Hidup ini pilihan. Begitu kata banyak orang. Terserah kita, mau
seperti apa alurnya. Terserah kita, mau ke mana arahnya. Terserah kita, akan
bergaya seperti apa. Dan terserah kita, akan berakhir seperti apa.
Gugatan sebagian orang kepada Tuhan, jelas
tidak masuk di sini. Karena setiap kita sadar betul apa yang kita lakukan. Kita
bukan wayang yang tidak punya kehendak dan terserah dalangnya. Kita mempunyai
kehendak, dan kita sadar itu. Kita mampu memilih, dan kita tahu itu. Bahkan
terkadang berhari-hari hingga berminggu-minggu kita memikirkan pilihan.
Tetapi juga bukan berarti kita adalah
segalanya. Semua kehendak yang kita miliki tidak pernah lepas dari kehendak
Allah SWT. Artinya, Allah Maha Tahu bahwa jika kita diberikan pilihan, kita
akan memilih A. Dengan ilmu Allah itulah, catatan taqdir ditorehkan untuk kita
jalani. Yang kesemuanya terjadi di bawah ketentuan dan kehendak-Nya. Tidak
adayang keluar dari kuasa-Nya.
Bukan masalah taqdir yang rumit, yang akan kita
kaji pada kesempatan ini. Tetapi ini hanya untuk menegaskan bahwa kitalah yang
memilih. Memilih corak hidup ini. Dan memilih kematian seperti apa yang kita
inginkan.
Seringkali, dua hal yang berlawanan hadir dalam
satu waktu. Dalam satu bab. Yang satu pahala dan satunya lagi dosa. Keduanya
disodorkan di hadapan hati kita. Kita yang menjadi hakimnya. Mana yang kita
menangkan. Dengan hadirnya dua hal yang bertolak belakang, kita dan siapapun akan
tahu seperti apa kualitas kita.
Sebuah SMS masuk berbunyi, Dua berita, dua
tokoh, yang satu sunnah yang satu dosa. Unik bunyi SMS tersebut, walau
tidak djelaskan maksudnya. Tetapi, kita akan dengan sangat mudah menangkap
maknanya. Keduanya telah sekian lama dilakukan. Tetapi bagian dari
kehendak-Nya, keduanya muncul dalam waktu hampir bersamaan. Begitulah, agar
jelas buat semuanya. Pilihan masyarakat muslim ini jatuh pada yang mana. Pada
kasus yang mana protes orang lebih banyak. Pada hal yang mana, hukuman lebih
berat dijatuhkan. Kasus mana yang mendapat label pengkhianatan cinta dan yang
mendapat label atas nama cinta.
Demikian pula pada kematian. Memang tidak
pernah tahu kapan kita mati. Sementara kita diperintahkan agar yakin dengan
kelslaman kita saat menghembuskan nafas terakhir. Ini artinya setiap detiknya
kita harus yakin selalu dalam ketaatan. Agar saat malaikat pencabut nyawa
hadir, kita masih muslim.
Karena Nabi hanya menyebut dua jenis pada tema
kematian. Jenazah yang beristirahat atau masyarakat yang beristirahat darinya.
Yang pertama orang shalih dan baik. Sementara yang kedua pelaku dosa dan orang
jahat.
Tidak ada pilihan ketiga. Tidak ada mati yang
tengah-tengah. Husnul khotimah atau Suul Khotimah.
Maka, tidak penting kita tahu kapan akan mati.
Dan kita memang tidak akan pernah bisa tahu. Yang paling penting adalah
kematian seperti apa yang kita inginkan. Kematian saat sujud atau kematian saat
di meja judi. Kematian di ujung peluru musuh Allah atau kematian di ujung jarum
narkoba. Kematian saat memberi atau kematian saat merampas hak orang lain.
Kematian saat melantunkan ayat atau kematian saat berlonjakan di konser musik.
Kematian saat sedang bersama orang shalih atau kematian saat bercampur baur
dengan orang yang dimurkai Allah SWT.
Sekali lagi, karena tidak ada pilihan
ketiganya.
Faalhamaha Fujuroha wa Taqwaha “Maka Dia
mengilhamkan (kepada setiap jiwa) jalan dosanya dan jalan taqwanya.” (Qs.
Asy-Syams: 8)
Budi Ashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar