ALAMAT RUQYAH SYAR'IYYAH DAN BEKAM
JL. PERCETAKAN NEGARA VII NO 31 RAWASARI JAKARTA PUSAT
BUKA PRAKTEK BEKAM SETIAP HARI DARI JAM 09.00 S/D 17.00 TERMASUK HARI LIBUR DILUAR JAM BISA JANJIAN MENERIMA BEKAM PANGGILAN, BEKAM MASSAL, BEKAM SUAMI ISTRI , BEKAM KEPALA TANPA HARUS MENCUKUR RAMBUT DLL, Tlp : 0815 11311 554 , 0812 828 11254 WA / SMS
Sosok anak
kecil (8 thn) berkaca mata yang tinggal di Bekasi itu terkesan tenang dan
pendiam. Tapi siapa sangka di balik ketenangannya itu ia menyimpan sebuah kisah
penuh misteri. Awal mula keanehan itu seakan merupakan suatu kelebihan, karena
si anak bisa melihat jin yang tidak terlihat oleh orang yang bersamanya.
Namun,
perjalanan selanjutnya ternyata melahirkan suatu penderitaan yang beruntun yang
harus ditanggung oleh “si anak indigo” itu.
Dirumah orangtuanya yang asri, merangkap sebagai tempat pembelajaran anak-anak,
Majalah Ghoib berbincang santai dengan kedua orangtuanya. Inilah penuturannya.
Terus
terang keluarga saya secara turun temurun, senang mempelajari ilmu kanuragan.
Mulai dari buyut, kakek, hingga ayah. Bedanya, ayah tidak suka menggunakan
kepandaiannya dan tidak mau mendalaminya
.
Setiap orang yang mempelajari ilmu semacam ini suka ataupun tidak, tentu sadar
bahwa ilmunya itu bisa turun kepada anak-anaknya. Dan itulah yang terjadi pada
keluarga saya. Hingga sekarang. Saat ini saudara saya masih ada yang
memperdalam kemampuannya, sampai bisa menghilang dair pandangan orang lain. Hal
ini sangat disadari ayah dan beliau tidak ingin saya mewarisi ilmunya ini,
sehingga beliau berusaha keras melindungi saya yang kebetulan adalah anak yang
paling disayanginya. Disamping itu, saya merupakan satu-satunya anak perempuan
di keluarga.
Meskipun
saya tidak mewarisi ilmu itu, bukan berarti saya bisa bernafas dengan lega.
Sebab saya juga khawatir ilmu itu akan terwarisi oleh anak saya, karena menurut
hitungan uwak saya, ilmu itu akan diwarisi oleh Andi (nama samaran), anak saya
yang kedua. Saya masih belum menyadarinya hingga suatu hari saya menderita
sakit. Temperatur panas badan saya sangat tinggi.
Dan
keesokan harinya saya langsung berobat ke dokter. Saya terperangah, seakan
tidak percaya ketika mendengar penjelasan dokter. “Ibu mengidap penyakit
kelenjar getah bening dalam taraf yang sudah akut. Ibu harus menjalani
operasi”. Demikian dokter menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium kepada
saya dan suami. Seakan tersambar Guntur di siang hari, saya tidak percaya.
Bagaimana mungkin demam yang baru saya derita satu hari dinyatakan sudah akut
dan harus dioperasi. Padahal sebelumnya saya tidak merasakan gejala orang sakit
kelenjar getah bening. Saya hanya pasrah, “Kalau sakit itu merupakan ujian,
saya harus bersabar.” ltu saja yang membuat saya terus semangat beribadah.
Namun,
untuk menjalani operasi kelenjar getah bening terus terang saia saya masih belum
siap, dan secara kebetulan ada beberapa teman yang memberikan informasi bahwa
di Sukabumi ada pengobatan alternatif yang terkenal. Akhirnya dengan ditemani
suami saya berobat ke sana. Sepulang berobat saya dikasih rajah yang harus
direbus dengan cara-cara tertentu dan diminum selama empat puluh hari. Terus
terang, saya tidak tahu apakah ada kaitan antara sakit yang diderita Andi
dengan peristiwa yang saya alami ini, sebab kejadiannya memang susul menyusul.