Senin, 30 September 2013

Batu Karang Pembangkit Gairah



Awal Maret 2007. Seorang ibu muda asal Jawa Timur mengirimkan sebuah surat kepada redaksi Majalah Ghoib. Dalam amplop yang dikirimkannya itu, terdapat sebuah benda yang selama ini diyakininya sebagai jimat. Ia meminta agar jimat ini dimusnahkan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Majalah Ghoib yang telah menyadarkannya dari kekeliruan. “Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan kesucian Islam dengan tidak mengotori kaidah-kaidanya,” tulis ibu muda ini mengawali kisahnya. Selanjutnya ia menceritakan asal muasal jimat yang didapatkannya tersebut dalam sebuah tulisan.
Sejak masih gadis, ibu muda ini disukai para pemuda di kampungnya. Wajahnya boleh dibilang cantik. Di atas rata-rata. Persaingan untuk mendapatkannya cukup ketat. Walaupun tidak lewat sayembara. Para pemuda kampung itu, berlomba-lomba mendapatkan cintanya. Mereka seakan berusaha meraih simpati orangtua ibu muda ini dengan segala barang bawaan yang tidak sedikit jumlahnya.
Dari sejumlah pemuda yang antri itu, ibu muda ini jatuh hati kepada seorang pemuda alim anak mantan kepala desa. Pemuda itu begitu bersahaja, meski hidup dalam kesederhanaan. Sikapnya yang santun, membuat pertahanan hatinya jebol kepada pemuda ini. Mereka pun menikah. Mengikat janji seiya sekata, dalam biduk cinta rumah tangga.
Dua tahun pertama, kehidupan mereka berjalan dengan baik. Bahkan telah dikaruniai seorang anak yang lucu. Suaminya sangat sayang dan hangat. Memasuki tahun ketiga, kehidupan rumah tangganya mulai mengalami goncangan. Sang suami berubah drastis. Mudah marah dan tidak sehangat dulu. Ibu muda ini bingung. Hatinya gundah.
Seorang teman lamanya menganjurkan, agar ia pergi ke orang pintar. Ibu muda ini awalnya tidak menggubris ajakan tersebut. Lama-kelamaan setuju juga. Dengan dalih menyelamatkan biduk cinta harmonisnya, ia pergi menemui seseorang yang sering di panggil Mbah Sakti oleh warga sekitar. Menurut penerawangan si Mbah, perubahan sikap suaminya iru, disebabkan sihir dari seorang pemuda yang patah hati karena cintanya pernah ditolak oleh ibu muda ini. Dengan dimandikan kembang tujuh rupa, tubuh si ibu muda ini diruwat. Agar segala jenis sihir hilang. Si Mbah juga membekali ibu muda ini sebuah jimat yang telah didapatkannya melalui pertapaan.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dua musim rambutan telah dilaluinya. Kehidupan rumah tangganya semakin berantakan. Mereka akhimya bercerai tanpa sebab yang jelas. Selepas bercerai ibu muda ini lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sampai akhimya ia mengenal Majalah Ghoib, melalui sang adik yang masih aktif kuliah di Jakarta. Kini ia berharap mendapatkan ketenangan lewat ibadahnya yang lebih total kepada Allah SWT.

Bentuk Jimat
Jimat ini berasal dari pecahan batu karang laut yang berwama putih. Beratnya sangat ringan. Pada bagian tengahnya terdapat gompalan-gompalan yang sengaja dl buat seperti alami. Pada saat dikirimkan, jimat ini dibungkus dalam sebuah kantong kain berukuran kecil. Bagian luarnya diikat oleh sehelai benang berwarna-wami.
‘Kesaktian’ Jimat
Menurut Si Mbah Sakti. Jimat ini memiliki kekuatan untuk merekatkan kembali keharmonisan rumah tangga. Gairah hubungan suami istri akan semakin bertambah erat. Bahkan hangat sekali. Jimat ini harus disimpan di bawah kasur, yang harus ditiup setiap malam Jum’at lewat tengah malam.
Bongkar Jimat
Peristiwa pernikahan bukanlah peristiwa kecil dihadapan Allah SWT. Akad nikah yang pernah kita laksanakan berdua sama tingginya dengan perjanjian Bani Israil di bawah Bukit Thur yang bergantung di atas kepala mereka. Peristiwa akad nikah tidak saja disaksikan oleh orang tua, saudara+audara, dan sahabat-sahabat kita, tetapi juga disaksikan oleh para malaikat di langit yang tinggi, dan terutama sekali oleh Allah SWT penguasa alam semesta. Peristiwa pernikahan seperti ini sangat tidak disukai oleh syetan, karena itu merupakan perintah Allah. Kebahagiaan dalam rumahtangga setelah menikah merupakan dambaan setiap keluarga. Ia  dalah syurga dunia bagi siapa pun yang berhasil mendapatkannya. Karenanya, setiap pasangan suami istri berusaha mendapatkannya dengan berbagai hal.
Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa waspada akan gangguan syetan yang datang. Karena pada hakikatnya, syetan tidaklah menyukai perbuatan baik. Apalagi itu adalah titah Allah. Syetan berusaha memecah belah keutuhan rumahtangga dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan sihir tafriq yaitu sihir yang digunakan untuk memisahkan dan menjauhkan antar orang yang saling berdekatan dan saling mencintai. Dalam kasus ibu ini, sang suami terindikasi terkena sihir kiriman dari seseorang. Dan itu bisa saja terjadi. Masalahnya kemudian adalah penyikapannya.
Pergi ke dukun bukanlah solusi tepat. Malah itu merupakan tindakan kemusyrikan. Seharusnya kita lebih berusaha menjadi muslim yang terbaik dan paling dekat dengan Allah dengan cara yang diajarkan-Nya. Banyak berdoa dan menggantungkan sepenuhnya harapan hanya kepada Allah. Karena begitulah kita diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sihir akan berkembang pada sebuah masyarakat atau seseorang yang jauh dari wahyu Allah. Karena mereka kehilangan kendali sekaligus kehilangan kekuatan maha dahsyat yang mereka perlukan dalam hidupnya. Mereka jauh dari Tuhan. Untuk memenuhi kekurangan itu mereka mencari kekuatan yang dianggap mampu menghadirkan kedahsyatan itu, maka mereka terjebak kepada sihir. Siapapun orang yang mempergunakan ilmu sihir untuk mencelakakan orang maka ia telah berbuat dosa besar.
Untuk mereka Rasulullah SAW. memberikan hukuman penggal leher, seperti yang pernah beliau sabdakan dalam sebuah haditsnya. Karena sihir itu membuat seseorang yang mempelajarinya menjadi keji, rendah dan hina. Mereka selalu meyakini apa pun yang diyakini tuan mereka, yakni syetan. Karena itu mereka menjadi musuh orang beriman. Mereka selalu bersedia melakukan petbuatan bejat, kapan pun syetan menghendaki-nya. Maka sangatlah jelas bahwa para penyihir itu telah bersekutu dengan syetan.
Kita harus waspada akan tipuan syetan yang terkutuk dan menjadikannya musuh abadi. Maka tidak ada kata lain, selain terus mempertebal kualitas keimanan yang kita miliki. “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syetan-yetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6).

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 80/4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar