Seorang perempuan paruh baya yang bekerja di
sebuah perusahaan swasta, datang ke kantor Majalah Ghoib pada
pertengahan Oktober 2005 lalu. Ini adalah awal kunjungannya ke kantor Majalah Ghoib
untuk menjalani terapi ruqyah. Sambil menyerahkan jimat-jimat yang
didapatkannya dari beberapa dukun. Ia menceritakan kisahnya.
Saya pindah ke Jakarta sekitar tahun 2001.
Sebagai seorang gadis, saat itu usia saya boleh dikatakan sudah tidak muda
lagi. Saya belum menikah. Di kampung , saya tidak pernah kenal sama yang
namanya tukang ramal apalagi dukun. Sebagai lulusan perguruan tinggi, saya
malas berurusan dengan yang gtuan, “Gak rasional”.
Tetapi, seiring dengan bertambahnya usia saya
dan desakan yang terus menerus dari orangtua. Akhirnya saya mulai mencari cara,
agar segera mendapatkan pendamping hidup. Disaat sedang sedih bercampur
bingung, kebetulan ada teman sekantor yang mengajak saya pergi ke dukun di
beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya. Sampai-sampai orangtua teman saya
juga mengusahakan agar saya cepat dapat jodoh melalui jasa dukun. Banyak jimat
yang saya dapatkan dari beberapa orang dukun di masa pengembaraan sampai ke
daerah Banten. Perjalanan mencari pendamping dengan mendatangi dukun, saya
lakukan selama dua tahun lebih.
Ketika saya mendatangi salah seorang dukun,
saya diramal den diberitahu aka nada seorang pemuda yang datang dengan
ciri-ciri tertentu. Ternyata saya betul-betul bertemu dengan pemuda itu. Setelah
berkenalan selama 7 bulan, dia bahkan sudah datang ke rumah saya. Dia memohon
doa restu kepada orangtua saya, tetapi saya belum sampai dilamarnya. Saya
sangat senang saat itu. Tetapi semuanya berubah dalam bilangan waktu yang
sangat cepat. Harapan yang telah terpupuk sekian lama, akhirnya hancur
berantakan. Pemuda itu menipu saya. Uang saya sebanyak 37 juta diambilnya.
Anehnya, saya menuruti saja omongannya dan tidak bisa menentang. Saya
merasakannya diantara sadar dan tidak. Saya sangat kasihan padanya karena dia
selalu bercerita yang menyedihkan tentangnya. Saya masih bersyukur karena yang
tertipu hanya materi saja, walaupun hati saya hancur berkeping-keping. Saya
kemudian bertanya dalam hati, apakah ini merupakan permainan dari dukun yang
telah meramal saya? Saya tidak bisa melaporkannya ke polisi karena tidak ada
bukti.
Setelah semua peristiwa itu, saya ikut belajar
al-Qur’an system 2 jam kepada seorang ustadz. Saya juga ikut pelatihan sholat
khusyu’ agar hidup sayan lebih tenang. Para ustadz tempat saya belajar, sering
menjelaskan tentang ruqyah syar’iyyah kepada saya. Dan setelah melihat adegan
ruqyah di sebuah sinetron. Saya memutuskan untuk diruqyah dan menyerahkan semua
jimat-jimat ini. Sekarang saya butuh pembimbing agama, karena saya tidak mungkin
belajar dan menghadapi hidup seorang diri. Semoga saya bisa mendapatkan jodoh
yang baik.
Bentuk Jimat
Jimat yang kita bongkar saat ini, berbentuk
tulisan rajah yang dibungkus dengan kertas dan diberikan perekat yang sangat
rapi. Sebuah jimat yang diberikan oleh seorang dukun di daerah Banten.
Berbentuk rajah yang dituliskan pada kain putih berukuran kecil. Tulisannya sudah
tidak bisa dibaca lagi karena tintanya sudah luntur. Dan ternyata di dalamnya
masih terdapat sebuah tulisan tangan pada sebuah kertas buku yang dubungkus
dengan plastic putih. Di dalamnya terdapat sebuah kapas bercampur bedak yang
membungkus ebuah batu dengan dua buah paku kecil bersamanya. Hmm, baunnya
sangat menusuk hidung.
‘Kesaktian Jimat’
Jimat-jimat tersebut merupakan ajian yang
dipakai untuk menarik jodoh. Siapapun yang memiliki jimat ini diharapkan bisa
mendapatkan jodoh seperti yang diimpikannya. Jimat ini harus di dibawa
kemana-mana kecuali kamar mandi. Untuk mendapatkan jimat jimat ini, hanya
membayar seikhlasnya.
Bongkar Jimat
Pernikahan begitu indah untuk diceritakan,
begitu asyik untuk didiskusikan, tapi tidak semudah itu untuk diwujudkan.
Banyak factor yang menjadi hambatan untuk mewujudkannya. Ujian yang Allah SWT.
berikan berupa telatnya masa pernikahan, haruslah dihadapi dengan penuh
kesabaran. Karena tiang iman yang melekat kepada rasa optimism ialah sabar.
Tanpa kesabaran, maka perasaan manusia akan setiap saat menjadi korban
keganasan angin perubahan yang senantiasa datang menerpa, termasuk ujian dalam
menanti jodoh. Kesabaran memainkan peranan yang penting di dalam memelihara
optimism dalam diri seseorang yang beriman.
Manusia memang tempatnya kesalahan dan
kealpaan. Egala cara kadang ditempuh untuk mendapatkan apa yang menjadi
keinginannya. Mendatangi dukun merupakan kekhilafan yang sering dilakukan kaum
muslimin, padahal mereka adalah antek-antek syetan yang menjerumuskan menusia
ke dalam lembah kemusyrikan. Apa yang diberikan para dukun berupa jimat-jimat
merupakan bentuk kesesatan mereka kepada Allah SWT.
Jimat rajah bertuiliskan huruf-huruf Arab yang
tidak jelas maknanya adalah cara yang dipakai oelh dukun untuk mengundang jin
dalam menyelesaikan permasalahan pasiennya. Kita juga tidak pernah mengerti,
mengapa ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa permohonan harus ditulis pada sebuah
kain dan harus dibawa kemana-mana? Lebih aneh lagi, mengapa sebuah batu, dua
buah paku serta bedak dijadikan perantaraan untuk mendapatkan jodoh seseorang?
Padahal ayat-ayat tersebut sejatinya kita amalkan pada perilaku hidup keseharian
kita agar berkah.
Allah SWT. akan memberikan ujian kepada
hamba-Nya sebatas apa yang sanggup ditanggung oleh hamba-Nya. Begitulah berita
yang Allah sampaikan pada surat al-Baqarah ayat 286. Sekarang, saatnya kita
berbenah diri, agar Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kita, kapanpun
datangnya. Karena Allah SWT telah memberikan kabar kepada kita bahwa Allah akan
memberikan pasangan hidup sesuai dengan kualitas pribadi yang kita miliki.
Seperti dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 28. Apa yang dilakukan wanita ini,
dengan menyerahkan jimat jimat yang pernah dipakainya merupakan usahanya untuk
memperbaiki keualitas dirinya. Semoga mendapatkan jodoh yang baik.
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 53/3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar