Senin, 30 September 2013

Cincin Emas ‘Penolak’ Wanita Idaman Lain



DARI Bandung, jimat ini dikirimkan melalui kantor pos oleh seorang ibu beranak dua. Dalam dua lembar kertas folio bertuliskan tangan, ia menceritakan kisahnya dalam mendapatkan benda-benda ini. "Sudah bertahun-tahun lamanya saya menyimpan sebuah cincin emas bermata berlian yang saya beli di tahun 90-an atas anjuran seseorang yang sering disebut 'orang pintar.' Cincin itu diberi doa-doa, yang saya sendiri tidak tahu apa doanya dan apa maksudnya. Dan selanjutnya, setiap malam Kamis atau Jumat (maaf saya lupa tepatnya malam apa) cincin itu harus dibasahi oleh minyak wangi beraroma harum melati.
Namun, semua aktivitas tersebut hanya saya lakukan beberapa bulan saja. Karena terkadang saya lupa dan semakin malas melakukannya. Lama-lama saya benar-benar malas melakukannya. Dan pada akhirnya saya benar-benar mengabaikan ritual semacam itu hingga saat ini. Saya sudah agak lupa kegunaan ritual cincin itu. Yang saya ingat dulu pernah konsultasi dengan 'orang pintar' tentang perbuatan suami saya yang punya "WIL" (Wanita Idaman Lain)."
Dalam tulisannya, ia menambahkan, "Bapak/ Ibu Tim Ruqyah, saya serahkan cincin emas bermata berlian ini yang tidak seberapa untuk dimusnahkan pengaruh-pengaruh buruk/negatifnya. Selanjutnya terserah Bpk/lbu mau diapakan cincin emasnya."

Bentuk Jimat
Benda yang telah dijadikan jimat oleh dukun ini, berbentuk sebuah cincin emas bermatakan berlian berwarna putih. Berlian tersebut berada tepat di atas cincin yang diikat dengan benda mirip kuncup daun. Bersama cincin emas ini, ibu ini juga mengirimkan beberapa buah jimat lainnya yang dibungkus dalam sebuah kotak kecil. Masih dalam surat tersebut ia menuturkan, "Bpk/lbu tim ruqyah, saya juga mengirimkan beberapa benda (mungkin jimat namanya) yang saya temukan di dompet suami saya dan beberapa benda lainnya kepunyaan suami saya. Seperti yang saat ini mungkin Bpk/Ibu tim Ruqyah perhatikan.
Yang menjadi perhatian saya adalah pada sebuah batu cincin berwarna ungu kebiruan, saya lupa itu batu apa namanya. Batu cincin itu menurut orang pintar yang kebetulan waktu itu datang bertamu ke rumah saya dapat mengeluarkan suara yang hanya dapat didengar oleh orang-orang tertentu saja. Khasiat dari batu cincin tersebut adalah sebagai "pengasih", yang hanya berkhasiat apabila yang memilikinya adalah seorang laki-laki. Bila dimiliki oleh wanita tidak ada khasiatnya sama sekali, begitu kata orang pintar tersebut. Benda-benda lain saya tidak tahu manfaatnya. Sepertinya benda-benda tersebut didapat suami saya dari beberapa orang pintar/dukun.
Saya berterus terang pada suami saya bahwa saya mengambil benda-benda miliknya. Suami tidak mau berterus terang darimana ia mendapatkan benda-benda tersebut dan apa maksud dari menyimpan benda-benda itu. Suami tidak keberatan bila benda-benda itu saya rnusnahkan/buang. Mudah-mudahan suami saya benar-benar ikhlas benda-benda tersebut dimusnahkan/buang."

Wifik Benteng Rumah & Keberkahan Toko



Bentuk Jimat
Jimat yang katanya bisa membentengi rumah dan menambah keberkahan usaha toko ini berupa wifik. Dalam selembar kertas itu ditulis surat al-Ikhlas yang penulisannya diputus-putus dalam kotak-kotak kecil. Adapun kotak luar tersebut adalah bentuk kaligrafi dari nama-nama empat Malaikat( Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail). Sedangkan di setiap sudutnya tertulis sebagian ayat al-Qur'an yang berupa potongan-potongan huruf, seperti Yaa-Siin dan sejenisnya.
Dari keterangan yang didapat, tulisan rajah itu ditulis oleh pemiliknya pada hari Jum'at sebelum matahari terbit. Dan penulisnya pun harus berada dalam keadaan suci ketika menuliskannya, serta harus menghadap kiblat. Adapun tinta yang digunakan buat menulis juga bukan tinta sembarangan, melainkan tinta yang sudah dicampur dengan minyak pewangi jenis Za'faron.
Kesaktian Jimat
Kecil, tapi katanya sakti. Itulah keistimewaan yang dimiliki oleh wifik ini. Bagi yang memiliki toko, maka cukup dengan memasang kertas yang sudah dirajah ini di pintunya akan menjadikan barang dagangan dalam toko tersebut laris manis, selain itu wifik ini juga berguna untuk melindungi toko tersebut dari pengrusakan, pencurian, perampokkan dan bencana-bencana lainnya.
Adapun untuk keselamatan rumah, maka cara menggunakannya adalah sama, yaitu dengan menggantungkan wifik ini di pintu rumah, dengan begitu maka rumah penggunannya akan terbebas dari mata liar orang-orang yang berniat jahat kepada pemiliknya.

Uang Logam “Penghapus” Hutang



 "Dua tahun yang lalu, saya mencoba membuka sebuah usaha kecil-kecilan dengan modal pinjaman dari beberapa orang teman. Dari situlah, awal mula kisah saya ini," tegas seorang Bapak membuka kisahnya. Setahun pertama, perjalanan bisnisnya belum menunjukkan hasil yang di harapkan. Untuk menarik perhatian pelanggan, ia berusaha menambah jenis barang yang ditawarkan. Modal tersebut, lagi-lagi ia dapatkan dari berhutang. Tutup lobang, gali lobang. Memasuki enam bulan berikutnya, bisnisnya semakin hancur. Dagangan habis, untungnya tidak kelihatan. Hanya meninggalkan hutang di sana-sini. "Sejak itu saya merasa bingung bahkan putus asa. Beberapa orang teman mulai menagih uang mereka dengan cara-cara yang keras. Saya hanya bisa janji dan janji, tanpa tahu kapan bisa melunasinya. Karena malu tidak bisa membayar semua hutang, saya pun menutup bisnis itu," urainya panjang. Hari-harinya dilalui dengan kecemasan datangnya sang penagih hutang. 
"Dalam kondisi bingung seperti itu, saya diajak seorang teman untuk pergi ke seorang dukun yang katanya sakti mandraguna. la bisa menyelesaikan semua masalah pasiennya. Saya langsung tertarik," tambahnya semangat. Setelah beberapakali menyambangi sang dukun, ia dibekali sebuah jimat sakti. Lebih dari itu, ia pun diperintahkan untuk membakar kemenyan dan membaca mantra-mantra setiap malam Jum'at tiba. "Enam bulan berjalan, semuanya malah nggak karuan. Hutang makin menumpuk, ritual tak ada hasilnya. Alhamdulillah Allah SWT masih sayang sama saya, lewat seorang sahabat karib," tegasnya kemudian. Sahabatnya itu menganjurkan kepadanya, agar menyerahkan jimat yang diberikan sang dukun kepada Majalah Al-lman (Ghoib). "Memakai jimat itu dibenci Allah," kata si Bapak menirukan pesan dari sahabatnya. Yang paling membahagiakannya lagi, jika jimat ini sudah di musnahkan, maka sahabatnya itu akan membantu masalahnya. "Saya akan diberi pinjaman olehnya untuk membayar semua hutang saya, dengan bunga yang cukup lunak. Saya bersyukur, dan berterima kasih kepada Allah atas semua solusi ini. Oh ya....saya kapok pakai jimat, bikin sengsara aja," tegasnya menutup pembicaran. Oke deh...begitukan lebih baik!

Ajian Pemanggil Roh



Awal Juni 2007, Redaksi Majalah Ghoib menerima sepucuk surat dari seorang bapak di Riau. Surat tertanggal 31 Mei itu, ditulis dengan menggunakan tinta hitam dalam dua lembar kertas folio. Dalam surat itu, ia meminta bantuan kepada untuk memusnahkan beberapa benda dan amalan yang telah lama disimpannya. "Mungkin karena kedangkalan pemahaman agama keluarga besar kami, maka selama beberapa tahun kami mengamalkan hal-hal seperti ini," tulisnya dalam paragraf pembuka. Selanjutnya ia menceritakan, bahwa semua benda dan amalan yang dikirimkannya itu adalah miliknya. 
Aktifitas seperti ini, menurutnya sudah menjadi turunan sejak dahulu kala. Bahkan kakek buyutnya konon pernah menuntut ilmu kanuragan selama bertahun-tahun. Pada perkembangan-nya, semua aktivitas ini menurun kepada anak cucunya hingga sekarang. "Wah dosa saya mungkin sudah tidak terkira ya! Sekarang kami ingin hidup tanpa kemusyrikan, benar-benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah," tulisnya lagi.
Selanjutnya ia menceritakan tentang keadaan adiknya yang mengalami gangguan aneh. Selama sebulan terakhir, adiknya sering mengamuk. Kejadian seperti itu dialami adiknya sebelum diwisuda pada Februari 2007. Mengamuknya hilang-timbul. Kambuhan. Ia semakin bingung, setelah beberapa orang mengatakan hal-hal yang aneh tentang adiknya. Ada yang mengatakan bahwa adiknya diguna-guna. Ada juga yang mengatakan Bahwa adiknya stress akibat nenyusun skripsi. Bahkan ada yang bilang bahwa adiknya itu ketempelan jin kakeknya. Semua pernyataan tersebut semakin membuatnya bingung. "Makanya, selain menyerahkan benda-benda dan amalan ini, kami bertanya kepada Majalah Ghoib banyak hal, supaya hati kami menjadi tentram. Semoga Allah merestui dan meridhoi, serta mengabulkan semua hajat kita. Amin ya Robbal aalamin,"  tulisnya dalam penutup cerita.

Lipstik ‘Bermantera’ Pemancar Aura



“Baru saja saya mengalami stres,” ungkap seorang gadis berumur 33 tahun kepada Majalah Ghoib saat dihubungi melalui saluran telepon. Umur saya sudah kepala tiga, tetapi sampai hari ini belum mendapatkan jodoh yang cocok. Stres semakin bertambah berat, saat dilangkah oleh adik laki-laki saya yang menikah lebih dulu. Lebih kecewa lagi, karena keluarga memberitahukan berita pernikahannya sebulan sebelum hari ‘H’. Karena kekecewaan yang semakin mendalam, saya tidak menghadiri resepsi pernikahannya. Hati saya memberontak, kenapa bukan saya duluan yang menikah?
Alhamdulillah, saya mengetahui tempat ruqyah Majalah Ghoib dari seorang teman sekantor. Pertengahan Oktober lalu, saya pun memutuskan untuk di ruqyah dan menyerahkan mick up yang telah dijadikan jimat oleh ‘orang-orang pinter’ yang pernah saya datangi.
Sebelum adik saya menikah, tepatnya 3 tahun yang lalu. Pernah ada kejadian yang aneh di rumah saya. Ketika sedang rnembetulkan plapon (langit-langit) rumah, beberapa kali, Pak Tukang menemukan sebuah benda yang dibungkus dengan kain putih bersih. Karena tidak terlalu percaya sama hal yang mistik, benda tersebut kami buang begitu saja. Saat temuan yang ketiga kalinya, keluarga memutuskan, untuk menanyakan nya kepada beberapa ‘orang pinter’. Katanya, ada yang dengki dengan keluarga saya. Tujuan mereka untuk mneghancurkan saudara laki-laki dan Ayah saya. Akan tetapi karena mereka kuat, akhirnya saya yang kena. Akibatnya sampai sekarang saya telat nikah.
Mulai saat itulah, saya mulai akrab dengan yang namanya dukun. Sebenarnya saya tidak percaya sama mereka. Tetapi karena terpengaruh orang, akhirnya saya jalani hari demi hari yang penuh omong kosong itu. Beberapa orang dukun akhirnya saya jambangi. Sebut saja perempuan di daerah Jakarta. Ia menyatakan, pantas saja saya susah dapat jodoh. Karena ketika orang melihat saya, yang tampak adalah wajah seekor monyet. la pun kemudian menyuruh saya mandi air kembang bahkan mick up saya juga tak luput dari mantera-manteranya.

Lempeng Emas ‘Penolak’ Pernikahan Ghaib



Seorang Bapak yang menggeluti dunia usaha jual-beli computer, di penghujung bulan Juni 2005, datang menantarkan istri tercintanya ke kantor Majalah Ghoib untuk menjalani terapi ruqyah yang kedua kalinya. Kedatangannya kali ini, disertai dengan menyerahkan sebuah bungkusan, yang syarat dengan jimat-jimat yang telah didapatkannya dari seseorang yang mengaku “Kiai”, selama proses penyembuhan istrinya yang sudah sekian lama dihantui ketakutan yang luar biasa. Kepada Majalah Ghoib, Bapak yang sangat mencintai istrinya ini, menceritakan kisahnya dalam mencari kesembuhan.
Alhamdulilah di tahun 2005 ini, saya dapat menunaikan ibadah haji bersama istri saya. Sebelum berangkat, istri saya sering merasa sakit. Seperti ada yang mencekik lehernya, dan dadanya sering sesak. Untuk menyembuhkan penyakit tersebut, kami mendatangi beberapa orang dokter. Namun, menurut hasil analisa dokter tidak ada gejala apa-apa yang terjadi pada diri istri saya.
Kami pun berangkat haji dengan tenang. Saat menunaikan ibadah haji dengan penuh khusyu’, penyakit istri saya hilang dan tidak dirasakan gangguan seperti pada saat di rumah. Namu, begitu sampai di Jakarta, gangguan yang selama ini menghantui istri saya datang lagi,  bahkan lebih dahsyat. Melihat gejala tersebut, kami memutuskan untuk mencari orang yang dapat menyembuhkannya. Dalam kondisi bingung, kami mendatangi seseorang yang sering disebut “Kiai” di daerah Tangerang atas saran seorang saudara dekat. Menurut Kiai tersebut, istri saya diganggu oleh seseorang yang suka kepadanya sejak lama.
Memang, semenjak sering datang gangguan kepada istri saya, sebagai suami, saya merasakan ada gelagat yang tidak biasanya dari tingkah laku istri saya sehari-hari. Sepertinya ia sangat jauh dari saya, jauh dari anak-anak, dan selalu kepengin berpergian kemana-mana. Dari cara berpakaiannya pun agak berbeda. Informasi yang lebih menyesakkan dada saya, menurut Kiai itu, orang tersebut telah melaksanakan aqad nikah dengan istri saya melalui alam ghaib. Sekarang, ia menuntut kepada istri saya, agar mau dijadikan istrinya, karena menurutnya, mereka telah menikah secara syah. Tuntutan tersebut dijalankannya lewat berbagai macam gangguan yang menyiksa.

Telur “Kesuksesan” Pembawa Sial



Seorang ibu datang ke kantor Majalah Ghoib di penghujung bulan April 2005 untuk diruqyah. Setelah menyaksikan sinetron “Astaghfirullah” di SCTV ia segera menghubungi berbagai pihak untuk mencari tahu tentang terapi Ruqyah Syar'iyyah, seperti yang ditayangkan pada sinetron tersebut. Kedatangannya ke kantor Majalah Ghoib adalah bentuk ikhtiarnya untuk menyembuhkan gangguan yang selama ini dirasakannya dan penyakit yang diderita oleh suaminya tercinta. Sebelumnya, ia pernah mendatangi beberapa “orang pinter” di Jakarta. Selain telah memberikannya beberapa buah jimat, pengobatan yang dilakukannya selama ini berbuah kegersangan hati dah kekosongan jiwa sehingga ia terus mencari penyembuhan yang akan membuatnya lebih dekat dengan Allah sang Maha Penyayang. Melalui telepon ia menceritakan peristiwa demi peristiwa yang selama ini mendera keluarganya dengan penuh semangat. Berikut cerita lengkapnya.
Saya termasuk orang yang sangat kecanduan mendapatkan bantuan dari “orang pinter” kalau sedang dirundung masalah. Sejak bulan Maret 2002, ketika saya mengatami patah tulang tangan karena kecelakaan, saya mulai banyak berhubungan dengan “orang pinter”. Dimulai dari menghubungi “orang pinter” lewat telepon interaktif di televisi sampai mendatangi langsung di tempat prakteknya.
Menurut penerangan “orang pinter” yang pernah saya datangi. Katanya rumah saya, ada yang menggangu dengan menanam benda-benda di sekitar rumah , seperti bangkai, jarum dan rambut. Akhirnya, saya dibekali jimat untuk segera ditanam di pekarangan rumah saya. Namun hingga 4 bulan berselang, tangan saya tak kunjung sembuh, malah pada saat shalat saya tidak bisa sujud. Tangan saya sedikit membaik, ketika saya mendatangi “orang pinter” yang berada di daerah Jakarta Barat. Setelah ada benda seperti beling yang dicabutnya dari pundak saya.

Ajian ‘Penjemput’ Jodoh



Seorang perempuan paruh baya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, datang ke kantor Majalah Ghoib pada pertengahan Oktober 2005 lalu. Ini adalah awal kunjungannya ke kantor Majalah Ghoib untuk menjalani terapi ruqyah. Sambil menyerahkan jimat-jimat yang didapatkannya dari beberapa dukun. Ia menceritakan kisahnya.
Saya pindah ke Jakarta sekitar tahun 2001. Sebagai seorang gadis, saat itu usia saya boleh dikatakan sudah tidak muda lagi. Saya belum menikah. Di kampung , saya tidak pernah kenal sama yang namanya tukang ramal apalagi dukun. Sebagai lulusan perguruan tinggi, saya malas berurusan dengan yang gtuan, “Gak rasional”.
Tetapi, seiring dengan bertambahnya usia saya dan desakan yang terus menerus dari orangtua. Akhirnya saya mulai mencari cara, agar segera mendapatkan pendamping hidup. Disaat sedang sedih bercampur bingung, kebetulan ada teman sekantor yang mengajak saya pergi ke dukun di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya. Sampai-sampai orangtua teman saya juga mengusahakan agar saya cepat dapat jodoh melalui jasa dukun. Banyak jimat yang saya dapatkan dari beberapa orang dukun di masa pengembaraan sampai ke daerah Banten. Perjalanan mencari pendamping dengan mendatangi dukun, saya lakukan selama dua tahun lebih.
Ketika saya mendatangi salah seorang dukun, saya diramal den diberitahu aka nada seorang pemuda yang datang dengan ciri-ciri tertentu. Ternyata saya betul-betul bertemu dengan pemuda itu. Setelah berkenalan selama 7 bulan, dia bahkan sudah datang ke rumah saya. Dia memohon doa restu kepada orangtua saya, tetapi saya belum sampai dilamarnya. Saya sangat senang saat itu. Tetapi semuanya berubah dalam bilangan waktu yang sangat cepat. Harapan yang telah terpupuk sekian lama, akhirnya hancur berantakan. Pemuda itu menipu saya. Uang saya sebanyak 37 juta diambilnya. Anehnya, saya menuruti saja omongannya dan tidak bisa menentang. Saya merasakannya diantara sadar dan tidak. Saya sangat kasihan padanya karena dia selalu bercerita yang menyedihkan tentangnya. Saya masih bersyukur karena yang tertipu hanya materi saja, walaupun hati saya hancur berkeping-keping. Saya kemudian bertanya dalam hati, apakah ini merupakan permainan dari dukun yang telah meramal saya? Saya tidak bisa melaporkannya ke polisi karena tidak ada bukti. 

Batu Karang Pembangkit Gairah



Awal Maret 2007. Seorang ibu muda asal Jawa Timur mengirimkan sebuah surat kepada redaksi Majalah Ghoib. Dalam amplop yang dikirimkannya itu, terdapat sebuah benda yang selama ini diyakininya sebagai jimat. Ia meminta agar jimat ini dimusnahkan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Majalah Ghoib yang telah menyadarkannya dari kekeliruan. “Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan kesucian Islam dengan tidak mengotori kaidah-kaidanya,” tulis ibu muda ini mengawali kisahnya. Selanjutnya ia menceritakan asal muasal jimat yang didapatkannya tersebut dalam sebuah tulisan.
Sejak masih gadis, ibu muda ini disukai para pemuda di kampungnya. Wajahnya boleh dibilang cantik. Di atas rata-rata. Persaingan untuk mendapatkannya cukup ketat. Walaupun tidak lewat sayembara. Para pemuda kampung itu, berlomba-lomba mendapatkan cintanya. Mereka seakan berusaha meraih simpati orangtua ibu muda ini dengan segala barang bawaan yang tidak sedikit jumlahnya.
Dari sejumlah pemuda yang antri itu, ibu muda ini jatuh hati kepada seorang pemuda alim anak mantan kepala desa. Pemuda itu begitu bersahaja, meski hidup dalam kesederhanaan. Sikapnya yang santun, membuat pertahanan hatinya jebol kepada pemuda ini. Mereka pun menikah. Mengikat janji seiya sekata, dalam biduk cinta rumah tangga.
Dua tahun pertama, kehidupan mereka berjalan dengan baik. Bahkan telah dikaruniai seorang anak yang lucu. Suaminya sangat sayang dan hangat. Memasuki tahun ketiga, kehidupan rumah tangganya mulai mengalami goncangan. Sang suami berubah drastis. Mudah marah dan tidak sehangat dulu. Ibu muda ini bingung. Hatinya gundah.
Seorang teman lamanya menganjurkan, agar ia pergi ke orang pintar. Ibu muda ini awalnya tidak menggubris ajakan tersebut. Lama-kelamaan setuju juga. Dengan dalih menyelamatkan biduk cinta harmonisnya, ia pergi menemui seseorang yang sering di panggil Mbah Sakti oleh warga sekitar. Menurut penerawangan si Mbah, perubahan sikap suaminya iru, disebabkan sihir dari seorang pemuda yang patah hati karena cintanya pernah ditolak oleh ibu muda ini. Dengan dimandikan kembang tujuh rupa, tubuh si ibu muda ini diruwat. Agar segala jenis sihir hilang. Si Mbah juga membekali ibu muda ini sebuah jimat yang telah didapatkannya melalui pertapaan.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dua musim rambutan telah dilaluinya. Kehidupan rumah tangganya semakin berantakan. Mereka akhimya bercerai tanpa sebab yang jelas. Selepas bercerai ibu muda ini lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sampai akhimya ia mengenal Majalah Ghoib, melalui sang adik yang masih aktif kuliah di Jakarta. Kini ia berharap mendapatkan ketenangan lewat ibadahnya yang lebih total kepada Allah SWT.

Telur Bertuah Karena “Diisi”



Saya terlahir sebagai anak tunggal. Ayah meninggal sebelum saya dilahirkan. Ibu menikah lagi ketika saya berumur 9 tahun. Keluarga saya termasuk keluarga yang boleh dikatakan taat beribadah, tapi untuk masalah klenik sangat kental. Keluarga kami mempercayai seseorang yang dianggap “pinter”. Sehingga kalau ada sesuatu pasti akan meminta bantuan padanya. Kami tidak menyebutnya dukun karena dalam prakteknya membawa Islam, baik tulisan, do’a, maupun bacaannya. Kami menyebutnya sebagai orang yang ngerti. Karena saya anak tunggal, maka ibu sangat protektif terhadap saya. Sehingga saya dilarang rekreasi ke tempat yang dianggap wingit/angker, seperti pantai, sumber air, hutan dan lai-lain. Ibu takut kalau saya jadi korban mahkluk halus.
Saya masih ingat waktu SD, ketika itu orang sedang ramai-ramainya membicarakan tentang adanya penculikan terhadap anak untuk dijadikan “lebon” atau korban persembahan untuk pembangunan jembatan atau lainnya. Ibu sangat panic. Ibu meminta tolong kepada “orang pinter” tersebut agar saya selamat. Ibu diberi beberapa macam kembang yang diberi minyak wangi sehingga baunya sangat menyengat. Saya disuruh meminum kembang tersebut setelah dicampur dengan air selama beberapa hari. Rasanya mau muntah, tapi saya tidak bisa menolak karena itu katanya demi keselamatan saya.
Ketika kelas tiga MTs, saya ikut asrama. Baru beberapa hari di asrama, sebelah mata saya berwarna merah, tapi anehnya saya tidak merasakat sakit, perih atau ngeres. Kata orang lain mata saya sakit. Ibu panic, apalagi ibu bermimpi melihat saya sedang dicabik-cabik oleh monyet untuk dimakan. Kemudian ibu pergi ke “orang pinter” dan katanya penyakit mata saya itu bukan sakit mata biasa, tapi itu pertanda bahwa saya akan dikadikan korban persembahan untuk monyet ingon-ingone pemilik asrama. Karena kejadian itu maka saya langsung disuruh pulang, tidak usah di asrama.

Lentera ‘Penolak’ Selingkuh




Seorang ibu muda datang diawal bulan Juli 2007. Rona wajahnya nampak masih diselimuti kesedihan mendalam. Wajah putihnya tertupi oleh air mata yang menetes perlahan. Polesan lipstik tidak mampu menutupi kegundahan akan masalah yang sedang dialaminya. “Masa lalu saya memang buram ustadz. Mungkin karena itu, sekarang saya menderita seperti ini,” ungkapnya membuka cerita, Selanjutnya ia menjelaskan bahwa semasa gadisnya telah terjerumus pergaulan bebas. Bahkan terlalu bebas. Akhir 2006, ia memutuskan untuk menikah karena telah hamil 3 bulan dari hasil hubungan gelapnya dengan seseorang lelaki. “Awalnya lelaki itu tidak mau bertanggungjawab, tetapi saya memaksanya,” tegasnya lagi. 
Pertengahan tahun 2007, ia dikaruniai seorang anak yang sangat lucu. Ia pun berniat merawat anaknya dengan segenap cinta, dan berniat menjadi wanita shalihah yang mengabdi kepada suami tercinta. "Semua mimpi itu buyar, setelah mengetahui suami saya ternyata telah berselingkuh. Padahal, sebelumnya kehidupan pernikahan saya baik-baik saja," ungkapnya panjang lebar.
Hari demi hari dilaluinya dengan penderitaan. Setelah kelahiran anaknya itu, suaminya jarang pulang. Tidak lagi menafkahinya secara lahir bathin. Bahkan, suaminya sering memukul. “Kalau saja saya tidak punya anak, saya ingin mati saja,” bebernya lagi. Ia pun merasa putus asa. Tak tahu apa yang harus diperbuatnya lagi. Dalam keadaan kebingungan seperti itu, seorang tetanggannya mengajak untuk mendatangi seorang dukun di Jakarta. Ia pun tak kuasa menolak. “Niat saya hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami, tidak lebih,” tegasnya lagi.
Setelah dua kali ia mendatangi dukun itu, ia diberi sebuah lentera minyak yang harus disimpannya di dalam kamar. “Anehnya dukun itu menyatakan cinta kepada saya. Katanya saya cantik,” jelasbil menghla nafas. Meski ia menjadi benci kepada sang dukun, ia tetap menjalankan ritual atas titah si dukun. “Sampai sekarang, suami saya malah meninggalkan kami. Tak jelas kabar beritanya. Alhamdulillah, saya membaca Majalah Ghoib dan menyadari apa yang telah saya perbuat ini adalah salah. Saya ingin bertaubat kepada Allah, membersihkan dosa yang telah lalu,” tegasnya sambil mengusap air mata yang membasahi pipi dengan derasnya. Ia pun menyerahkan lentera itu dengan segenap ketetapan hati untuk berubah. 

Kain Merah dari Timika Papua



Dari Timika, Papua, jimat ini dikirimkan via surat oleh seorang bernama Gadis. Ketika sampai di Jakarta jimat ini diterima dalam keadaan rusak/robek sehingga harus dilekat dengan Isolatif di SPP Jakarta 10000. Pemiliknya mengatakan dalam suratnya bahwa semenjak kerepotan menjalankan ritual yang disyaratkan oleh limat-jimat ini. Dan membaca Majalah Ghoib, pengirim jimat ini meminta tolong kepada Majalah Ghoib untuk  memusnahkannya, karena untuk memusnahkannya sendiri tidak berani. “Mungkin Majalah Ghoib juga menerima benda-benda yang sama dari teman-teman yang lainnya, karena banyak teman-teman kita yang lain yang tertipu dengan kebohongan si dukun. Saya ucapkan terima kasih kepada Majalah Ghoib karena banyak sekali manfaat yang sudah saya dapat, terutama dalam memperkokoh iman dan tentang tipu daya syetan, semoga kita semua selalu dalam lindungan, dan bimbingan-Nya dan semoga Allah memberi petunjuk bagi hamba-Nya yang tersesat,” tulisnya panjang lebar. 
Gadis menceritakan dalam suratnya bahwa jimat ini didapatkan berawal ketika dia membaca sebuah iklan yang mengatakan bisa merubah hidup seseorang dengan cara membuka inti qalbu dan ditegaskan bahwa jimat ini tidak syirik dan tidak bertentangan dengan agama manapun. Dia langsung tertarik karena ingin merubah hidup yang lebih baik. Kemudian via usrat dia mengubungi pemasang iklan. Selanjutnya disuruh mengirim sejumlah uang untuk buku petunjuk dan sarana/alat penunjang. Setelah uang dikirim, jimat pun datang.

Jam Keberuntungan Peninggalan Jaman Revolusi



Hidup ini adalah perjuangan. Perjuangan dalam hal apa saja. Perjuangan membutuhkan persiapan fisik, mental, harta benda, dan nyali untuk menyabung nyawa jika diperlukan. Sudah sewajarnya jika bekal tersebut dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Sebab perjuangan tidak hanya membutuhkan persiapan ala kadarnya. Tapi ia membutuhkan ketahanan yang luar biasa besar. 
Pun perjuangan ketika mengusir penjajah dari bumi nusantara ini. Perjuangan yang telah banyak menghabiskan banyak harta, mencabut banyak nyawa, dan menguji ketahanan bangsa lndonesia. Namun, tedkadang pemahaman tentang persiapan itu disusupi pula dengan anggapan-anggapan mistis tentang kekuaan supranatural yang biasanya dalam bentuk jimat-iimat atau amalan-amalan tertentu. Yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menambah kekuatan atau mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan.
Ketika mereka meninggalkan dunia, mereka ingin menjadikan jimat-jimat tersebut sebagai barang yang layak diwariskan kepada anak cucu. Inilah yang akan dikisahkan oleh Ibu Ida (bukan nama sebenarnya) tentang peninggalan nenek moyangnya yang berupa jimat. “Jam ini merupakan peninggalan nenek moyang kami yang mereka pakai pada masa perang kemerdekaan dulu,” jelas lbu lda mengawali ceritanya. Memang, sejak kecil ia telah diperkenalkan oleh orangtuanya dengan benda-benda pusaka itu. Menurut orangtuanya, benda-benda itu mempunyai khasiat atau bertuah dan telah banyak membantu para pejuang dalam menghadapi para penjajah. lda kecil hanya mengangguk saja walaupun ia tidak mengerti. “Say amah, iya-iya saja. Percaya nggak percaya sih,” jelasnya.
Roda kehidupan terus berputas. Ida kecil pun tumbuh dewasa seiring berjalannya sang waktu. Susah, senang, sedih-gembira silih berganti. Selama itu pula Ibu Ida tidak pernah mengindahkan benda-benda pusaka peninggalan nenek moyangnya. Hingga perjalanan hidup menghantarkannya pada penghujung tahun 2004. Saat itu Ibu Ida merasakan hidupnya selalu terasa sial. Usaha sang suami selalu merugi, beberapa kali kecelakaan menimpa keluarganya, dan usaha kredit baju yang selama ini dijalaninya tidak lagi mendatangkan keuntungan. Belum lagi hutang kepada tetangga yang belum juga terbayarkan.

Kain Kafan Pengusir Jin



Dari Ciputat, jimat-jimat ini dikirimkan via pos oleh seorang Bapak, pada Oktober 2004. Jimat-jimat ini dimasukkan ke dalam sebuah plastik, dalam keadaan sudah terbungkus rapi dan berisikan penjelasan. Karena kerapihannya itu, tergambar keseriusan dari bapak tersebut untuk segera memusnahkan jimat ini, dan kefahamannya akan bahaya kemusyrikan dengan adanya jimat-jimat tersebut, di rumahnya. 
Dalam tiga lembar surat yang dikirimkannya, bapak ini menjelaskan bahwa jimat ini didapatkannya pertama kali, ketika ibu mertuanya menderita sakit yang berkepanjangan. Awalnya adalah menderita sakit diabetes mellitus dan hipertensi. Setelah mencoba melakukan pengobatan ke beberapa rumah sakit, bahkan sempat di rawat inap, tetapi tetap saja tidak menunjukkan perkembangan yang menggenbirakan, bahkan sakitnya semakin parah dan berkembang. Penyakit yang bertambah itu adalah stress berat, ibu mertuanya ini, merasa tidak punya nafas, tetapi bukan karena sesak nafas. Selain itu, dia juga merasa kesulitan tidur. “Keluhannya sangat diluar logika,” kata bapak ini menambahkan.
Usaha untuk penyembuhan kemudian dilanjutkan dengan mendatangi seseorang psikiater ternama di Jakarta. Setelah diberi obat penenang, ibu mertuanya pernah tidur dua hari berturut-turut. Namun ketika bangun, ibu mertuanya mengeluh tidak bisa tidur, karena selalu dibayang-bayangi halusinasi dan di elus-elusi. Bapak ini kemudian berkonsultasi dengan seorang ustadz, mengenai penyakiut yang diderita ibu mertuanya ini. Ustadz ini menganjurkan agar ibu mertuanya itu, dibawa ke seorang psikiater Islami. Bapak ini ingin sekali membawa ibu mertuanya ini ke seorang psikiater Islami, tetapi ibu mertuanya selalu menolak walaupun dibujuk untuk kesana. Bahkan ibu mertuanya ini kerap kali mengancam untuk bunuh diri, dia memaksa untuk dipinjamkan gergaji, golok dan sebagainya untuk membunuh dirinya sendiri.

Minyak Jolo Asmoro , Membuat Si Dia Mabuk Kepayang



Pertengahan Oktober 2006, redaksi Majalah Ghoib menerima sebuah surat kilat khusus yang dikirimkan oleh seorang Gadis asal Jawa Timur. Dalam lima lembar kertas surat bermotif bunga, ia menceritakan kisahnya saat ia sering pergi ke orang pintar untuk dipasangi susuk beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut dilakukannya, untuk mendapatkan cinta beberapa orang pria yang telah menarik hatinya. “Akhirnya aku sadar, bahwa susuk-susuk yang kupakai tidak bermanfaat sama sekali. Hingga aku diantar seorang teman mengajar ke seorang kiai untuk melepas dan membuang aneka macam susuk yang aku pakai. Akhirnya aku pasrah dengan keadaanku, dengan apa yang Allah berikan kepadaku,” tulis gadis itu di akhir ceritanya. 
Kisahnya berawal ketika gadis ini berusia 17 tahun. Sweet seventeen, istilahnya. Saat itu ia merasakan getaran cinta yang begitu mendalam kepada seorang pria. Perasaan ingin mencintai dan dicintai muncul, seiring dengan usianya yang menginjak aqiI baligh. Tak tanggung-tanggung, pria yang disukai gadis ini adalah guru fisikanya di SMA. Hatinya semakin gundah. Perasaan itu tumbuh hingga menjelang lulus SMA. Cinta tak bisa dipendam. la kemudian meminta bantuan kepada saudara ibunya, agar cintanya dapat bersambut. Tidak bertepuk sebelah tangan. Oleh saudara ibunya itu ia dibekali jimat, yang katanya dapat mem buat orang yang dicintainya mengejar-ngejar menyambut cintanya. Setelah tak tahan menanti, pria itu tak kunjung datang juga.
Pertemuan kedua kalinya dengan orang pintar itu, sang gadis dipasangi susuk emas dan berlian. Tujuannya agar si dia terpikat oleh pancaran wajahnya dan segera melamarnya. Masa penantian itu, tak kunjung terwujud. Si lelaki tetap cuek. Cinta sang gadis lambat laun, padam.

Batu Pusaka untuk Penjagaan



Ibu Widya (bukan nama sebenarnya) berkisah, “Awal kepemilikan saya terhadap jimat ini saya dapatkan dari ayah saya, dan beliaupun mendapat warisan dari buyut yang katanya jagoan dan ngarti dengan hal-hal yang begituan. Ketika ayah saya sakit keras, kami sekeluarga khawatir kalau-kalau “aya nu ngabeung-beuratan” (memberatkan ) ayah saya ketika mengahadapi sakaratul maut. Karena kata orang kalau punya ilmu-ilmu kadigdayaan atau jimat-jimat, biasanya matinya susah. Maka kami sekeluarga membongkar benda-benda jimat yang pernah dimilki oleh ayah dan ternyata ada beberapa jimat yang ayah miliki. Lalu sebagian ada yang dibakar, dimusnahkan dan yang ini (sebuah batu bulat) dibawa oleh uwa (paman) saya untuk “ditarekahan” diusahakan agar tidak adalagi penunggunya. Lalu kata uwa saya bahwa benda ini sudah bersih, sudah tidak ada ‘isinya’ namun untuk lebih meyakinkan maka benda ini saya bawa dan saya serahkan ke kantor Ghoib Ruqyah Syar’iyyah. 
Sebenarnya saya ngga percaya dengan hal-hal yang seperti itu, dan ayah sayapun ngga punya ilmu-ilmu yang begituan. Apalagi setelah saya membaca Majalah Ghoib semakin yakin dan mantap untuk tidak berhubungan dengan hal-hal seperti itu karena hal itu bisa membawa kemusyrikan, sedangkan kita tahu bahwa perbuatan syirik tidak akan diampuni dosanya kalau kita mati dalam kondisi mensekutukan Allah SWT.
Harapan saya semoga semua keluarga dan pembaca setia Majalah Ghoib terbebas dari gangguan jin-jin yang zalim dan terbebas dari perbuatan syirik. Aqidah kita yang benar hanya mengesakan Allah semata dan dibersihkan dari noda-noda syirik yang memang sudah mengakar di masyarakat kita.”

Liontin “Sakti” Penolak Penyakit



Pada awal bulan Juli 2005. Surat yang berisi sebuah jimat, dikirimkan oleh seorang gadis asal Palembang yang bekerja sebagai guru privat dari rumah ke rumah. Dalam tiga lembar tulisan yang dikirimkannya, ia menceritakan kisahnya dalam mencari kesembuhan dan ketenangan atas dirinya:
“Masalah ini berawal, ketika saya melakukan kesalahan yang paling dibenci Allah. Saya pergi ke ‘orang pintar’ atau dukun. Pada saat itu saya selalu merasa nyeri di dada kiri. Saat nyeri datang, nafas terasa berhenti, saya benar-benar menderita sekali. Akhirnya dukun itu mengobati saya. Katanya, harus ada 3 tahapan yang dilalui, sampai yang terakhir kali saya harus ‘dikunci’ atau dibentengi agar sakit itu tidak kembali lagi. Setelah saya jalani semuanya, semua itu sia-sia saja, karena rasa sakit masih sering datang.
Saya terus berobat ke dukun tersebut, bahkan kali ini lebih parah lagi. Di sana, bukan cuma berobat, namun saya juga semakin sering minta tolong dalam mencari pekerjaan lewat dukun tersebut. Contohnya, ketika akan melamar ke sebuah perusahaan, saya minta bantuannya agar dapat pekerjaan yang dimaksud. Akhirnya saya diberi sebuah “pegangan” berupa liontin. Dukun itu mengisinya dengan mantra-mantra untuk menambah kesaktian dan dapat membantu siapa pun yang memilikinya.
Begitulah seterusnya, kurang lebih 5 bulan terakhir ini, saya mulai sadar kalau jalan yang selama ini saya tempuh adalah jalan yang salah dan jalan paling dibenci Allah. Selama saya mendatangi dukun tersebut, saya tetap melaksanakan sholat walaupun masih suka bolong-bolong.
Setelah membaca Majalah Ghoib, saya ingin segera bertaubat. Sekarang ini saya sudah melepaskan liontin itu dari leher saya dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Seperti berusaha shalat 5 waktu aktif tanpa bolong-bolong lagi. Berpuasa sunah Senin-Kamis serta ikut pengajian. Namun, rasa berdosa dan juga perasaan bersalah selalu menghantui saya. Selain ingin melebur dosa, saya juga mau mengusir semua mantra-mantra itu dari liontin juga dari tubuh saya.
Sebentar lagi saya akan menikah, saya ingin punya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Tanpa membawa “pegangan” yang menjadi beban buat saya. Sekarang saya terima semua yang Allah takdirkan, walau impian saya ingin mendapat pekerjaan belum tercapai, namun saya tetap bahagia, karena Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik untuk saya.

Kalung ‘Sakti’ Penebar Aroma Cinta



Seorang mahasiswa tingkat akhir, datang ke kantor Majalah Ghoib untuk menjalani terapi ruqyah, karena ia merasa sulit tidur. Bersamaan dengan itu, ia juga membawa beberapa buah jimat yang selama ini telah disimpannya, untuk diserahkan dan minta segera dimusnahkan. Melalui saluran telepon ia menceritakan proses mendapatkan jimat-jimat ini. 
“Awalnya saat kelas 3 SMA, saya trauma dengan sering terjadinya tawuran sesame murid SMA. Setelah seorang teman menawari saya ikut suatu perguruan, saya akhirnya tertarik untuk belajar ilmu yang dapat menjauhkan diri saya dari marabahaya. Awalnya, kegiatan perguruan hanya membaca sholawat Nabi. Pada perkembangan selanjutnya, pada malam Jum’at Kliwon, kami pergi ke Bogor untuk mengaji. Aktifitas di sana tidak membaca Al-Qur’an, tapi hanya membaca dzikir dan membaca sholawat Ibnu Abbas. Pengajian itu dimulai selepas maghrib. Di tengah-tengah pengajian tersebut terdapat sebuah gentong yang berisi air dan kembang-kembang. Setelah pengajian selesai, air tersebut diperebutkan oleh anggota pengajian untuk diambil berkahnya. Lebih dari itu, setiap bulan, perguruan  ini mengeluarkan 13 lembar amalan untuk diamalkan secara mandiri. Yang dibaca setelah shalat wajib. Lembaran-lembara amalan tersebut hanya dihargai seribu rupiah per lembar.
Setelah berjalan satu tahun, pengajian yang sekaligus sebuah perguruan ini, mengeluarkan jimat-jimat untuk diperjual-belikan kepada anggotanya, dengan membayar mahar. Saya pun membeli beberapa jimat untuk pegangan, termasuk jimat kalung ini. Pada mulanya, saya tidak merasa ganjil dengan aktivitas perguruan ini, karena semua yang dibaca adalah shalawat. Namun, ketika ada kegiatan pengajian ulang tahun perguruan ini di daerah Puncak Bogor, sebagian anggota kelompok pengajian ini tidak melaksanakan shalat Isya’. Katanya, shalat kita sudah ditanggung oleh guru besar perguruan ini yang tingkatannya sudah selevel Nabi. Walaupun kita juga dilarang berbuat jahat oleh perguruan ini, tapi hati saya sudah semakin tidak bisa menerimanya.
Suatu ketika saya membaca Majalah Ghoib di sebuah took buku. Dari situ saya semakin tahu, bahwa jimat yang selama ini saya simpang adalah barang terlaknat dan biang kemusyrikan. Pada saat mengikuti pengajian dulu, saya sering bergadang. Sehingga sekarang merasa sulit tidur. Saya akhirnya memutuskan untuk diterapi ruqyah dan menyerahkan jimat tersebut”. 

"Bambu Kuning" untuk Benteng Rumah



Dari Padang, Sumatera Barat, jimat ini dikirimkan via pos khusus oleh ibu rumah tangga, tertanggal 18 September 2004, yang ditujukan kepada seorang ustadz dari tim ruqyah sekaligus redaksi Majalah Ghoib. Jimat-jimat ini dimasukkan kedalam tumpukan-tumpukan koran yang kemudian berbentuk sebuah kotak berukuran 30 x 18 cm dengan bungkusan luar berwarna putih yang tertata rapi, sehingga terlihat serasi antara bungkusan dan isolatif yang mengikatnya. 
Dalam suratnya, ibu ini memohon bantuan kepada Majalah Ghoib untuk memusnahkan jimat-jimat yang sudsah tersimpan di rumahnya selama 10 tahun. Beraneka macam jimat yang dikirimkannya, bahkan ada sebuah jimat yang sudah tertanam disekitar rumahnya selama beberapa waktu dibongkar kembali, sehingga ketika Majalah Ghoib menerimanya, masih terdapat bekas tanah berwarna hitam. Untuk jimat-jimat tersebut, ibu ini tidak tahu persis kegunaan dari semua jimat-jimat ini. Kemudian, setelah membaca majalah Ghoib, ibu ini menyadari bahwa apa yang selama ini tersimpan didalam rumahnya merupakan barang-barang yang menyimpan nuansa kemusyrikan dan merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Lalu, ibu ini mengumpulkan semua jimat yang berada dirumahnya yanbg kebanyakan pemberian orang dari daerah Jawa, untuk diserahkan dan dimusnahkan oleh Majalah Ghoib.
"Kalau ada biaya yang dikenakan pada saya untuk pemusnahan jimat-jimat tersebut, tolong hubungi saya." Tulis ibu ini dalam suratnya. Namun, sudah seperti biasa bahwa majalah Ghoib menerima banyak kiriman jimat, baik yang diantar langsung maupun yang dikirim lewat pos, dan untuk memusnahkannya tidak dikenai biaya sedikitpun.

Kulit Rusa “Kewibawaan” dari Tasikmalaya



Seorang pemuda berumur sekitar 28 tahun kalahiran Tasikmalaya, dengan diantar saudara sepupunya, datang ke Majalah Ghoib untuk di ruqyah. Pemuda ini sudah sejak lama ingin sekali membersihkan dirinya dari jimat-jimat yang bentuknya berupa benda maupun yang tertanam di tubuhnya seperti 4 buah susuk untuk kekebalan yang pernah dipasangnya beberapa tahun yang lalu. Sudah beberapa waktu belakangan ini, ia selalu merasa emosinya tidak stabil dan setiap usahanya untuk mendapatkan pekerjaan, selalu kandas di tengah jalan. Dia merasa bahwa penyebab semua itu adalah semua bentuk jimat yang selama ini dimilikinya. 
Memang sejak masih sekolah di sebuah sekolah kejuruab di kota Tasikmalaya, pemuda ini sangat suka berkelanan mencari ilmu perjimatan ke berbagai daerah di Jawa Barat. Sebut saja daerah yang pernah didatanginya adalah daerah Pamijahan, sebuah daerah di bagian selatan Tasikmalaya yang banyak dikunjungi dengan alasan ziarah, bahkan tak sedikit pula yang mencari wangsit atau bisikan ghaib dari para leluhur. Daerah Sukabumi juga pernah disatroninya untuk mencari ilmu tersebut. Beberapa kyai ternama di kotanya bahkan sudah akrab dengannya, karena seringnya ia mengunjungi mereka untuk berguru.
Peristiwa yang tidak pernah dilupakannya sampai sekarang adalah ketika seorang kyai menyuruhnya menelan 7 butir gotri (pelor gir sepeda) ke dalam tubuhnya, dan setelah itu selama beberapa hari ia hanya makan satu genggam nasi dan sebutir telou. Sungguh sebuah ritual yang menurutnya sekarang, membuatnya tersiksa.
Kini pemuda ini sangat teringat dengan ceramah seorang kyai pimpinan sebuah pondok pesantren di Tasikmalaya yang juga masih terbilang uwa’nya, mengatakan; “Tidak akan masuk surge, orang yang didalam tubuhnya tertanam isim (jimat) untuk suatu keperluan, karena itu merupakan bentuk persekutuan kita dengan Allah.” Dan untuk membuang semua itu, pemuda ini mempercayakannya kepada Majalah Ghoib.

“Pusaka Leluhur” Pengganggu Keharmonisan


Untuk menemani istrinya melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, seorang bapak yang bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta, pada pertengahan agustus 2005 datang ke majalah ghoib. Terapi ruqyah yang dilakukan bersama istrinya tersebut merupakan bentuk usahanya dalam menyelesaikan kemelut rumah tangganya yang sedang mereka hadapi. Lewat saluran telepon, bapak tersebut menceritakan kisahnya kepada Majalah Ghoib.
Tahun 1999 istri saya pernah dipelet/diguna-guna oleh seseorang. Tuturnya mulai cerita “Istri saya jadi seperti orang yang “kebingungan.” Untuk mengobatinya. Saya mendatangai beberapa  ‘orang pinter’ bahkan ada yang penampilanya sangat islami, tetapi dalam penyembuhanya masih memberikan jimat-jimat atau isim-isim kepada pasien yang datang ke sana. Setelah itu saya berusaha untuk mencari pengobatan islami bagi penyembuhan istri saya.
Pada bulan april 2005, saya mulai mengenal dan membaca majalah Ghoib. Dari sana saya banyak mengetahui tentang ruqyah dan jimat-jimat yang menyesatkan. Namun saya baru datang ke sana untuk mendaftar ruqyah pada bulan juli 2005 . Ayah angkat istri saya adalah ‘orang pinter’ yang sering membantu menyembuhkan penyakit orang lain. Ia kemudian memberikan sebuah pusaka berbentuk kujang yang katanya untuk penjagaan diri dan keluarga.
Tapi aneh setelah kami menyimpan benda pusaka tersebut, hawa rumah terasa panas. Istri saya sering marah-marah tanpa alasan. Keharmonisan tidak lagi saya rasakan. Saat mendaftar ke kantor majalah Ghoib istri saya mendapatkan giliran ruqyah pada tanggal 18 agustus 2005. Saat diruqyah istri saya merasakan seperti ada makhluk yang bergerak-gerak dalam tubuhnya. Setelah itu keadaan agak membaik.
Tepat tanggal 30 agustus 2005 istri saya tingkahnya sangat aneh. Ia mau meninggalkan rumah tanpa alasan, bahkan sudah beres-beres pakaian. Selama 3 jam saya berusaha merayunya untuk tidak meninggalkan rumah. Secara spontan saya datang ke kantor majalah Ghoib untuk menyerahkan pusaka ini untuk segera dimusnahkan.
Saat menuju ke kantor Majalah Ghoib saya takut ada razia senjata tajam. Namun karena tekad saya sudah bulat utnuk menyerahkan benda pusaka ini. Alhamdulillah keadaan kami sekarang sudah semakin tenang. Dan akan melakukan terapi ruqyah kembali pada pertengahan oktober 2005 akan datang. Oh ya, ruqyah ini juga saya lakukan sebagai usaha kami agar mendapatkan buah hati yang kami rindukan, setelah dua tahun menikah. Semoga keluarga kami baik-baik saja.

Mitos Sandera Logika



“Jerman gitu lho … hari gene masih percaya gituan …?” begitulah cuap-cuap seorang pembawa acara radio suatu malam. Awalnya tema yang interaktif melalui sms itu membahas tentang mitos angka 13. Dan salah satu pembawa acara itu mengatakan bahwa penerbangan terkenal milik Negara Jerman tidak ada seat yang bernomer 13. Tentu dengan keyakinan bahwa nomer tersebut adalah nomer sial. Bisa jadi pesawat itu jatuh, nabrak gunung, meledak. Dan masih menurut penyiar itu, bahwa ternyata bukan hanya di Negara tekhnologi canggih itu saja yang mempercayai masalah mitos ini. Penerbangan di Brazil juga demikian.
Saat penulis sedang menulis rubrik ini, seorang wanita menelpon dari Jepang. Wanita itu ingin berkonsultasi mengenai suaminya sudah empat tahun tidak memberikan nafkah lahir batin dari usia lima tahun pernikahan mereka. Mereka suami istri tetapi seperti bukan suami istri. Setelah penulis Tanya detail tentang sumber dari masalah itu, jawabannya bermuara pada satu masalah saja. Yaitu bahwa di Jepang ada semacam mitos yang mengatakan bahwa golongan darah A tidak akan pernah bisa bersatu dengan orang yang mempunyai golongan darah B. Dan suami itu baru tahu kalau istrinya bergolongan darah B sementara dia golongan darah A. Sementara tema ini berkali-kali dibahas di telivisi di Jepang. Sebagaimana yang dikisahkan oleh ibu tersebut.
Jepang dan Jerman adalah Negara maju dalam bidang teknologi. Jepang adalah raksasa Asia dan Jerman adalah salah satu raksasa Eropa. Keduanya merupakan Negara kiblat teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Ini artinya bahwa logika adalah merupakan sesuatu yang sangat mereka kedepankan.
Tetapi, begitu tema pembahasan berpindah kepada masalah keyakinan atau mitos ternyata keyakinan mereka tidak menunjukkan sama sekali bahwa mereka adalah bengsa dengan logika tinggi dan canggih.

Faalhamaha Fujuraha wa Taqwaha


Hidup ini pilihan. Begitu kata banyak orang. Terserah kita, mau seperti apa alurnya. Terserah kita, mau ke mana arahnya. Terserah kita, akan bergaya seperti apa. Dan terserah kita, akan berakhir seperti apa. 
Gugatan sebagian orang kepada Tuhan, jelas tidak masuk di sini. Karena setiap kita sadar betul apa yang kita lakukan. Kita bukan wayang yang tidak punya kehendak dan terserah dalangnya. Kita mempunyai kehendak, dan kita sadar itu. Kita mampu memilih, dan kita tahu itu. Bahkan terkadang berhari-hari hingga berminggu-minggu kita memikirkan pilihan.
Tetapi juga bukan berarti kita adalah segalanya. Semua kehendak yang kita miliki tidak pernah lepas dari kehendak Allah SWT. Artinya, Allah Maha Tahu bahwa jika kita diberikan pilihan, kita akan memilih A. Dengan ilmu Allah itulah, catatan taqdir ditorehkan untuk kita jalani. Yang kesemuanya terjadi di bawah ketentuan dan kehendak-Nya. Tidak adayang keluar dari kuasa-Nya.
Bukan masalah taqdir yang rumit, yang akan kita kaji pada kesempatan ini. Tetapi ini hanya untuk menegaskan bahwa kitalah yang memilih. Memilih corak hidup ini. Dan memilih kematian seperti apa yang kita inginkan.
Seringkali, dua hal yang berlawanan hadir dalam satu waktu. Dalam satu bab. Yang satu pahala dan satunya lagi dosa. Keduanya disodorkan di hadapan hati kita. Kita yang menjadi hakimnya. Mana yang kita menangkan. Dengan hadirnya dua hal yang bertolak belakang, kita dan siapapun akan tahu seperti apa kualitas kita.
Sebuah SMS masuk berbunyi, Dua berita, dua tokoh, yang satu sunnah yang satu dosa. Unik bunyi SMS tersebut, walau tidak djelaskan maksudnya. Tetapi, kita akan dengan sangat mudah menangkap maknanya. Keduanya telah sekian lama dilakukan. Tetapi bagian dari kehendak-Nya, keduanya muncul dalam waktu hampir bersamaan. Begitulah, agar jelas buat semuanya. Pilihan masyarakat muslim ini jatuh pada yang mana. Pada kasus yang mana protes orang lebih banyak. Pada hal yang mana, hukuman lebih berat dijatuhkan. Kasus mana yang mendapat label pengkhianatan cinta dan yang mendapat label atas nama cinta.

Pelajaran Terakhir Sekolah


Sebuah pesan pendek singgah. Tak tahu dari siapa. Yang jelas dari seorang guru. Karena bertanya soal permasalahan yang dihadapinya. Tentang pendidikan. Pendidikan negeri ini yang menyedihkan.
Guru yang malang itu bertanya tentang keharusan membocorkan jawaban soal-soal ujian nasional. Karena keharusan itu berasal dari kebijakan sekolah tempatnya mengajar. Sementara hati kecilnya menolak. Karena jelas ini dusta masal. Dan bukan perbuatan guru yang bisa digugu dan ditiru.
Kalau hanya berita seperti itu, biasa saja. Hitunglah satu kasus dari sekian banyak kasus yang ada, sangat kecil. Tetapi ternyata ini adalah perwakilan kasus yang banyak terjadi di tempat lain.
Tempat mulia tempat diajarkannya ilmu dan kebaikan itu keruh. Sekolah khawatir tentang pencitraannya. Sekolah khawatir kalau dibubarkan karena sekian persen siswanya tidak lulus ujian nasional. Akhirnya akan terdapat sekian guru kehilangan pekerjaannya. Sangat pendek visi yang dimilikinya.
Tak cukup sampai disitu, pungli pun terjadi. Setelah membocorkan kunci jawaban, terkadang guru menengadahkan tangan menerima recehan siswa. Pengajar ilmu dan kebaikan pun telah keruh.
Para siswa pun mulai terbentuk suatu rumor. Mereka menyatakan tidak perlu belajar, percuma. Karena akan diberikan jawabannya. Mereka mulai berpikir pragmatis. Kesenangan sesaat. Sangat tidak mudah menolaknya. Karena yang lain mendapat jaminan lulus, sementara yang menolak harus mengerutkan dahi berpikir keras untuk mengurai soal-soal ujian. Dan belum tentu lulus. Para siswa negeri ini juga keruh.