Minggu, 11 Januari 2015

9 Ciri dukun berbaju Ulama menurut Ustadz Arifin Ilham



JAKARTA (Arrahmah.com) – Menurut Ustadz Arifin Ilham, sedikitnya ada 9 ciri untuk mengetahui apakah seseorang yang mengaku ustadz, habib, atau ulama, merupakan dukun atau bukan. Dikutip dari facebook Ustadz Arifin Ilham dan fimadani.com, berikut ciri-ciri dukun yang mengaku ulama, kiai, atau ustadz, habib tersebut.
Dukun akan menggunakan semua cara untuk memperdaya pasiennya, terutama yang sangat awam pengetahuan Syariat Islam, bahkan kalau perlu mengunakan gelar kehormatan ulama, seperti Kiai, Ustadz, Habib, dan sebagainya. Untuk itu kenalilah dukun “berbaju mulia” ini, di antaranya:
1. Tidak mengunakan nama aslinya, tetapi nama yang dikesankan ada “kedigjayaan”
Inilah ciri khas para dukun dan paranormal. Mereka sangat suka menggelari diri mereka dengan sebutan-sebutan aneh dan menyiratkan kesaktian. Para dukun juga menggelari mereka sendiri dengan julukan ‘Ki’ contoh : Ki Gendeng Pamungkas, Ki Joko Bodo, dan lain-lain. Yang bergelar ‘ustadz’ pun tidak sedikit, padahal nama aslinya bisa jadi adalah ‘Muhammad Susilo Wibowo’.
2. Hobi sekali memamerkan kesaktiaannya
Salah satu contoh yang sering muncul di TVRI dan JakTV adalah ‘Ustadz Fulan’ yang suka memamerkan kesaktiannya, yakni tidak mempan disayat dengan pedang atau alat tajam lainnya. Juga para dukun dan paranormal lainnya suka mendemonstrasikan kesaktian, seperti atraksi kekebalan, debus, tenaga dalam, dan lain-lain.

3. Ilmu Syariat Islamnya tidak mumpuni
Dukun yang berkedok ustadz selalu membawa ciri khas dukun, yaitu sama sekali kurang dalam dalil baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah. Dakwahnya mengajak pada kesyirikan dan kesesatan.
4. Memanfaatkan para tokoh untuk melegalisir praktiknya, yang sebenarnya tokoh tersebut belum tahu persis praktik tersembunyinya karena sang dukun menampilkan kesan seakan sesuai “syariat”
‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TVRI dan JakTV, misalnya, sering mengundang ustadz-ustadz selebritis untuk duduk bersama pada acara mengiklankan pengobatan padepokannya.
5. Praktiknya ikhtilaath, menjamah yang bukan mahramnya
Peruqyah syar’i sangat anti menyentuh secara langsung pasiennya, jika pun (darurat) harus memakai sarung tangan, itu pun untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV, sangat suka menyentuh non mahram hingga bersentuhan kulit. Dan di padepokannya terlihat berikhtilat (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan), tidak dipisah sama sekali.
6. Berani bayar media untuk promosinya
Sebagian orang menyangka stasiun televisi yang menanyangkan acara “ustadz-ustadz” dukun tersebutlah yang mengundang sang ustadz. Jangan dikira kemunculan itu gratis dan dibayar! Justru dukun berbaju ustadz inilah yang membayar TV agar bisa tampil untuk promosi pengobatan perdukunannya.
7. Dengan bahasa mahar, infak, namun jelas tarifnya “wah”, disertai ancaman kalau tidak segera diobati akan mati, kalau tidak segera ditransfer doanya tidak sampai, penyakit tidak sembuh, dan sebagainya
Ciri khas dukun ialah sangat suka menakut-nakuti pasiennya bahwa sakitnya berat, maka pengobatannya lama dan harus bayar mahar yang tinggi sampai puluhan juta mengalahkan pengobatan kedokteran. ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV suka mengancam pasiennya jika tidak melunasi hutangnya maka penyakitnya tidak sembuh dan tidak akan didoakan oleh dia.
8. Disertai aksi tipudaya menakuti seperti bekam darahnya ada cacingnya, rumah ada hantunya, kena santet, dan sebagainya
Dukun sangat suka menipu, setiap ada pasien yang datang selalu dikatakan kena santet dan pasti akan keluar benda-benda aneh dari dalam telur atau ketika dibekam yang semuanya itu cuma trik sulap belaka.
9. Memberi azimat atau amalan yang tidak berdasar
Ciri khas dukun yaitu memberi azimat, termasuk dalam hal ini ‘Ustadz Fulan’ yang sering muncul di TV memberi azimat pada pasiennya, atau menggunakan media azimat ketika mengobati.
“Sungguh, wajib kusampaikan karena korban sudah berjatuhan. Semoga sahabatku selamat dari tipu daya menyesatkan ini,” pungkas Ustadz Arifin Ilham.
Sumber : (salam-online/fimadani/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar