Bulan ini adalah bulan kenangan pahit 40 tahun lebih Yahudi
mengangkangi tanah muslimin Palestina. Mereka berlaku sewenang-wenang,
menbantai tanpa merasa berdosa. PBB mandul. Mereka tak mampu. Hanya menjadi
boneka di bawah veto Amerika selama waktu itu. Tanah Palestina semakin sedikit.
Padahal di sana ada kiblat pertama umat lslam. Bahkan sebagian komplek masjid
al-Aqsha sudah digunakan sebagai tempat pesta dan mabuk.
Hamas dan Fatah bertikai, terlepas siapa yang
benar. Mereka diadu sehingga saling tembak sendiri. Padahal musuh ada didepan
mata. Yang satu ingin damai dengan lsrael. Yang lain meyakini bahwa jalan yang
harus ditempuh satu-satunya adalah jihad. Dunia Arab mencoba menengahi tetapi
gagal. Israel memanfaatkan pertikaian itu.
Sementara umat lslam bertikai sendiri, Yahudi
terus bekerja. Galian di bawah masjidil Aqsha semakin luas. Penggalian untuk
mencari jejak Haikal yang sudah sejak sekian tahun silam maketnya siap berikut
bata yang akan digunakan untuk membangunnya, terus dilakukan.
Sementara di belahan bumi yang jauh,
negara-negara lslam praktis tidak pernah mendapatkan berita yang utuh. Kalau
ditanya umat lslam lndonesia umpamanya, siapa yang tahu tentang nasib tanah
muslimin itu. Banyak yang tidak tahu. Apalagi masyarakat negeri ini sedang
sibuk memikirkan minyak goreng yang kelewat mahal.
lni persis seperti saat perang salib
berkecamuk. Ketika itu Masjidil Aqsha ada dibawah tangan salib, Banyak dunia
lslam yang tidak ‘ngeh’ akan berita di Palestina Bahkan sebagian
penguasa lslam merajut kerjasama mesra dengan para penguasa salib. Hingga
Shalahuddin al-Ayyubi yang berasal dari Kurdi berhasil menyatukan kekuatan dan
kemudian merebut kembali.
40 tahun sudah,
semuanya berlalu harta, darah, kehormatan. Bocah-bocah cilik, wanita belia,
sudah banyak yang mempersembahkan darahnya untuk kebebasan Palestina dari
penjajah dunia itu.
40 tahun telah berlalu. 40 tahun dunia Arab
bisu dan ambigu.
Padahal kalau kita tengok jauh ke masa lalu
Bani lsrail. Ketika itu mereka masih bersama kedua Nabi Allah, Musa dan Harun ‘alaihimas
salam. Dulu mereka diperintahkan Allah untuk masuk ke Palestina. Tetapi
mereka menolak sambil melecehkan Allah dan Nabi-Nya. Masuklah kamu dan tuhanmu
berperang, kami menunggu di sini, begitu mereka berucap.
Hingga Allah memerinci kisahnya dan memberikan
hukumannya, “Berkata Musa: “Ya Tuhanku, Aku tidak menguasai kecuali diriku
sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang
yang fasik itu". Allah SWT berfirman: "(Jikademikian), Maka
sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun,
(selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu.
Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik
itu.” (QS. Al-Maidah:25-26).
40 tahun mereka tersesat di muka bumi. Setiap
hari mereka berjalan tanpa tujuan. Di padang pasir yang membingungkan. 40 tahun
mereka tak mampu membangun peradaban. 40 tahun banyak generasi yang meninggal
di padang ketersesatan itu.
Kini mereka telah 40 tahun menjajah Palestina.
Kalau dulu Allah SWT langsung menghukum mereka dengan membuat mereka tidak tahu
arah berjalan selama 40 tahun. Kini, umat Islam yang mempunyai Masjidil
Aqsha, harus membuat mereka kembali tersesat di muka bumi ini tanpa Negara.
Kalaupun mereka diberi tempat di muka bumi ini,
menarik usulan Presiden Iran sekarang ini: "Beri saja mereka tempat di
Antartika sana.” Wallahu A'lam
Budi Ashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar