Senin, 30 September 2013

Faalhamaha Fujuraha wa Taqwaha


Hidup ini pilihan. Begitu kata banyak orang. Terserah kita, mau seperti apa alurnya. Terserah kita, mau ke mana arahnya. Terserah kita, akan bergaya seperti apa. Dan terserah kita, akan berakhir seperti apa. 
Gugatan sebagian orang kepada Tuhan, jelas tidak masuk di sini. Karena setiap kita sadar betul apa yang kita lakukan. Kita bukan wayang yang tidak punya kehendak dan terserah dalangnya. Kita mempunyai kehendak, dan kita sadar itu. Kita mampu memilih, dan kita tahu itu. Bahkan terkadang berhari-hari hingga berminggu-minggu kita memikirkan pilihan.
Tetapi juga bukan berarti kita adalah segalanya. Semua kehendak yang kita miliki tidak pernah lepas dari kehendak Allah SWT. Artinya, Allah Maha Tahu bahwa jika kita diberikan pilihan, kita akan memilih A. Dengan ilmu Allah itulah, catatan taqdir ditorehkan untuk kita jalani. Yang kesemuanya terjadi di bawah ketentuan dan kehendak-Nya. Tidak adayang keluar dari kuasa-Nya.
Bukan masalah taqdir yang rumit, yang akan kita kaji pada kesempatan ini. Tetapi ini hanya untuk menegaskan bahwa kitalah yang memilih. Memilih corak hidup ini. Dan memilih kematian seperti apa yang kita inginkan.
Seringkali, dua hal yang berlawanan hadir dalam satu waktu. Dalam satu bab. Yang satu pahala dan satunya lagi dosa. Keduanya disodorkan di hadapan hati kita. Kita yang menjadi hakimnya. Mana yang kita menangkan. Dengan hadirnya dua hal yang bertolak belakang, kita dan siapapun akan tahu seperti apa kualitas kita.
Sebuah SMS masuk berbunyi, Dua berita, dua tokoh, yang satu sunnah yang satu dosa. Unik bunyi SMS tersebut, walau tidak djelaskan maksudnya. Tetapi, kita akan dengan sangat mudah menangkap maknanya. Keduanya telah sekian lama dilakukan. Tetapi bagian dari kehendak-Nya, keduanya muncul dalam waktu hampir bersamaan. Begitulah, agar jelas buat semuanya. Pilihan masyarakat muslim ini jatuh pada yang mana. Pada kasus yang mana protes orang lebih banyak. Pada hal yang mana, hukuman lebih berat dijatuhkan. Kasus mana yang mendapat label pengkhianatan cinta dan yang mendapat label atas nama cinta.

Demikian pula pada kematian. Memang tidak pernah tahu kapan kita mati. Sementara kita diperintahkan agar yakin dengan kelslaman kita saat menghembuskan nafas terakhir. Ini artinya setiap detiknya kita harus yakin selalu dalam ketaatan. Agar saat malaikat pencabut nyawa hadir, kita masih muslim.
Karena Nabi hanya menyebut dua jenis pada tema kematian. Jenazah yang beristirahat atau masyarakat yang beristirahat darinya. Yang pertama orang shalih dan baik. Sementara yang kedua pelaku dosa dan orang jahat.
Tidak ada pilihan ketiga. Tidak ada mati yang tengah-tengah. Husnul khotimah atau Suul Khotimah.
Maka, tidak penting kita tahu kapan akan mati. Dan kita memang tidak akan pernah bisa tahu. Yang paling penting adalah kematian seperti apa yang kita inginkan. Kematian saat sujud atau kematian saat di meja judi. Kematian di ujung peluru musuh Allah atau kematian di ujung jarum narkoba. Kematian saat memberi atau kematian saat merampas hak orang lain. Kematian saat melantunkan ayat atau kematian saat berlonjakan di konser musik. Kematian saat sedang bersama orang shalih atau kematian saat bercampur baur dengan orang yang dimurkai Allah SWT.
Sekali lagi, karena tidak ada pilihan ketiganya.
Faalhamaha Fujuroha wa Taqwaha “Maka Dia mengilhamkan (kepada setiap jiwa) jalan dosanya dan jalan taqwanya.” (Qs. Asy-Syams: 8)

Budi Ashari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar