JAKARTA
(Arrahmah.com)
– Menurut Ustadz Arifin Ilham,
sedikitnya ada 9 ciri untuk mengetahui apakah seseorang yang mengaku ustadz,
habib, atau ulama, merupakan dukun atau bukan. Dikutip dari facebook Ustadz
Arifin Ilham dan fimadani.com, berikut ciri-ciri dukun yang mengaku
ulama, kiai, atau ustadz, habib tersebut.
Dukun
akan menggunakan semua cara untuk memperdaya pasiennya, terutama yang sangat
awam pengetahuan Syariat Islam, bahkan kalau perlu mengunakan gelar kehormatan
ulama, seperti Kiai, Ustadz, Habib, dan sebagainya. Untuk itu kenalilah dukun
“berbaju mulia” ini, di antaranya:
1.
Tidak mengunakan nama aslinya, tetapi nama yang dikesankan ada “kedigjayaan”
Inilah
ciri khas para dukun dan paranormal. Mereka sangat suka menggelari diri mereka
dengan sebutan-sebutan aneh dan menyiratkan kesaktian. Para dukun juga
menggelari mereka sendiri dengan julukan ‘Ki’ contoh : Ki Gendeng Pamungkas, Ki
Joko Bodo, dan lain-lain. Yang bergelar ‘ustadz’ pun tidak sedikit, padahal
nama aslinya bisa jadi adalah ‘Muhammad Susilo Wibowo’.
2.
Hobi sekali memamerkan kesaktiaannya
Salah
satu contoh yang sering muncul di TVRI dan JakTV adalah ‘Ustadz Fulan’ yang
suka memamerkan kesaktiannya, yakni tidak mempan disayat dengan pedang atau
alat tajam lainnya. Juga para dukun dan paranormal lainnya suka
mendemonstrasikan kesaktian, seperti atraksi kekebalan, debus, tenaga dalam,
dan lain-lain.
3.
Ilmu Syariat Islamnya tidak mumpuni
Dukun
yang berkedok ustadz selalu membawa ciri khas dukun, yaitu sama sekali kurang
dalam dalil baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Dakwahnya mengajak pada
kesyirikan dan kesesatan.
4.
Memanfaatkan para tokoh untuk melegalisir praktiknya, yang sebenarnya tokoh
tersebut belum tahu persis praktik tersembunyinya karena sang dukun menampilkan
kesan seakan sesuai “syariat”
‘Ustadz
Fulan’ yang sering muncul di TVRI dan JakTV, misalnya, sering mengundang
ustadz-ustadz selebritis untuk duduk bersama pada acara mengiklankan pengobatan
padepokannya.
5.
Praktiknya ikhtilaath, menjamah yang bukan mahramnya
Peruqyah
syar’i sangat anti menyentuh secara langsung pasiennya, jika pun (darurat)
harus memakai sarung tangan, itu pun untuk menjaga dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Sedangkan ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV, sangat suka
menyentuh non mahram hingga bersentuhan kulit. Dan di padepokannya terlihat
berikhtilat (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan), tidak dipisah sama
sekali.
6.
Berani bayar media untuk promosinya
Sebagian
orang menyangka stasiun televisi yang menanyangkan acara “ustadz-ustadz” dukun
tersebutlah yang mengundang sang ustadz. Jangan dikira kemunculan itu gratis
dan dibayar! Justru dukun berbaju ustadz inilah yang membayar TV agar bisa
tampil untuk promosi pengobatan perdukunannya.
7.
Dengan bahasa mahar, infak, namun jelas tarifnya “wah”, disertai ancaman kalau
tidak segera diobati akan mati, kalau tidak segera ditransfer doanya tidak
sampai, penyakit tidak sembuh, dan sebagainya
Ciri
khas dukun ialah sangat suka menakut-nakuti pasiennya bahwa sakitnya berat,
maka pengobatannya lama dan harus bayar mahar yang tinggi sampai puluhan juta
mengalahkan pengobatan kedokteran. ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV suka
mengancam pasiennya jika tidak melunasi hutangnya maka penyakitnya tidak sembuh
dan tidak akan didoakan oleh dia.
8.
Disertai aksi tipudaya menakuti seperti bekam darahnya ada cacingnya, rumah ada
hantunya, kena santet, dan sebagainya
Dukun
sangat suka menipu, setiap ada pasien yang datang selalu dikatakan kena santet
dan pasti akan keluar benda-benda aneh dari dalam telur atau ketika dibekam
yang semuanya itu cuma trik sulap belaka.
9.
Memberi azimat atau amalan yang tidak berdasar
Ciri
khas dukun yaitu memberi azimat, termasuk dalam hal ini ‘Ustadz Fulan’ yang
sering muncul di TV memberi azimat pada pasiennya, atau menggunakan media
azimat ketika mengobati.
“Sungguh,
wajib kusampaikan karena korban sudah berjatuhan. Semoga sahabatku selamat dari
tipu daya menyesatkan ini,” pungkas Ustadz Arifin Ilham.
Sumber : (salam-online/fimadani/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar