Katanya, angka 13 adalah angka
sial. Angka yang membawa bencana. Sehingga segala hal yang berhubungan dengan
angka ini harus dijauhi. Di sebagian komplek perumahan tidak ditemukan rumah
bernomor tiga belas. Demikian pula di sebagian hotel maupun apartemen, hal ini
tidak hanya di negara kita bahkan di luar negeri. Ya, katanya orang yang
tinggal di nomor tiga belas akan mendapatkan gangguan. Gangguan yang tidak
diketahui kapan datangnya dan apa alasannya. Padahal dalam hidup ini musibah
dan bencana bisa datang kapan saja, di mana saja, tanpa harus menunggu
bertepatan dengan angka 13. Selain itu, ada juga masyarakat yang yakin bahwa
angka 13 bisa mendatangkan kematian. Seakan angka ini adalah isyarat yang
dikirimkan malaikat pencabut nyawa.
Bila kita bepergian ke luar negeri dan menginap di hotel barangkali
kita tidak menemukan kamar nomor 13 atau lantai tiga belas. Mereka ketakutan
dengan tuah angka tiga belas yang katanya membawa sial. Behkan lotere di Italia
dan Prancis pun tidak mencantumkan angka tiga belas.
Lain pula ceritanya di Inggris, bila kita makan malam di hotel
Savoy di London, dan kebetulan kita serombongan berjumlah tiga belas. Dengan
serta merta, si manager hotel akan cepat-cepat mengeluarkan mascot dua kucing
hitam yang didudukkan di kursi khusus, untuk menemani kita di meja makan. Biar
yang makan jadi lima belas, kalau tidak, “Diyakini bahwa salah seorang dari
tiga belas orang yang makan itu akan meninggal dalam waktu satu tahun,” ujar si
manager hotel.
Kematian, siapakah yang tahu kapan datangnya? Tentu, tidak ada yang
tahu, sebab kematian termasuk rahasia yang hanya diketahui Allah dan sudah
ditentukan waktu dan sebabnya.
Angka tiga belas tidak hanya merugikan individu, bahkan juga
Negara. Buktinya Amerika Serikat, Negara yang tidak percaya pada katanya
mengalami kerugian minimal satu biliun dollar AS setahun. Akibat absenteisme,
pembatalan perjalanan darat, udara dan laut, sambil memerosotkan kinerja
ekonomi, industry dan bisnis pada setiap tanggal tiga belas. Apalagi, bila
kebetulan jatuh pada hari Jum’at. Fakta ini bukan asal-asalan, tapi hasil
penelitian Paul Hoffman, ahli psiko-sosiolog. Demikian besar kerugian yang
seharusnya tidak terjadi, sebab kerugian ini hanya bersumber pada katanya.
Sebenarnya, asal muasal keangkeran angka tiga belas tidak ilmiah
sama sekali. Tapi, hanya sekedar reka-rekaan. Dengan alasan alam memiliki
banyak sifat yang saling berlawanan, muisalnya siang-malam, panas-dingin dan
seterusnya. Dari sini ditarik kesimpulan bahwa mewakili karakter manusia,
misalnya angka 1 (satu) mewakili karakter yang aktif, kuat dan inovatif.
Sebaliknya angka 2 (dua) untuk mereka yang pasif dan lemah. Begitu seterusnya
hinga sampai angka dua belas, angka sempurna. Sedangkan, angka tiga belas adalah
angka sial, karena lebih dari satu angka di atas angka sempurna. Sementara itu,
orang China memiliki alasan lain. Bila angka tiga belas dijumlah maka hasilnya
adalah empat. Empat Sie bila diucapkan dengan intonasi berbeda
melahirkan makna yang berbeda pula yaitu empat dan mati.
Dalam islam kepercayaan seperti ini jelas tidak dibenarkan.
Keyakinan yang mengotori keimanan kepada takdir. Segala bencana tidak ada
hubungannya dengan tempat dan waktu yang berkaitan dengan angka tiga belas.
Sekali lagi ini adalah mitos. Sebab pada dasarnya semua dimensi waktu itu sama.
“Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah SWT.” (QS.
At-Taghabun: 11).
Karena itu hati-hatilah kepada segala hal yang berbau katanya.
Jangan sampai iman kita terkotori kemusyrikan, hanya karena percaya pada
hal-hal yang hanya katanya … Waspadalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar