Senin, 30 September 2013

Ajian ‘Penjemput’ Jodoh



Seorang perempuan paruh baya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, datang ke kantor Majalah Ghoib pada pertengahan Oktober 2005 lalu. Ini adalah awal kunjungannya ke kantor Majalah Ghoib untuk menjalani terapi ruqyah. Sambil menyerahkan jimat-jimat yang didapatkannya dari beberapa dukun. Ia menceritakan kisahnya.
Saya pindah ke Jakarta sekitar tahun 2001. Sebagai seorang gadis, saat itu usia saya boleh dikatakan sudah tidak muda lagi. Saya belum menikah. Di kampung , saya tidak pernah kenal sama yang namanya tukang ramal apalagi dukun. Sebagai lulusan perguruan tinggi, saya malas berurusan dengan yang gtuan, “Gak rasional”.
Tetapi, seiring dengan bertambahnya usia saya dan desakan yang terus menerus dari orangtua. Akhirnya saya mulai mencari cara, agar segera mendapatkan pendamping hidup. Disaat sedang sedih bercampur bingung, kebetulan ada teman sekantor yang mengajak saya pergi ke dukun di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya. Sampai-sampai orangtua teman saya juga mengusahakan agar saya cepat dapat jodoh melalui jasa dukun. Banyak jimat yang saya dapatkan dari beberapa orang dukun di masa pengembaraan sampai ke daerah Banten. Perjalanan mencari pendamping dengan mendatangi dukun, saya lakukan selama dua tahun lebih.
Ketika saya mendatangi salah seorang dukun, saya diramal den diberitahu aka nada seorang pemuda yang datang dengan ciri-ciri tertentu. Ternyata saya betul-betul bertemu dengan pemuda itu. Setelah berkenalan selama 7 bulan, dia bahkan sudah datang ke rumah saya. Dia memohon doa restu kepada orangtua saya, tetapi saya belum sampai dilamarnya. Saya sangat senang saat itu. Tetapi semuanya berubah dalam bilangan waktu yang sangat cepat. Harapan yang telah terpupuk sekian lama, akhirnya hancur berantakan. Pemuda itu menipu saya. Uang saya sebanyak 37 juta diambilnya. Anehnya, saya menuruti saja omongannya dan tidak bisa menentang. Saya merasakannya diantara sadar dan tidak. Saya sangat kasihan padanya karena dia selalu bercerita yang menyedihkan tentangnya. Saya masih bersyukur karena yang tertipu hanya materi saja, walaupun hati saya hancur berkeping-keping. Saya kemudian bertanya dalam hati, apakah ini merupakan permainan dari dukun yang telah meramal saya? Saya tidak bisa melaporkannya ke polisi karena tidak ada bukti. 

Setelah semua peristiwa itu, saya ikut belajar al-Qur’an system 2 jam kepada seorang ustadz. Saya juga ikut pelatihan sholat khusyu’ agar hidup sayan lebih tenang. Para ustadz tempat saya belajar, sering menjelaskan tentang ruqyah syar’iyyah kepada saya. Dan setelah melihat adegan ruqyah di sebuah sinetron. Saya memutuskan untuk diruqyah dan menyerahkan semua jimat-jimat ini. Sekarang saya butuh pembimbing agama, karena saya tidak mungkin belajar dan menghadapi hidup seorang diri. Semoga saya bisa mendapatkan jodoh yang baik.
Bentuk Jimat
Jimat yang kita bongkar saat ini, berbentuk tulisan rajah yang dibungkus dengan kertas dan diberikan perekat yang sangat rapi. Sebuah jimat yang diberikan oleh seorang dukun di daerah Banten. Berbentuk rajah yang dituliskan pada kain putih berukuran kecil. Tulisannya sudah tidak bisa dibaca lagi karena tintanya sudah luntur. Dan ternyata di dalamnya masih terdapat sebuah tulisan tangan pada sebuah kertas buku yang dubungkus dengan plastic putih. Di dalamnya terdapat sebuah kapas bercampur bedak yang membungkus ebuah batu dengan dua buah paku kecil bersamanya. Hmm, baunnya sangat menusuk hidung.
‘Kesaktian Jimat’
Jimat-jimat tersebut merupakan ajian yang dipakai untuk menarik jodoh. Siapapun yang memiliki jimat ini diharapkan bisa mendapatkan jodoh seperti yang diimpikannya. Jimat ini harus di dibawa kemana-mana kecuali kamar mandi. Untuk mendapatkan jimat jimat ini, hanya membayar seikhlasnya.
Bongkar Jimat
Pernikahan begitu indah untuk diceritakan, begitu asyik untuk didiskusikan, tapi tidak semudah itu untuk diwujudkan. Banyak factor yang menjadi hambatan untuk mewujudkannya. Ujian yang Allah SWT. berikan berupa telatnya masa pernikahan, haruslah dihadapi dengan penuh kesabaran. Karena tiang iman yang melekat kepada rasa optimism ialah sabar. Tanpa kesabaran, maka perasaan manusia akan setiap saat menjadi korban keganasan angin perubahan yang senantiasa datang menerpa, termasuk ujian dalam menanti jodoh. Kesabaran memainkan peranan yang penting di dalam memelihara optimism dalam diri seseorang yang beriman.
Manusia memang tempatnya kesalahan dan kealpaan. Egala cara kadang ditempuh untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. Mendatangi dukun merupakan kekhilafan yang sering dilakukan kaum muslimin, padahal mereka adalah antek-antek syetan yang menjerumuskan menusia ke dalam lembah kemusyrikan. Apa yang diberikan para dukun berupa jimat-jimat merupakan bentuk kesesatan mereka kepada Allah SWT.
Jimat rajah bertuiliskan huruf-huruf Arab yang tidak jelas maknanya adalah cara yang dipakai oelh dukun untuk mengundang jin dalam menyelesaikan permasalahan pasiennya. Kita juga tidak pernah mengerti, mengapa ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa permohonan harus ditulis pada sebuah kain dan harus dibawa kemana-mana? Lebih aneh lagi, mengapa sebuah batu, dua buah paku serta bedak dijadikan perantaraan untuk mendapatkan jodoh seseorang? Padahal ayat-ayat tersebut sejatinya kita amalkan pada perilaku hidup keseharian kita agar berkah.
Allah SWT. akan memberikan ujian kepada hamba-Nya sebatas apa yang sanggup ditanggung oleh hamba-Nya. Begitulah berita yang Allah sampaikan pada surat al-Baqarah ayat 286. Sekarang, saatnya kita berbenah diri, agar Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kita, kapanpun datangnya. Karena Allah SWT telah memberikan kabar kepada kita bahwa Allah akan memberikan pasangan hidup sesuai dengan kualitas pribadi yang kita miliki. Seperti dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 28. Apa yang dilakukan wanita ini, dengan menyerahkan jimat jimat yang pernah dipakainya merupakan usahanya untuk memperbaiki keualitas dirinya. Semoga mendapatkan jodoh yang baik.

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 53/3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar