Dunia
ini adalah perjuangan. Perjuangan dalam hal apa saja. Perjuangan membutuhkan
banyak persiapan fisik, mental, harta benda, dan nyali untuk menyabung nyawa jika
diperlukan. Sudah sewajarnya jika bekal tersebut dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya. Sebab perjuangan tidak hanya membutuhkan persiapan ala
kadarnya. Tapi ia membutuhkan ketahanan yang luar biasa besar.
Ketika
mereka meninggalkan dunia kelak, mereka ingin menjadikan jimat-jimat tersebut
sebagai salah satu barang yang layak diwariskan kepada anak cucu. Inilah yang
akan dikisahkan oleh Ibu Ida (bukan nama sebenarnya) tentang peninggalan nenek
moyangnya yang berupa jimat. “Jam ini merupakan peniggalan nenek moyang kami
yang mereka pakai pada masa perang kemerdekaan dulu,” jelas Ibu Ida mengawali
ceritanya. Memang, sejak kecil ia telah diperkenalkan oleh orangtuanya dengan
benda-benda pusaka itu. Menurut orangtuanya, benda-benda itu mempunyai khasiat
atau bertuah dan telah banyak membantu para pejuang dalam menghadapi para penjajah.
Ida kecil hanya mengangguk saja tanpa pernah mengerti apa arti semua itu. “Saya
mah, iya-iya saja. Percaya nggak percaya sih,” jelasnya.
Roda
kehidupan terus berputar. Ida kecil pun tumbuh dewasa seiring berjalannya sang
waktu. Susah senang, sedih gembira silih
berganti. Selama itu pula Ibu Ida tidak pernah mengindahkan benda-benda pusaka
peninggalan nenek moyang. Hingga perjalanan hidup menghantarkannya pada
penghujung tahhun 2004. Saat itu Ibu Ida merasakan hidupnya selalu terasa sial.
Usaha sang suami selalu merugi, beberapa kali kecelakaan menimpa keluarganya,
dan kredit bajunya yang selama ini dijalaninya tidak lagi mendatangkan
keuntungan. Belum lagi hutang kepada tetangga yang belum juga terbayarkan.