putihnya tertupi oleh air
mata yang menetes perlahan. Polesan lipstik tidak mampu menutupi kegundahan
akan masalah yang sedang dialaminya. “Masa lalu saya memang buram ustadz.
Mungkin karena itu, sekarang saya menderita seperti ini,” ungkapnya membuka
cerita, Selanjutnya ia menjelaskan bahwa semasa gadisnya telah terjerumus
pergaulan bebas. Bahkan terlalu bebas. Akhir 2006, ia memutuskan untuk
menikah karena telah hamil 3 bulan dari hasil hubungan gelapnya dengan
seseorang lelaki. “Awalnya lelaki itu tidak mau bertanggungjawab, tetapi saya
memaksanya,” tegasnya lagi.
Pertengahan tahun 2007, ia dikaruniai seorang
anak yang sangat lucu. Ia pun berniat merawat anaknya dengan segenap cinta,
dan berniat menjadi wanita shalihah yang mengabdi kepada suami tercinta.
"Semua mimpi itu buyar, setelah mengetahui suami saya ternyata telah berselingkuh.
Padahal, sebelumnya kehidupan pernikahan saya baik-baik saja," ungkapnya
panjang lebar.
Hari demi hari dilaluinya dengan penderitaan.
Setelah kelahiran anaknya itu, suaminya jarang pulang. Tidak lagi
menafkahinya secara lahir bathin. Bahkan, suaminya sering memukul. “Kalau
saja saya tidak punya anak, saya ingin mati saja,” bebernya lagi. Ia pun
merasa putus asa. Tak tahu apa yang harus diperbuatnya lagi. Dalam keadaan
kebingungan seperti itu, seorang tetanggannya mengajak untuk mendatangi
seorang dukun di Jakarta. Ia pun tak kuasa menolak. “Niat saya hanya ingin
menyelamatkan pernikahan kami, tidak lebih,” tegasnya lagi.
Setelah dua kali ia mendatangi dukun itu, ia
diberi sebuah lentera minyak yang harus disimpannya di dalam kamar. “Anehnya
dukun itu menyatakan cinta kepada saya. Katanya saya cantik,” jelasbil
menghla nafas. Meski ia menjadi benci kepada sang dukun, ia tetap menjalankan
ritual atas titah si dukun. “Sampai sekarang, suami saya malah meninggalkan
kami. Tak jelas kabar beritanya. Alhamdulillah, saya membaca Majalah Ghoib
dan menyadari apa yang telah saya perbuat ini adalah salah. Saya ingin
bertaubat kepada Allah, membersihkan dosa yang telah lalu,” tegasnya sambil
mengusap air mata yang membasahi pipi dengan derasnya. Ia pun menyerahkan lentera
itu dengan segenap ketetapan hati untuk berubah.
Bentuk
Jimat
Jimat ini berbentuk lentera minyak berukuran
25 cm. Lentera ini biasanya dipakai, jika aliran listrik di rumah padam.
Tidak ada tulisan rajah-rajah seperti biasanya. Semuanya nampak biasa-biasa
saja.
“Kesaktian Jimat”
Jimat ini diyakini dapat menghentikan
selingkuh suaminya, jika dinyalakan pada malam Jum’at tepat jam 12 malam.
Selain itu, si ibu diperintahkan mandi memakai kembang tujuh rupa, pada waktu
dan jam yanq sama.
Bongkar Jimat
Lafal ‘selingkuh’ berasal dari Bahasa Jawa
yang artinya perbuatan tidak jujur, sembunyi-sembunyi, atau menyembunyikan
sesuatu yang bukan haknya. Dalam makna itu ada pula kandungan makna perbuatan
serong. Meskipun demikian lafal selingkuh di lndonesia muncul secara nasional
dalam bahasa Indonesia dengan makna khusus “hubungan gelap” atau tingkah
serong orang yang sudah bersuami atau beristri dengan pasangan lain.
Hubungan gelap ini, sering diterjemahkan oleh
masyarakat luas dengan perselingkuhan. Sehingga begitu bahasa Jawa selingkuh
ini mencuat jadi bahasa Indonesia tahun 1995-an, langsung punya makna lain
(tersendiri) yaitu hubungan gelap ataupun perzinaan orang yang sudah bersuami
atau beristri. Ini satu perpindahan makna bahasa serta budaya bahkan ajaran. Sebab
rnenurut budaya barat (bahkan hukum barat), yang namanya zina itu hanya kalau
sudah bersuami atau beristeri, sedangkan jika masih bujangan atau suka sama
suka, dianggap tidak. Itu sama sekali berlainan dengan Islam, karena ada zina
muhshan (yang sudah pernah berhubungan badan karena nikah yang sah,
hukumannya menurut Islam, dirajam/dilempari batu sampai mati) dan zina ghairu
muhshan (belum pernah nikah, hukumannya dicambuk 100 kali dan dibuang setahun
bagi lelaki, dan didera 100 kali bagi perempuan).
Sampai sekarang, lafal selingkuh lebih dekat
kepada makna hubungan gelap antara orang yang sudah bersuami atau beristri
dengan pasangan lain. Kalau pacaran dianggap bukan selingkuh, tetapi kalau
diam-diam ada pacar lain lagi, baru dianggap selingkuh. Ini semua makna-makna
yang berkembang tetapi sebenarnya tidak sesuai dengan syariat lslam, karena
Islam tidak memperbolehkan pacaran.
Kini, perceraian akibat perselingkuhan bukan
monopoli artis lagi, yang kisahnya sering ditayangkan di acara infotainment.
Selingkuh kini kian meluas dan mengancam keluarga yang merupakan unit
terkecil bangsa ini dan benteng bangsa muslim. Penelitian yang pernah
dilakukan oleh dr. Boyke Dian Nugraha di klinik Pasutrinya, terhadap 200-an
orang pasiennya. Menunjukkan hasil 4 dari 5 pria eksekutif melakukan
perselingkuhan. Perbandingan selingkuh pria dan wanita pun berbanding 5:7.
Padahal data ini didapat clari yang mengaku saja. Lalu seberapa besar
sesungguhnya ancaman selingkuh terhadap keluarga-keluarga Indonesia?
Pergerakan data stastistik dari Direktorat
Jendral Pernbinaan Peradilan Agama menguaknya. Selingkuh telah menjadi virus
keluarga no 4. Tahun 2005 lalu, misalnya,ada 13.779 kasus perceraian yang
bisa dikategorikan akibat selingkuh; 9.071 karena gangguan orang ketiga, dan
4.708 akibat cemburu. Persentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus
perceraian tahun 2005 atau 13.779 kasus! Alhasil, dari 10 keluarga yang
bercerai, 1 diantaranya karena selingkuh. Rata-rata , setiap 2 jam ada tiga
pasang suami istri bercerai gara-gara selingkuh.
Perceraian karena selingkuh itu jauh
melampaui perceraian akibat poligami tidak sehat yang hanya 879 kasus atau
0.58 % dari total perceraian tahun 2005. Perceraian gara-gara selingkuh juga
10 kali lipat disbanding perceraian karena penganiayaan yang hanya 916 kasus
atau 0,6 %.
Tidak hanya perselingkuhan yang
dilarang dalam lslam. Pergi ke dukun juga perbuatan yang melanggar syariat.
Apalagi dibekali jimat yang nyata-nyata adalah bentuk persekutuan dengan
syetan. Lentera yang sebenarnya untuk cahaya penerangan, telah dipakai oleh
dukun sebagai sarana bekerja sama dengan syetan. Menyesatkan. Yang harus
dihargai adalah bentuk pertaubatan si ibu kepada Allah SWT. Semoga ia bisa
tetap istiqomah dalam menjalankan semua perintah Allah. Amin.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar